bacaterus web banner retina

Review & Sinopsis The Gentlemen, Gangster Keras Saling Tikung

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
The Gentlemen
3.3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Seorang ekspatriat Amerika mencoba menjual kerajaan ganja miliknya di London, memicu berbagai skema penyuapan, pemerasan, dan pencurian untuk merebut kerajaan itu darinya.

Film action comedy ini disutradarai oleh Guy Ritchie yang kembali ke habitatnya dalam mengarahkan film gangster Inggris yang keras dengan banyak karakter seperti Lock, Stock and Two Smoking Barrels (1998).

The Gentlemen tentu saja diisi oleh deretan aktor watak dengan karakter keras, seperti Matthew McConaughey, Charlie Hunnam dan Colin Farrell.

Hugh Grant pun ikut berpartisipasi dengan karakter yang unik. Pertama kali ditayangkan di Curzon Mayfair Cinema, film produksi bersama Inggris dan Amerika ini kemudian dirilis oleh STX Films pada 24 Januari 2020.

Bagi penikmat film-film karya Guy Ritchie, tentu saja film ini pasti ditunggu. Untuk itu, kami akan ulas beserta sinopsisnya untuk kalian fans Guy Ritchie atau hanya penikmat film umum.

Sinopsis

Sinopsis The Gentlemen

Fletcher (Hugh Grant), seorang penyidik pribadi yang disewa oleh Big Dave untuk menyelidiki hubungan antara Mickey Pearson (Matthew McConaughey) dengan Lord Pressfield, datang menemui tangan kanan Mickey, Raymond (Charlie Hunnam), dengan maksud melakukan pemerasan terhadap Mickey dengan hasil penyelidikannya seharga 20 juta poundsterling.

Sekilas diceritakan awal mula perjalanan Mickey di bisnis ganja yang bermula dari saat dia masih kuliah di Universitas Oxford dengan beasiswa Rhodes untuk mahasiswa berprestasi.

Setelah drop out dari kuliah, dia mulai membangun kerajaan kriminalnya dengan kekerasan. Sekarang dia ingin menjual kerajaannya itu supaya bisa pensiun dengan nyaman bersama istrinya.

Seorang milyuner dari Amerika, Matthew Berger, datang untuk melihat peluang usaha yang katanya sangat menguntungkan tersebut dan menawar dengan harga $400 juta.

Mickey memperlihatkan salah satu laboratorium miliknya kepada Matthew di lokasi yang sangat tidak diduga. Tapi tidak hanya Matthew yang tertarik dengan bisnis ini, boss kecil gangster China bernama Dry Eye ikut menawar. Tapi ditolak.

Kemudian, laboratorium Mickey digerebek oleh sekelompok petarung MMA amatir yang melakukan pencurian ganja dalam jumlah besar.

Aksi mereka direkam dan diunggah di YouTube yang digabungkan dengan musik rap karya mereka. Pelatih mereka, Coach (Colin Farrell), meminta mereka untuk mengembalikan ganja itu setelah mengetahui siapa pemiliknya.

The Gentlemen 1

Raymond menjemput pulang putri Lord Pressfield yang sedang berkumpul bersama teman-teman sesama pecandu narkoba. Tetapi ada sebuah kejadian yang menyebabkan salah satu pecandu itu terjatuh dari balkon dan tewas. Coach mendatangi Raymond untuk meminta maaf atas aksi para muridnya dan menawarkan pelayanan dari mereka sebagai ganti ruginya.

Coach kemudian menangkap Phuc, anak buah Dry Eyes yang memberi tahu murid-murid Coach tentang lokasi laboratorium Mickey. Meski pada akhirnya Phuc tewas dalam pengejaran.

Sementara itu, Mickey mengancam Lord George karena merusak laboratoriumnya. Lord George kemudian menegur Dry Eye atas aksinya itu yang dianggap tidak menaatinya. Tapi sayang, Lord George dibunuh oleh anak buahnya sendiri.

Tanpa sepengetahuan Mickey, Dry Eye dan Matthew bekerjasama. Dry Eye yang mengambil alih kekuasaan Lord George, mengganggu bisnis Mickey agar harga jualnya berkurang.

Dia kemudian berencana menculik Rosalind, istri Mickey. Rosalind melawan sekuat tenaga dan berhasil diselamatkan oleh Raymond dan Mickey yang datang tepat waktu dan menembak Dry Eye.

Semua itu adalah cerita yang diutarakan oleh Fletcher kepada Raymond. Kemudian Raymond menyuruh Coach dan murid-muridnya untuk menangkap Big Dave dan mengancamnya agar menghentikan investigasi dengan cara membiusnya dan membuatkan video memalukan tentangnya dalam keadaan mabuk yang akan disebarkan di internet.

The Gentlemen 2

Matthew memberikan penawaran baru seharga $130 juta untuk bisnis Mickey dengan alasan banyaknya kerusakan yang terjadi. Tapi Mickey menolaknya dan membuka kedok Matthew dengan memperlihatkan jasad Dry Eye yang dibekukan.

Kemudian Matthew dikurung di ruangan pembeku dan diminta untuk membayar $270 juta sebagai ganti rugi kerusakan, atau harus kehilangan salah satu anggota tubuhnya.

Fletcher mengunjungi Raymond lagi untuk meminta uangnya, tetapi ternyata dibalik itu Raymond sudah mengambil semua bukti temuan yang ada di tas Fletcher yang dilakukan oleh murid-murid Coach.

Tapi masalah belum selesai, karena Fletcher juga menjual informasi itu ke mantan agen KGB yang kemudian mengejar Mickey karena kematian putranya.

Coach dan murid-muridnya membantu Mickey dan Raymond menyelesaikan masalah ini dengan menjebak dan menembaki pembunuh-pembunuh asal Rusia itu. Rupanya, Fletcher belum selesai.

Dia bermaksud menjual informasi itu kepada Miramax (perusahaan film). Tetapi ketika naik taksi menuju kantor Miramax, Fletcher baru tahu jika sopir taksi adalah Raymond.

Akhirnya, setelah mengetahui urusan dengan Fletcher selesai, Mickey dan istrinya, Rosalind, kembali menjalankan kerajaan ganjanya dan merayakan kemenangan mereka.

Baca juga: Film Tentang Gangster yang Paling Seru dan Menegangkan

Pengarahan Unik Khas Guy Ritchie

Pengarahan Unik Khas Guy Ritchie
*

Guy Ritchie mendobrak perfilman dunia dengan Lock, Stock and Two Smoking Barrels (1998) yang menampilkan aksi kekerasan dengan gaya yang unik dengan dialog dan editing yang cepat serta dinamis. Keunikan pengarahannya ini dilanjutkan lewat Snatch (2000) dengan menampilkan aktor top Hollywood sekelas Brad Pitt.

Film-film lainnya yang tampil dengan faktor serupa antara lain Revolver (2005) dan RocknRolla (2008). Selain itu, Ritchie juga sempat mengarahkan film berbujet besar seperti Sherlock Holmes (2009) dan sequel-nya, Sherlock Holmes: A Game of Shadows (2011), serta Aladdin (2019). Sempat dipertanyakan kehilangan sentuhan magisnya dalam film-film besar itu, Ritchie kembali ke akarnya dengan film ini.

The Gentlemen menyajikan adegan aksi yang keras dan cepat, secepat dialog dan editing film yang hadir dinamis. Jika kalian menonton film dengan subtitle Inggris, dijamin kalian akan sulit memahaminya.

Dan jika dengan subtitle Indonesia standar, dialog tidak diterjemahkan dengan baik sesuai maksud yang dikatakan. Untuk mengatasinya, kita harus paham dengan istilah-istilah slang yang disuguhkan.

Meski tidak menghadirkan aktor favoritnya, Jason Statham, film ini tetap bisa tampil lugas. Bahkan aktor sekelas Matthew McConaughey dan Charlie Hunnam bisa tampil dingin dan sadis.

Jika menyimak dialog yang dilontarkan para karakternya, terdapat beberapa nada rasis tapi dikemas dalam balutan komedi yang cerdas, sehingga kesannya terdengar lebih lembut.

Performa Akting yang Mengejutkan

Performa Akting yang Mengejutkan
*

Syarat bagi aktor yang ingin tampil di film karya Guy Ritchie harus bisa tampil keras, kasar, bermulut tajam dan cepat, serta memiliki karakter yang unik. Seperti yang sudah kami singgung tadi, Matthew McConaughey, Charlie Hunnam, dan Colin Farrell mampu membawakan karakter masing-masing dengan baik, terutama Colin Farrell yang sangat santai dan kharismatik dengan logat British yang kental.

McConaughey memang sudah sering berperan dalam film aksi dengan karakter yang keras, begitu pun Hunnam. Tetapi yang mengejutkan di film ini adalah penampilan Hugh Grant yang tampil berbeda dengan karakter yang biasa dia bawakan di film-film sebelumnya.

Dia sebenarnya adalah otak cerita di film ini dengan segala kelicikannya yang, sayangnya, berakhir dengan kegagalan. Tetapi karena pemerasan dan ancaman yang dia tujukan kepada Mickey, justru membenturkan kelompoknya dengan gangster China dan Rusia, demi mendapatkan bayaran terbesar baginya.

Hugh Grant pernah tampil sebagai tokoh antagonist sebelumnya di Paddington 2 (2017) dan dia menambahkan aksen dialog yang cepat untuk karakter ini. Dan Grant berhasil membawakannya dengan baik.

The Gentlemen adalah sebuah film kriminal penuh aksi yang keras khas Guy Ritchie yang dianggap oleh para kritikus menampilkan kembali sentuhan magisnya yang sempat hilang di film-film sebelumnya.

Meski tidak sebaik Lock, Stock and Two Smoking Barrels, tetapi film ini cukup enak untuk disimak, apalagi dipenuhi oleh penampilan para aktor berkualitas dalam performa yang baik dari mereka.

Tentu saja, film ini kami rekomendasikan untuk ditonton, terutama bagi penikmat film aksi dan fans sejati Guy Ritchie yang sempat dikecewakan di beberapa film sebelumnya.

Celotehan humor yang bisa bikin kita tergelak dan rentetan soundtrack yang bagus juga semakin menambah poin plus bagi film ini. Jadi gak usah tunggu lama untuk menyaksikannya ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram