bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review The Last Duel (2021), Penghakiman dengan Duel

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
The Last Duel
3.7
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Dua sahabat harus berhadapan di medan laga untuk membuktikan siapa yang berada di atas kebenaran atas sebuah peristiwa pemerkosaan yang melibatkan harga diri, kekuasaan, kejujuran dan pengkhianatan dilihat dari tiga sudut pandang. Berdasarkan kisah nyata tentang proses peradilan di kerajaan Prancis pada abad pertengahan.

The Last Duel adalah film drama kolosal bersejarah karya Ridley Scott yang dirilis oleh 20th Century Studios pada 15 Oktober 2021.

Kisah yang disajikan ini berdasarkan buku The Last Duel: A True Story of Trial by Combat in Medieval France karya Eric Jager yang diterbitkan pada tahun 2004 dan menandakan kembalinya kerja sama Ben Affleck dan Matt Damon sebagai penulis naskah.

Film-film karya Ridley Scott memang selalu ditunggu oleh para moviegoers, apalagi sekarang didukung oleh penulis naskah dan aktor kelas Oscar yang membuat rasa ketertarikan kita kepada film ini sangat besar. Sudah mulai penasaran ingin menontonnya? Simak review berikut terlebih dahulu!

Sinopsis

sinopsis_

Sir Jean de Carrouges dan Jacques Le Gris saling berhadapan di atas kuda dalam pertarungan satu lawan satu dengan disaksikan oleh masyarakat, Raja Prancis dan jajaran pemerintahannya, juga Marguerite de Carrouges yang berdiri menyaksikan dari atas menara.

Cerita kembali ke awal mula, jauh sebelum duel itu terjadi dilihat dari tiga sudut pandang. Setelah berjuang bersama di Pertempuran Limoges melawan Inggris, Jean dan Jacques memilih jalan masing-masing di mana Jean berhenti dari karir militernya.

Suatu hari, Jacques datang kepada Jean untuk meminta retribusi atas nama Count Pierre, penguasa wilayah itu, sebagai perwakilan Raja Prancis.

Karena sedang berada pada krisis finansial, Jean kemudian ikut turun ke medan perang. Jean bertemu dengan Marguerite de Thibouville yang berasal dari keluarga kaya raya dan menikahinya.

Dijanjikan oleh ayah Marguerite sebuah lahan yang luas, nyatanya lahan itu justru diberikan oleh Pierre kepada Jacques yang membuat Jean mengajukan tuntutan, meski hasil akhirnya ditolak.

Jean mendapat kabar bahwa ayahnya telah wafat dan segera kembali ke benteng yang dikuasai oleh keluarganya secara turun temurun.

Tetapi ternyata kekuasaan benteng itu diberikan kepada Jacques atas perintah Pierre yang membuat dirinya kesal, dan sekali lagi menghadap kepada Pierre hanya untuk dijadikan bahan olok-olokan oleh Pierre dan bawahannya, termasuk Jacques.

Atas keahliannya membaca buku berbahasa Latin dan pembukuan, Jacques dipercaya oleh Pierre memegang catatan keuangannya. Dalam sebuah festival, Jean dan Jacques bertemu kembali sebagai teman. Sebagai itikad baik, Jean menghadiahkan Jacques sebuah ciuman dari istrinya. Sejak itu, hati Jacques terpaut kepada Marguerite, bahkan hingga terbawa mimpi.

Sekembali dari peperangan di Skotlandia yang berakhir dengan kekalahan, Jean harus pergi ke Paris untuk mengambil hadiah berupa uang emas.

Marguerite yang dipercaya Jean untuk mengurus lahan pertanian dan peternakan selama dia ke Paris, kemudian ditinggal pergi oleh ibu Jean yang membawa semua pembantu rumahnya. Saat itulah Jacques datang dan memperkosa Marguerite.

Jean pulang dan Marguerite menceritakan peristiwa tersebut. Jean kemudian mengumpulkan orang-orang kepercayaannya untuk menentukan langkah maju ke pengadilan kerajaan, karena sudah pasti tuntutan ini tidak akan didengar oleh Pierre yang membela Jacques. Berita ini kemudian disebar ke masyarakat agar memudahkan kasus ini sampai kepada pengadilan kerajaan.

Saat berada di pengadilan yang dihadiri oleh Raja Charles, tuntutan Jean didengar yang kemudian disanggah oleh Jacques, lalu menghadirkan kesaksian Marguerite yang mengantarkan pengadilan untuk membuktikan siapa yang bersalah di hadapan Tuhan dengan cara bertarung satu lawan satu. Sebelum duel berlangsung, Marguerite melahirkan anaknya.

Hari duel pun tiba. Jean dan Jacques sudah siap sedia di atas kuda masing-masing dengan senjata di tangan. Sementara Marguerite diikat di atas menara menyaksikannya.

Siapakah yang akan memenangkan duel ini? Pihak manakah yang berada di atas kebenaran? Tonton film yang menarik ini hingga akhir untuk mendapatkan jawabannya.

Persembahan Berkualitas Ridley Scott

persembahan berkualitas ridley scott_

Ridley Scott adalah salah satu sutradara Hollywood yang film-filmnya banyak meraih kesuksesan. Meskipun berasal dari Inggris, tapi sebagian besar filmnya adalah produksi Amerika dan selalu memiliki bujet produksi yang besar. Genre film yang dihasilkan Scott beragam, tapi dia sangat berhasil ketika menampilkan film kolosal, baik cerita era kerajaan maupun di masa depan.

Bisa dibilang Scott adalah sineas yang menjadi pionir kembalinya film-film kolosal di era modern setelah film Gladiator (2000) sukses secara komersial dan kualitas.

Setelah itu, Scott sekali lagi menyutradarai film kolosal tentang Perang Salib, Kingdom of Heaven (2005), yang juga membuat mata kita terbelalak dengan adegan peperangan yang dahsyat.

Dan kali ini, Scott sekali lagi menyuguhkan sebuah kisah di abad pertengahan Prancis. Meski berada di era peperangan antar kerajaan di Eropa, tapi film ini lebih menitikberatkan ceritanya kepada pembuktian kebenaran sebuah peristiwa pemerkosaan. Adegan pertempuran berdarah tetap hadir, bahkan dalam skala kesadisan yang tinggi meski durasinya tidak banyak.

Rumitnya Sistem Peradilan di Abad Pertengahan

rumitnya sistem peradilan_

Berdasarkan kisah nyata yang pernah terjadi di masa lampau tentang kerumitan dan keunikan sistem peradilan di Prancis, film berdurasi panjang 2 jam 32 menit ini menjadi reuni bagi Matt Damon dan Ben Affleck sebagai penulis naskah setelah terakhir kali berkolaborasi di film Good Will Hunting (1997) yang membuat mereka didapuk Oscar.

Penuturan ceritanya juga seunik sistem peradilan yang dipaparkan, yaitu melihat satu peristiwa serta latar belakangnya melalui tiga sudut pandang tiga tokoh utamanya. Membawa unsur penuturan seperti film Rashomon (1950) dan Hero (2002), alur cerita yang dipaparkan tidak banyak berbeda satu sama lain, hanya saja detail kejadiannya ditampilkan sedikit berbeda.

Bisa perhatikan pada adegan ciuman yang diberikan Marguerite kepada Jacques sebagai hadiah pertemanan yang menjadi penyulut peristiwa pemerkosaan di mana ditampilkan dalam tiga adegan berbeda sesuai dengan perspektif masing-masing dengan interpretasi berbeda pula. Di sinilah kejelian kita dituntut untuk semakin memahami makna ceritanya.

Kita bisa memastikan bahwa Jacques adalah pelaku pemerkosaan dan tidak ada penyangkalan dari sudut pandangnya, hanya saja dia menghaluskan tindakannya sebagai perzinaan, bukan pemerkosaan.

Selain itu, ada beberapa perbedaan sifat dan sikap yang tidak terlalu signifikan dari para karakter sesuai sudut pandang mereka, sehingga kita tetap mudah untuk mengikuti dan memahaminya.

Bagi yang mengharapkan adanya twist tentang kebenaran peristiwa pemerkosaan yang terjadi atau motif tersembunyi dari para karakternya, bersiaplah kecewa karena memang tidak ada elemen seperti itu di film yang menyuguhkan sinematografi yang apik ini.

Tapi kita masih dibuat menebak-nebak ketika Jacques mengaku tidak melakukannya menjelang akhir hayatnya dan pandangan mata Marguerite yang misterius.

Dengan menyimak film ini, kita menyadari bahwa sistem peradilan Prancis di masa lalu sungguh sangat rumit. Di masa itu, kedudukan kaum wanita dipandang rendah dan tidak boleh mengajukan tuntutan di pengadilan, apalagi kepada seorang ksatria yang memegang peranan penting di pemerintahan.

Penentuan siapa yang benar diserahkan kepada Tuhan dengan berhadapan dalam sebuah pertarungan. Diceritakan, apabila Jean sebagai suami Marguerite kalah dari Jacques, maka Marguerite akan dibunuh lalu diseret menuju tiang penggantungan.

Oleh karena itu, Jean harus menang dalam duel agar dia dan istrinya tetap hidup serta membuktikan bahwa mereka di sisi kebenaran, apalagi mereka baru saja memiliki anak setelah lima tahun menunggu.

Akting Memukau Pengikat Cerita

akting memukau_

Kita sudah sama tahu bahwa kualitas akting Matt Damon dan Adam Driver tidak perlu diragukan lagi, sehingga secara langsung peran mereka membawakan karakter masing-masing mampu mengikat cerita dari tiga perspektif ini dengan baik, juga mengikat kita supaya tetap menyimak film ini hingga usai. Matt Damon tampil lugas dan Adam Driver menjadi sosok antagonis yang penuh pesona.

Dan yang paling mengagumkan adalah pesona aktris Jodie Comer yang membawakan karakter Marguerite sebagai sosok sentral dalam peristiwa yang dialaminya.

Comer berhasil menampilkan sosok yang cantik, baik hati dan setia pada suami sebelum peristiwa pemerkosaan terjadi, lalu jatuh dalam kesedihan yang ditampilkan olehnya begitu nyata, sekaligus menyisakan sekilas misteri dalam pandangannya.

The Last Duel memang masih di bawah kualitas film Gladiator dan Kingdom of Heaven, tapi setidaknya masih berada di atas film Robin Hood (2010) dan Exodus: Gods and Kings (2014).

Apalagi ditambah dengan penuturan cerita yang tidak biasa yang membuat kita harus fokus memperhatikan detail adegan untuk menemukan perbedaan berarti dari tiga sudut pandang ini.

Sebagai penikmat film kolosal, The Last Duel bisa menjadi tambahan penting dalam daftar film wajib tonton kalian, dan bagi yang menyukai film bertema legal drama, maka film ini bisa menambah wawasan kita tentang bagaimana sistem peradilan di masa lalu, di mana masih ada diskriminasi dalam hukum bagi wanita.

Dengan akting memikat dari para pemerannya yang didukung sinematografi yang apik, terutama dalam menampilkan adegan peperangan yang singkat namun keras, bisa jadi film ini akan bersaing di ajang Academy Awards berikutnya. Paling tidak di sisi akting dan naskah adaptasi.

Sudah siap larut dalam memandang satu kejadian dari tiga perspektif? Jangan tunggu lebih lama lagi untuk menontonnya, ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram