bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review The Insult, Pertikaian Panas Bernada Politis

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
The Insult
3.7
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Setelah terjadi sebuah peristiwa yang memancing emosi antara seorang Kristen Lebanon dan seorang pengungsi Palestina meningkat, mereka berakhir dalam rangkaian pengadilan yang mendapat perhatian umum. The Insult atau L’insulte, judul aslinya dalam bahasa Prancis, adalah sebuah film produksi Lebanon yang menjadi perhatian publik karena temanya yang cukup sensitif dan mengundang kontroversi.

Pertama kali ditayangkan di Venice International Film Festival pada 31 Agustus 2017, dimana Kamel El Basha berhasil meraih Volpi Cup sebagai Best Actor, film ini kemudian dirilis di Prancis pada 14 September 2017 dan di Amerika pada 12 Januari 2018. Mewakili Lebanon di ajang Academy Awards, film ini berhasil masuk nominasi di kategori Best Foreign Language Film.

Penasaran dengan film karya Ziad Doueiri yang ceritanya penuh dengan emosi dan amarah bernada politis ini? Simak review kami sebelum menontonnya.

Sinopsis

Tony Hanna adalah seorang Kristen Lebanon yang menjadi simpatisan Partai Kristen dan memiliki istri yang sedang mengandung. Di sekitar rumahnya sedang ada pekerjaan proyek dan Tony melihat para pekerja proyek sedang membongkar selokan di balkonnya. Tony menghancurkan selokan baru itu dan membuat marah salah satu pekerjanya sehingga mengucapkan kata yang tidak sopan.

Tony mengenali pekerja itu, Yasser Abdallah, sebagai pengungsi Palestina. Dia menyimak propaganda anti Palestina dan berharap para pengungsi itu pergi dari negaranya. Meskipun balkon itu menyalahi aturan bangunan dan sudah diperbaiki lagi oleh para pekerja proyek, Tony tetap mengharapkan permintaan maaf secara resmi dari perusahaan kontraktor tersebut.

Mandor proyek membawa Yasser ke garasi Tony untuk meminta maaf secara pribadi. Tapi ketika Tony berkata jika dia berharap Ariel Sharon memusnahkan seluruh warga Palestina, Yasser memukulnya yang mengakibatkan dua tulang rusuk Tony patah. Tony mengajukan tuntutan ke pengadilan. Tapi ketika Yasser dan Tony tidak bisa mengucapkan kembali apa yang mereka katakan, hakim menolak kasus ini.

Emosi, Tony berteriak kepada hakim bahwa dia adalah hakim yang buruk. Tony digiring keluar persidangan, tetapi dia akan mengajukan banding. Suatu malam Tony pingsan di garasinya dan ditolong oleh istrinya yang menyebabkan istrinya harus melahirkan prematur demi keselamatan sang jabang bayi akibat dirinya menggotong Tony saat pingsan. Bayi kemudian lahir dan harus dipasang alat bantu.

Kasus disidangkan kembali dimana Yasser terancam bersalah atas pembunuhan jika bayi itu wafat. Wajdi Wehbe, pengacara yang pro-Kristen menjadi perwakilan Tony, sedangkan putrinya, Nadine Wehbe, menjadi pengacara bagi Yasser. Kali ini, komentar Tony atas pernyataan Ariel Sharon ditampilkan di sidang dengan tekanan emosi menjadi penyebab serangan itu. Sejarah keguguran istrinya pun juga diungkap.

Adu argumen di persidangan ini membuka kembali luka lama tentang perang antara Kristen dengan Muslim di waktu silam. Dengan Wajdi menegaskan pernyataan Ariel Sharon, Tony dianggap pendukung Zionis dan menerima ancaman pembunuhan. Wajdi juga mengategorikan pernyataan Tony adalah berada di ranah pribadi atas dasar kebebasan berpikir.

Dalam penelitian latar belakang, Wajdi terkejut ketika mengetahui bahwa Tony lahir di Damour pada tahun 1970 dan meninggalkan kota itu pada tahun 1976 yang membuatnya menjadi pengungsi pada saat Damour diserang oleh pasukan Muslim yang didukung oleh PLO (Palestine Liberation Organisation). Tony sebenarnya tidak ingin membuka luka lama ini, makanya dia menangis ketika footage kejadian itu diputar.

Yasser dan Tony kemudian bertemu. Yasser bilang ke Tony bahwa penderitaan kaum Kristen pada peristiwa itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan penderitaan bangsa Palestina yang dijajah oleh Israel. Tony memukul Yasser dan Yasser minta maaf. Anak Tony dinyatakan sehat dan sudah bisa keluar dari rumah sakit. Di persidangan, Yasser dinyatakan tidak bersalah. Akhirnya mereka berbaikan.

Karya Berani dari Ziad Doueiri

Ziad Doueiri adalah salah satu sutradara papan atas di Lebanon saat ini. Dia lama berperan sebagai sinematografer untuk film-film karya sutradara top Hollywood, Quentin Tarantino, seperti Reservoir Dogs (1992), Pulp Fiction (1994), dan Jackie Brown (1997). Juga sebuah film karya Robert Rodriguez, From Dusk Til Dawn (1996). Oleh karena itu, sinematografi film The Insult sangat baik dan terasa intim karenanya.

Dia kembali ke negaranya dan merilis film debutnya, West Beirut (1998) yang berhasil meraih salah satu piala di ajang Cannes Film Festival. Karya keduanya, Lila Says (2004) adalah film drama kriminal produksi Prancis. Keberaniannya menyentuh masalah terorisme yang sensitif ditampilkannya di film The Attack (2012), juga peristiwa sensitif lainnya coba dia sentuh lewat The Insult ini.

Tidak mudah bagi seorang sineas untuk menampilkan sebuah film yang bercerita tentang pertikaian yang menyentuh ranah paling sensitif bagi individu dan golongan, yaitu agama. Sudah pasti tema ini akan menuai pro dan kontra. Apalagi sampai harus membuka lembaran kelam yang pernah terjadi di negerinya, meski hanya ditampilkan sebagai latar belakang saja, tapi peristiwa ini adalah kunci akhir film ini.

Baca juga: Rekomendasi Film Luar Negeri yang Bernuansa Islami

Cerita Penuh Emosi

Ziad Doueiri yang merupakan seorang Kristen Lebanon, menulis naskah film ini dengan baik, sehingga masalah sesensitif ini bisa diumbar dengan maksimal tapi kemudian berhasil menghasilkan akhir yang adil bagi kedua belah pihak yang bertikai. Naskah yang ditulis bersama dengan Joelle Touma, seorang Muslim, sangat apik, intim, penuh intrik dan emosi, juga sedikit bernada politik dan sosial.

Kerjasama ketiga mereka ini membuahkan jalan cerita yang kuat secara pondasi, karakterisasi dan mengalir dengan lancar serta menegangkan selama 1 jam 53 menit durasi filmnya. Awalnya pertikaian ini murni karena tekanan emosi, bukan karena masalah perbedaan agama. Tetapi ketika mulai dipermasalahkan secara resmi, agama dan status kewarganegaraan mulai ikut diungkit.

Walhasil, ketika masuk ke ruang sidang, tentu saja kasus ini mengundang perhatian publik, apalagi diliput oleh media secara masif. Iklim politik yang dingin pun ikut menjadi panas, hingga arsip negara yang sudah lama disimpan dan ingin dilupakan dengan terpaksa harus terseret juga. Tapi pada akhirnya, kelapangan hati kedua individu yang bertikai bisa meredam dan menutup dengan baik masalah yang menjadi pelik ini.

Perang yang terjadi di Lebanon pada era 1970an sedikit disinggung dalam film ini yang meninggalkan luka mendalam bagi karakter Tony dimana dia harus menjadi pengungsi karena serangan militan Muslim yang dibantu PLO yang notabene merupakan organisasi militer dari negara asal karakter Yasser, meskipun dia tidak pernah terlibat dalam organisasi maupun perang ini. Yasser hanyalah warga sipil biasa.

Kerja Sempurna di Setiap Lini

Kualitas baik yang ditampilkan di dalam film The Insult ini memang bukan murni kerja apik sang sutradara saja. Seluruh lini produksi memberikan peran pentingnya untuk film ini. Selain Ziad Doueiri yang berhasil mengolah cerita, menjaga ritme, dan mengarahkan para pemerannya, kerja sinematografer Tommaso Fiorilli harus mendapat apresiasi lebih juga, dimana dia cermat mengambil setiap gambar adegannya.

Hasilnya, nuansa emosionil yang tercipta dari awal hingga akhir film terasa pekat dan kental, baik saat para karakternya berada pada puncak amarah atau pada saat mereka merenung dalam kontemplasi mereka akan kesalahan diri sendiri. Hal ini tentu saja membuat kita terasa lekat dengan kedua tokoh utamanya dan apa yang mereka rasakan.

Dan yang pasti, seluruh pemeran membawakan karakternya dengan baik. Akting kedua tokoh utamanya yang sangat emosionil sudah tidak perlu diragukan lagi, karena performa mereka menjadi poros utama film ini. Pemeran lain yang cukup tangkas memamerkan talenta mereka ialah Camille Salameh dan Diamand Bou Abboud yang berperan sebagai Wajdi Wehbe dan Nadine Wehbe.

Pertikaian terselubung antara ayah dan putrinya, baik di dalam persidangan ataupun di luar, mampu memantik rasa emosi juga, meski dalam kadar yang kecil. Pertikaian mereka lebih kepada perbedaan prinsip dalam melihat fakta sejarah dan masyarakat.

Bisa dibilang, The Insult adalah film drama yang nyaris sempurna. Tema sensitif yang disuguhkan bisa digiring hingga masuk ke ranah politik, sosial, bahkan sejarah, tetapi semua dihadirkan secara seimbang dan kita bisa menilai sisi positif dan negatif dari pertikaian yang terjadi ini. Mendapat cap certified fresh dari Rotten Tomatoes, tentu saja film ini harus masuk daftar wajib tonton kalian.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram