bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Drama The King and The Clown (2005)

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
The King and The Clown
3.2
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Jang Saeng dan Gong Gil dua seniman jalanan yang menghibur rakyat kecil dan dapat uang dari mereka. Gong Gil yang kemayu sayangnya kerap disewa sebagai lelaki pemuas napsu oleh pejabat-pejabat atau orang berduit.

Jang Saeng yang diam-diam memendam perasaan mengajaknya kabur ke Seoul. Sampai di Seoul, perjalanan membawa mereka tampil di depan raja.

Nasib yang dikira akan membaik ternyata justru awal dari tragedi. Raja Yeonsan yang memiliki kehidupan tragis menaruh perasaan pada Gong Gil.

Jang Saeng tak terima karena partner-nya diambil raja. Bagaimana akhir kisah Jang Saeng, Gong Gil dan Raja Yeonsan? Temukan dalam sinopsis dan ulasan film The King and The Clown (2005) berikut ini!

Baca juga: 11 Drama Terbaik yang Diperankan oleh Lee Joon Gi

Sinopsis

Sinopsis
  • Tahun Rilis: Desember 2005
  • Genre: Historical Drama
  • Produksi: Cineworld, Eagle Pictures
  • Sutradara: Lee Joon Ik
  • Pemeran: Kam Woo Sung, Lee Joon Gi, Jung Jin Young, Kang Sung Yeon

Jang Saeng (Kam Woo Sung) dan Gong Gil (Lee Joon Gi) sukses menghibur salah satu pejabat daerah dengan parodi, nyanyian dan tarian yang mereka bawakan.

Gong Gil yang seorang pria memang terkenal luwes dan feminin. Dia seorang penghibur profesional yang bisa menghibur siapa saja dengan gaya genitnya.

Namun Jang Saeng cukup lelah dengan kebiasaan ketua rombongan yang kerap ‘menjual’ Gong Gil melayani pria-pria hidung belang. Jang Saeng melakukan perlawanan dan mengajak Gong Gil kabur.

Pada kondisi itu Gong Gil terpaksa melukai ketua rombongan karena keselamatan Jang Saeng terancam. Keduanya lalu melarikan diri ke Seoul.

Di Seoul mereka bertemu rombongan seniman jalanan pimpinan Yuk Gab atau Six Six (Yoo Hae Jin). Jang Saeng dan Gong Gil tak mau kalah saing. Keduanya coba membuat pertunjukkan dan hasil yang didapat sangat lumayan. Yuk Gab merasa tersaingi tapi dia memilih untuk bergabung.

Yuk Gab akan menjadikan Jang Saeng sebagai kepala rombongan jika mereka bisa menghasilkan uang lebih banyak lagi. Jang Saeng menerima tantangan dari Yuk Gab.

Dia punya ide yang sangat berani tetapi dijamin akan mendatangkan uang banyak. Jang Saeng akan memparodikan sosok raja; dia akan memperolok raja dan menjadikannya bahan tertawaan penonton.

Ide Jang Saeng sempat membuat anggota rombongan ragu dan takut tetapi mereka juga penasaran untuk mencobanya. Dengan niat menghibur Jang Saeng mulai memimpin pertunjukan.

Semua masyarakat yang nonton terlihat sangat terhibur. Mereka tertawa seperti melupakan beban hidup untuk sementara.

Pertunjukan Jang Saeng dan Gong Gil tampak menonjol karena dikerumuni banyak penonton. Hari kedua pertunjukan digelar pun penonton tetap ramai. Hingga akhirnya mereka diketahui oleh abdi istana.

Rombongan seniman itu dihukum karena melakukan penghinaan terhadap raja. Mereka dicambuk berkali-kali dan terancam dihukum berat.

Dalam keadaan terhimpit, Jang Saeng mengejutkan anggota rombongan dengan mengajukan sebuah kesepakatan. Cheo Sun (Jang Hang Seon) sebagai kasim kepercayaan Raja Yeonsan memberi mereka kesempatan.

Jika pertunjukan Jang Saeng bisa membuat Raja Yeonsan terhibur, mereka akan dibebaskan. Akan tetapi, jika raja tidak tertawa, mereka akan dihukum penggal.

Kesepakatan itu membuat anggota rombongan gelisah. Jang Saeng yang mengusulkan pun mencoba tenang. Mereka gemetar di belakang panggung.

Tiba waktu pertunjukan, Yuk Gab dan yang lain terlihat tidak leluasa membawakan materi parodi yang memperolok raja. Mereka ragu-ragu dan ketakutan karena hal tersebut seperti mempermalukan raja dan selir.

Gong Gil yang akhirnya tampil mencoba untuk profesional. Dia dan Jang Saeng bekerjasama sambil menahan rasa takut.

Tidak ada kegugupan terlihat pada keduanya. Mereka lepas saja memperolok raja dan selir. Hasilnya, Raja Yeonsan akhirnya tertawa. Dia tertawa dengan sangat lepas dan puas.

Para menteri yang ikut menonton kebingungan karena menurut mereka, pertunjukan itu sama sekali tidak lucu, melainkan sangat vulgar dan menghina kerajaan.

Raja Yeonsan yang puas dengan penampilan para seniman itu menjamu mereka dengan makanan enak dan menyiapkan tempat khusus. Keputusan raja membuat para menteri semakin meradang.

Jang Saeng dan kawan-kawan termasuk Gong Gil menjadi seniman tetap di kerajaan. Sikap para menteri yang memperlihatkan pertentangan justru membuat Raja Yeonsan semakin menggila. Dia memerintahkan Jang Saeng membuat satu pertunjukan yang khusus memperolok para menteri.

Untuk mendukung pertunjukan itu Jang Saeng membutuhkan lebih banyak pemusik atau seniman. Atas izin kerajaan dia pun membuat sebuah pengumuman audisi.

Setelah anggota yang dibutuhkan dirasa lengkap pertunjukan pun siap digelar. Jang Sang, Gong Gil dan seniman lain membawakan parodi yang menyindir sikap korupsi para menteri.

Raja sangat terhibur tetapi tidak dengan para menteri. Salah satunya bahkan terlihat gemetar, seolah rahasianya baru saja terbongkar.

Raja yang tampaknya sudah mengetahui rahasia salah satu menterinya itu langsung bertindak brutal. Dia menghukum menterinya di depan para seniman dan menteri-menteri yang lain.

Selesai pertunjukan berdarah itu anak buah Jang Saeng ketakutan. Mereka khawatir jika suatu saat raja juga akan menghukum mereka.

Jang Saeng sendiri tampak murung karena Gong Gil dipanggil Raja Yeonsan secara pribadi. Jang Saeng yang terlihat menyukai Gong Gil tidak bisa menyembunyikan kecemburuannya. Lantas, apakah Jang Saeng akan melawan raja untuk merebut Gong Gil?

Seniman Jalanan Parodikan Kehidupan Raja yang Tragis

Seniman Jalanan Parodikan Kehidupan Raja yang Tragis

Film The King and the Clown (2005) yang diadaptasi dari pertunjukan panggung terkenal di Korea Selatan berjudul Yi karyaKim Tae Wong ini selayaknya sebuah masterpiece.

Dalam durasi sekitar 2 jam, kisah tragis dua seniman jalanan akan membiusmu dengan alurnya yang ditulis sangat rapi. Setiap peristiwa disajikan berurutan sehingga emosi dan tensinya terus tersambung dan semakin tinggi.  

Jang Saeng dan Gong Gil adalah seniman yang makan dari hasil bermain di jalanan. Tak pernah terbayangkan bagi keduanya untuk tampil di depan raja.

Ketika kesempatan itu akhirnya datang, nasib keduanya berubah menjadi penuh tragedi karena hidup raja yang tragis. Sisi kesepian dari diri raja mulai mengganggu Gong Gil dan memantik masalah lain; cinta tak berbalas dan kecemburuan.

Dengan plot dan penulisan yang mengesankan, pergolakan batin para karakternya menjadi atraksi yang sangat menarik: Jang Saeng dan Gong Gil tak bisa lagi menyangkal dan dipisahkan sekalipun oleh kehendak raja dan oleh fakta bahwa mereka sama-sama pria.

Nonton Dua Karya Seni dalam Satu Waktu

Nonton Dua Karya Seni dalam Satu Waktu

Sebagai film yang diangkat dari pertunjukan panggung, The King and The Clown (2005) suguhkan format yang cukup berbeda dari film Korea kebanyakan.

Selama film berlangsung, berlangsung pula beberapa kali pertunjukan parodi yang dimainkan oleh para karakternya. Mereka menari, bernyanyi dan bermain peran saat sedang berperan.

Nonton The King and The Clown (2005) layaknya nonton dua karya seni bersamaan dalam satu waktu. Cerita parodi yang disimpan di tengah-tengah plot pun tidak asal.

Ia solid dan emosional; bisa diikuti sebagai kisah berbeda yang berkesan tanpa mengganggu plot sesungguhnya. Ketika cerita dalam parodi terhubung ke dalam jalan cerita utama, film ini mulai menunjukkan daya tariknya. 

Film Tragis yang Penuh Warna

Film Tragis yang Penuh Warna

Dengan menyuguhkan corak percintaan antara pria atau gay, film The King and The Clown (2005) sudah terasa tragis sejak awal.

Bagaimana Jang Saeng tidak bisa lagi menahan sakit hati karena pria yang dicintainya menjadi pemuas napsu orang lain, tapi di saat bersamaan enggan mengatakan perasaannya. Perasaan yang tertahan itu semakin menyiksanya karena Gong Gil diincar raja.

Menariknya, konflik tragis yang diwakilkan melalui hubungan Jang Saeng dan Gong Gil tersebut dibuat kontras dengan busana-busana yang penuh warna.

Kamu juga akan mendapati alunan musik yang meriah serta sinematografi yang cantik. Kombinasi ini seperti sisi bersebrangan yang sengaja ditampilkan untuk menambah kesan dramatis.

The King and The Clown (2005) tontonan yang akan membuat dua jam milikmu terasa sebentar. Gak heran kalau film ini menyabet banyak penghargaan bergengsi di Korea Selatan.

Salah satunya Best Film di Grand Bell Awards 2006. Penampilan aktor Lee Joon Gi sebagai Gong Gil pun tak luput dari apresiasi. Penasaran dengan film Korea lawas yang satu ini? Langsung menuju ke Netflix saja kalau begitu!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram