bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review The Gifted, Sekolah Anak Berkekuatan Super

Ditulis oleh Suci Maharani R
The Gifted
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Sekolah adalah tempat teraman kedua bagi para siswa, namun hal ini tidak berlaku di Ritdha High School. Pasalnya sekolah ini justru menjadi tempat paling tidak aman, terutama bagi anak-anak kelas Gifted. Kelas khusus yang ditempati oleh anak-anak yang memiliki memiliki kekuatan spesial, yang menjadikan mereka anak istimewa.

The Gifted (2018) adalah drama yang akan memabawa kamu masuk ke kehidupan anak-anak super di Thailand. Drama ini menampilkan aktor-aktor muda yang sangat terkenal, sebut saja Korapat Kirdpan, Wachirawit Ruangwiwat hingga Atthaphan Phunsawat.

Kira-kira apa yang terjadi pada anak-anak kelas Gifted dan benarkan sekolah adalah tempat yang berbahaya bagi mereka? Temukan jawabannya di bawah ini.

Baca juga: Inilah 11 Karakter Penting di Drama Thailand The Gifted (2018)

Sinopsis

Sinopsis

Ritdha High School sepertinya memang berbeda dengan kebanyakan sekolah lainnya. Karena sistem klasifikasi yang diterapkan kepada seluruh siswanya memanglah sangat ketat. Sekolah ini memiliki program yang memisahkan para muridnya sesuai dengan status akademik mereka. Program ini disebut “Kelas Gifted”, kelas yang hanya berisikan anak-anak dengan kemampuan istimewa.

Pang awalnya berada dalam kelas dengan level terendah, namun ia bisa naik ke level tertinggi setelah mengikuti Ujian Penempatan Sekolah. Pang di masukan kedalam kelas yang hanya berisikan segelintir siswa, uniknya mereka semua bukan siswa biasa. Rata-rata dari siswa tersebut memiliki kekuatan supernatural yang berasal dari perilaku dan kepribadian mereka.

Tapi kelas Gifted bukanlah surga yang nyaman untuk Pang, pasalnya di kelas ini terdapat tensi persaingan yang ketat. Anak-anak yang sudah menyadari kekuatan mereka berusaha untuk menunjukkan dirinya agar bisa terpilih jadi ketua kelas. Pertarungan yang sengit datang dari Punn dan Wave, dimana keduanya telah menguasai kekuatan mereka secara maksimal.

Punn memiliki kekuatan untuk meniru orang lain lewat dari sentuhan dan penglihatan. Tak heran jika anak ini dikenal sangat perfectionist, namun ia memiliki ayah yang tidak pernah puas padanya. Akhirnya Punn nekad untuk mengikuti semua kompetisi di sekolah, hingga ia kehilangan dirinya. Kekuatan menirunya membuat Punn memiliki gangguan kepribadian hingga ia hampir berusaha bunuh diri.

Sementara Wave menjadi anak yang cukup rebel, ia merasa kemampuannya adalah yang paling hebat. Wave yang bisa mengendalikan teknologi lewat sentuhan membuat sekolah jadi wahana yang menakutkan. Pasalnya Wave mengincar orang-orang yang dianggapnya tidak kompeten salah satunya adalah Pang. Namun anak ini memiliki masa lalu yang menyakitkan, inilah yang membuatnya penuh dendam.

Anak-anak lain juga memiliki kekuatan mereka masing-masing, seperti Namtaan yang bisa melihat dan mendengar kisah dari suatu objek. Claire yang bisa melihat warna aura dan mendeskripsikannya, Ohm yang bisa menghilangkan objek. Korn yang bisa tetap terjaga selama berhari-hari, lalu ada si cantik Mon sangat jago dalam olahraga dan bela diri.

Hanya satu orang yang belum menemukan kekuatannya, orang itu tidak lain adalah Pang. Di tambah lagi Pang juga sangat membenci kelas Gifted, karena dirasa mendiskriminasi anak-anak lainnya. Ia juga menemukan misteri mengenai murid Gifted yang dihilangkan dari buku tahunan pertama.

Semua ini mengarah pada kepala sekolah mereka yaitu Supot Chueamanee dan guru Pon. Apa kekuatan Pang yang sesungguhnya dan berhasilkah ia memecahkan misteri yang ditutupi sekolah?

Fresh Plot, Bikin Penasaran dan Tegang Secara Bersamaan

Fresh Plot, Bikin Penasaran dan Tegang Secara Bersamaan

The Gifted (2018) menjadi drama kedua yang membuat saya kagum, setelah sebelumnya saya sangat jatuh cinta pada Full House Thai (2014). Drama ini benar-benar memberikan suasana baru, dimana saya hanya terbiasa menonton drama romance asal negeri gajah putih ini. Jujur saja saya sangat mengagumi Dhammarong Sermrittirong yang sudah menulis novel The Gifted.

Tapi saya sangat kagum lagi pada penulis cerita di drama ini, karena benar-benar bisa fokus menceritakan premisnya dengan baik. Pasalnya saya merasa dalam 13 episode, seluruh karakter bisa menunjukkan warna karakter mereka dengan baik. Terutama untuk delapan pemeran murid-murid yang ada di kelas Gifted, semuanya diceritakan sesuai dengan porsinya masing-masing.

Tak hanya penulis, keberhasilan ini juga datang dari sutradara yang bisa memvisualkan semua ini secara sempurna. Sisi misterius dan tempo yang diberikan membuat banyak orang bisa terhanyut masuk dalam perasaan setiap anak Gifted. Drama ini memberikan sisi misteri yang membuat penasaran karena harus berpikir keras, siapa dan apa motif dibalik ini semua.

Saya kira trouble maker dari semua ini adalah Wave, pasalnya anak inilah yang memiliki kepribadian nekad dan tanpa belas kasih. Namun plot twist yang ada membuat saya merasa sangat bodoh, bagaimana bisa saya terhanyut dengan plotnya. Ada banyak kejutan yang tidak pernah terbayangkan, semuanya disajikan di waktu yang tepat.

Di sisi lain saya menyadari adanya pesan moral dan sosial dari The Gifted (2018) yang menyentil sistem pendidikan. Mungkin hal ini sudah biasa, tapi memperlakukan siswa secara berbeda hanya karena status sosial dan akademik tidaklah baik. Bagaimana orang dewasa mengeksploitasi kehidupan anak-anak, itu bukanlah hal yang benar meski berlindung di balik “untuk masa depan”.  

Cerita Tidak Terputus dalam Pengembangan Setiap Karakter

Cerita Tidak Terputus dalam Pengembangan Setiap Karakter

Kekaguman saya pada The Gifted (2018) tentu saja karena drama ini berhasil membuat setiap karakternya menonjol. Tidak banyak drama yang bisa memberikan screen time yang pas untuk semua karakter utamanya, seperti drama ini. Tapi dibalik persoalan screen time, saya menyukai porsi untuk menunjukkan keistimewaan setiap karakternya.

Ketika satu karakter sedang berada di puncak, karakter lainnya menjadi lemah tapi akan saling bersahutan di akhir. Hebatnya meski terkesan dilemahkan, nyatanya semua itu menjadi poin penting untuk mendukung background story mereka. Seperti ketika Claire sedang menjadi fokus utamanya, disitu ada Punn dan Korn yang menjadi pendukung.

Lalu saat karakter Ohm dinaikkan, disitu ada Pang dan Namtaan yang mendukung pengembangan karakternya. Setiap cerita bisa disambungkan dengan baik, seakan semuanya memang berkesinambungan dan tidak terputus. Namun hal paling seru bagi saya adalah ketika Punn dan Wave saling menunjukkan karakter mereka.

Karena kedua orang ini memiliki story yang lebih ekstrim dan brutal, terutama untuk masalah kepribadian Punn. Bukan hal yang mengejutkan jika keahlian meniru Punn akan membuatnya memiliki kepribadian-kepribadian lain dalam tubuhnya. Namun akhir dari kisah Punn membuat saya merasa goosebump, karena karakter dark dalam dirinya akhirnya muncul.

Tidak banyak dialog, hanya sikap dan pembawaanya membuat saya sangat merinding dan merasa takut. Sementara untuk Wave saya sempat salah sangka padanya, ternyata anak ini juga memiliki masa lalu yang sangat menyakitkan dan kesepian. Kisah Pang sebagai fokus utama juga sangat menghibur, namun saya merasa karakternya masih kalah dari yang lainnya.

Film Science Fiction yang Bebas Teknologi CGI dan Green Screen

Science Fiction yang bebas Teknologi CGI dan Green Screen

Saat melihat genre science fiction yang dilabeli untuk The Gifted (2018), saya memang berharap adanya efek-efek spesial. Namun saya terkejut ketika kekuatan anak-anak Gifted tidak memakai CGI hanya efek visual yang simpel. Seperti saat Ohm menghilangkan dan mengembalikan benda yang disentuhnya, itu semua bisa memakai berbagai cara editing yang sangat mudah.

Sutradara dan jajarannya lebih menitik beratkan pada permainan kamera, editing visual, pencahayaan hingga sinematografi. Tidak ada efek CGI berat dalam drama ini, namun hal ini tidak membuat tensi dan suasana yang diberikan terasa canggung. Malah bagi saya semua kesederhanaan ini membuat segalanya seakan lebih real dan bukan efek visual.

Mungkin jika ditambahkan dengan CGI, drama ini akan memberikan visualisasi yang menakjubkan. Tapi bagi saya tastenya akan berubah seperti drama kolosal Cina, bukan taste Thailand lagi. Sepertinya sutradara memahami dan menyadari hal ini, ini juga yang menjadi daya tarik drama bagi saya. Mungkin jika memakai efek CGI, dramanya malah fokus pada efek bukan pada cerita dan pengembangan karakter.

Inilah review saya setelah menonton The Gifted (2018), drama Thailand yang membuat saya susah move on. Drama ini juga telah dibuatkan musim keduanya dengan judul The Gifted: Graduation (2020) yang tidak kalah seru. Kira-kira kamu setuju dengan review di atas? Jika kamu memiliki pendapat lain, jangan lupa untuk membagikannya di kolom komentar di bawah ini.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram