showpoiler-logo

Sinopsis & Review The Gray Man, Aksi Seru Perburuan Agen CIA

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
The Gray Man
2.7
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Sierra Six, seorang pembunuh bagi CIA, mengetahui identitas aslinya dan menjebaknya dalam sebuah konspirasi spionase. Perburuan atas dirinya dikerahkan oleh pembunuh bayaran psikopat bernama Lloyd Hansen beserta pasukannya dalam jumlah besar.

Dengan bantuan agen CIA lain yang dinonaktifkan, Dani Miranda, Sierra Six berusaha membongkar kebobrokan organisasi yang menaungi mereka.

The Gray Man adalah film action thriller karya The Russo Brothers yang dirilis sebagai original film Netflix pada 22 Juli 2022.

Merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya Mark Greaney yang terbit di tahun 2009, film ini direncanakan sebagai pembuka franchise baru dari rangkaian novel tentang agen CIA ini. Hingga tahun 2022, sudah 11 judul yang diterbitkan.

Apakah film termahal Netflix ini sanggup memenuhi ekspektasi penikmat film action? Simak review berikut terlebih dahulu sebelum menontonnya.

Baca juga: 10 Rekomendasi Film yang Menampilkan Kerennya Aksi CIA

Sinopsis

Sinopsis

Donald Fitzroy, seorang agen CIA senior, menemui seorang pemuda yang sedang menjalani hukuman penjara karena melakukan pembunuhan.

Donald menawarkan pekerjaan di CIA sebagai salah satu pembunuh profesional dalam program Sierra yang dipimpinnya. Pemuda itu menerimanya dan memakai nama samaran Sierra Six.

18 tahun kemudian, Bangkok. Six mengemban misi untuk membunuh seseorang yang diduga menjual rahasia negara. Dalam aksinya, dia dibantu oleh agen CIA lain, Dani Miranda.

Six tidak bisa membidik target karena ada anak kecil disisinya. Oleh karena itu, dia membunyikan alarm dan menyerang target secara terbuka. Dia berhasil melumpuhkan target, tapi justru mendapati hal yang tak diduganya.

Sang target ternyata adalah seseorang dari program Sierra juga, yaitu Sierra Four. Dia memberikan sebuah kalung berisi data tentang kebobrokan Denny Carmichael, salah seorang pimpinan operasi CIA.

Six meninggalkan lokasi dan menghubungi Donald tentang situasi yang dihadapinya. Donald kemudian memberikan arahan kepada Six harus kemana dia pergi dan kepada siapa mengirimkan data tersebut.

Denny yang mengetahui aksi Six langsung menghubungi mantan agen CIA yang kini menjadi pembunuh bayaran, Lloyd Hansen.

Denny meminta kepadanya untuk melumpuhkan Six dan mengambil data itu darinya. Hansen langsung menculik keponakan Donald, Claire, untuk mengetahui keberadaan Six. Dalam kondisi terdesak, Donald memerintahkan timnya melumpuhkan Six di pesawat, tapi gagal.

Frustasi dengan kegagalan ini, Denny mengutus Suzanne untuk mengawasi kerja Lloyd. Donald dan Claire disekap oleh Lloyd di Kroasia dimana dia mengontrol operasinya dari sebuah kastil.

Lloyd mengerahkan para pembunuh dan tentara bayaran terbaik di seluruh dunia untuk memburu Six dengan imbalan uang yang banyak.

Sementara itu, Six sampai di Wina untuk menerima dokumen baru. Tapi ternyata dia dikhianati oleh orang kepercayaannya yang tergiur dengan hadiah dari Lloyd.

Six terjebak di sebuah sumur sementara Lloyd dan pasukannya menuju ke tempat itu. Six berhasil melepaskan diri dengan membuat sumur itu banjir, tapi Lloyd bisa mengejar Six dan berkelahi dengannya.

Setelah meledakkan granat, Six nyaris berhasil ditangkap oleh Lloyd jika saja dia tidak dibius oleh Dani. Kemudian Six juga dibius oleh Dani dan dibawa pergi.

Setelah siuman, Six berhasil meyakinkan Dani untuk membawanya ke rumah Margaret Cahill di Praha. Margaret sudah berhasil mendekripsi data yang dikirim oleh Six dan membeberkan semuanya kepada mereka.

Mengetahui lokasi Six, Lloyd mengirim pasukan ke rumah Margaret. Dani berhasil keluar dari rumah dengan membawa mobil pemberian Margaret, sementara Six berusaha mengamankan Margaret.

Namun justru Margaret mengorbankan dirinya agar Six bisa keluar dengan selamat. Six ditangkap oleh polisi dan diborgol di taman kota sambil menunggu tim SWAT datang.

Ternyata pasukan tentara bayaran kiriman Lloyd datang berbondong-bondong dan menyerang Six. Pasukan ini tidak segan-segan menembak polisi yang membuat Suzanne marah kepada Lloyd atas aksinya ini.

Pengejaran di jalanan terjadi yang membuat kerusakan di tengah kota. Dengan bantuan Dani, Six berhasil melumpuhkan seluruh anggota pasukan kiriman Lloyd dan melarikan diri bersama Dani.

Malamnya, Six dan Dani menyelinap ke rumah sakit untuk melacak keberadaan Claire dari alat pacu jantungnya.

Tapi mereka harus menanggulangi serangan Lone Wolf, pembunuh bayaran asal Tamil, yang berhasil merebut kalung berisi data rahasia dari Six.

Lone Wolf memberikan kalung itu kepada Lloyd berbarengan dengan serangan Six dan Dani ke markas mereka. Six berhasil membebaskan Donald dan Claire, namun Donald memilih mengorbankan diri agar mereka berdua bisa lolos dari kejaran Lloyd.

Dani berhadapan dengan Lone Wolf, namun di akhir pertarungan Lone Wolf memberikan kalung itu dan pergi begitu saja.

Lloyd menyandera Claire dan membawanya masuk ke taman labirin. Six harus bertarung melawan Lloyd demi membebaskan Claire.

Berhasilkah Six mengalahkan Lloyd? Apakah konspirasi CIA ini akan terbongkar? Untuk mendapatkan jawabannya, tonton terus film yang seru ini hingga akhir.

Berisi Deretan Bintang Mentereng

Berisi Deretan Bintang Mentereng

The Gray Man telah membuat Netflix menggelontorkan dana terbesarnya untuk sebuah produksi original film. Dikabarkan lebih dari $200 juta dicairkan dari kas platform streaming populer tersebut demi menghasilkan sebuah film aksi yang akan dicintai oleh para pelanggannya.

Tentu saja, dana terbesar dialokasikan untuk menggaet para bintang papan atas sebagai pemerannya. Ryan Gosling, Chris Evans dan Ana de Armas adalah tiga bintang yang menjadi pemeran utama di film berdurasi 2 jam 2 menit ini.

Titel The Gray Man sendiri disandang oleh Ryan Gosling sebagai Sierra Six yang beraksi secara rahasia di dalam berbagai misi sulit CIA.

Ryan Gosling tampil cukup bagus, seolah menggabungkan dua karakter yang pernah diperankannya di Drive (2011) dan The Nice Guys (2016).

Ekspresi datar dengan geraman kekesalan setiap kali terluka, menjadi ciri khas karakter ini. Kelincahan dalam beraksi dan ketabahan saat terdesak membuat karakter ini adalah poros tempo dalam cerita filmnya.

Sementara Chris Evans tampil menyebalkan sebagai pembunuh bayaran angkuh dengan mental sosiopat yang tidak takut melanggar segala aturan dan hal tabu dalam menyelesaikan misinya.

Dan Ana de Armas nyaris seperti pemanis cerita saja tanpa pendalaman karakter yang berarti. Sebenarnya, ketiga karakter utama di film ini tidak dilengkapi dengan latar belakang yang cukup, sehingga membuat kita menyaksikan banyak lubang dalam jalan ceritanya.

Meski dihadirkan dalam adegan flashback, semua itu muncul dengan kesan dipaksakan untuk memperkuat intensitas adegan utamanya.

Contohnya adalah ketika adegan pertarungan final antara Six dan Lloyd. Saat Lloyd membenamkan kepala Six ke air, trauma masa lalu Six yang pernah disiksa oleh ayahnya muncul.

Selain terkesan dipaksakan, adegan flashback ini juga muncul terlambat dan tak mampu mengangkat tensi filmnya lebih tinggi.

Jika tiga pemeran utamanya tidak mendapat latar belakang kisah yang cukup, jangan harapkan karakter lainnya bisa berkembang di dalam ceritanya.

Memang para pemeran di film ini membawakan karakter mereka dengan baik, tapi ada satu pemeran yang berhasil mencuri perhatian, yaitu Jessica Henwick sebagai Suzanne. Selain penampilannya yang berbeda, aktingnya juga penuh ledakan emosi.

Penuh Adegan Aksi Seru dan Menghibur

Penuh Adegan Aksi Seru dan Menghibur

The Russo Brothers adalah duo sineas yang sukses menggarap beberapa film Marvel Cinematic Universe, termasuk Avengers: Infinity War (2018) dan Endgame (2019).

Nama mereka seolah adalah jaminan suguhan aksi paling dahsyat di dalam film yang bisa menjadi magnet bagi para penontonnya. Tapi perlu diingat juga, mereka kurang apik menggarap drama di film Cherry (2021).

Sedikit banyak, hal ini turut mempengaruhi sisi drama The Gray Man sehingga kurang terolah dengan baik. Alur ceritanya seolah tidak ditata dengan rapi sehingga tidak bisa membawa kita hanyut dalam aliran emosi secara keseluruhan.

Saat kita baru tahu Donald memiliki keponakan, kemudian dimunculkan adegan flashback yang mengisahkan secara sekilas hubungan Six dan Claire.

Satu rangkaian adegan flashback ini sebenarnya terlalu singkat untuk dijadikan pondasi keterikatan emosi Six pada Claire, begitu juga sebaliknya. Efeknya terlihat pada adegan puncak dimana alasan Six menyelamatkan Claire berkali-kali terasa datar secara emosi.

Memang film dengan sinematografi yang cukup kelam ini agak lemah di sisi drama dan naskahnya, tapi kita akan dibuat terhibur dengan banyaknya adegan dahsyat yang cepat, keras dan spektakuler. Apalagi polesan efek visualnya sangat rapi dengan ritme yang terjaga baik.

Walau mungkin kita menemukan ada beberapa kesamaan adegan aksinya dengan film action lain, semua itu tidak menjadi masalah selama kita mencari keseruan saja dari film ini.

Contohnya adegan kereta yang melaju di tengah kota, terguling dan merusak beberapa bangunan nyaris mengingatkan kita dengan salah satu adegan F9: The Fast Saga (2021) yang baru saja kita saksikan tahun kemarin.

Koreografi pertarungannya juga sangat apik dan terlihat keras dengan dukungan pergerakan kamera yang dinamis.

Kehadiran bintang Tamil Dhanush menambah tensi film dengan dua adegan pertarungan yang sangat keras dan cepat.

Sudah pasti, kesan internasional khas film-film spionase terasa sangat kuat dengan lokasi di banyak negara dan pemeran dari berbagai bangsa.

Tidak Lepas dari Keklisean Kisah Spionase

Tidak Lepas dari Keklisean Kisah Spionase

Sebagai film bertema spionase, The Gray Man memang tidak banyak menghadirkan hal yang baru. Memiliki banyak kesamaan dengan film-film bertema sejenis, tidak bisa dihindarkan.

Adegan-adegan aksinya seperti ulangan dari film-film spionase sebelumnya, sehingga terasa tidak inovatif. Begitu juga jalan ceritanya yang minim pengembangan karakter.

Bahkan penggambaran Six dan Lloyd terlihat janggal. Six adalah agen yang menggunakan metode lama dan minim menggunakan teknologi, sedangkan Lloyd memakai semua perangkat paling mutakhir dalam setiap aksinya.

Harusnya penampilan Lloyd lebih modern daripada Six, tapi justru yang dihadirkan adalah sebaliknya. Six tampil dengan fashion terkini dan Lloyd tampil old school dengan kumis tebalnya.

Banyak adegan di film ini yang mengingatkan kita dengan aksi James Bond, Ethan Hunt, dan Jason Bourne serta para jagoan spionase lainnya.

Bahkan adegan pembuka dimana pertama kali Six direkrut, menggiring memori kita ke film xXx (2002) saat Augustus Gibbons memberikan penawaran kepada Xander Cage untuk bergabung dengan NSA.

Uniknya, film tersebut memiliki latar lokasi di Praha juga, sama dengan film ini. Bukan bermaksud membuka spoiler, tapi ending film ini cukup mengecewakan.

Lloyd kalah bukan di tangan Six dan Denny Carmichael yang jelas bersalah dengan berbagai misinya justru dimaafkan oleh petinggi CIA. M

ungkin saja hal ini dimaksudkan untuk menjadi jembatan bagi kisah di film selanjutnya, dimana masih banyak yang harus diselesaikan oleh Six.

Sebagai tambahan baru dalam genre spionase, The Gray Man tampil kurang maksimal dan seolah hanya sebuah kompilasi adegan aksi para agen mata-mata dengan interpretasi baru saja.

Selain naskah potensial yang kurang tertata, karakternya juga tidak tergali dengan baik, membuat film ini menjadi sebuah pondasi yang berisiko bagi sebuah franchise.

Tapi sebagai penikmat film-film action, tentunya kita tidak boleh melewatkan film The Gray Man. Dan apabila franchise ini hendak dibangun, maka kita harapkan film sekuelnya bisa tampil lebih baik dan memperbaiki segala kekurangan yang ada di film ini. Sudah tersedia di Netflix.  Tonton sekarang juga, ya!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram