bacaterus web banner retina

Sinopsis &Review Film The Do-Over, Petaka Identitas Baru

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
The Do-Over
1.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Dua pria yang mengalami banyak kekecewaan dalam hidupnya memutuskan untuk berkolaborasi pergi dengan menggunakan identitas baru. Belum sempat menikmati hasil yang didapat, mereka diburu oleh pihak yang tidak diketahui motifnya. Seiring misteri identitas yang mereka pakai mulai terkuak, rahasia pribadi salah satu dari mereka pun mulai terbuka.

The Do-Over adalah film action comedy yang dibintangi oleh Adam Sandler dan David Spade. Menjadi original film Netflix kedua bagi Adam Sandler, film yang disutradarai oleh Steven Brill ini dirilis pada 27 Mei 2016. Sangat jarang kita melihat Adam Sandler berperan dalam film action, tapi apakah dia menggunakan formula yang sama untuk filmnya kali ini? Simak review berikut untuk mengetahuinya.

Sinopsis

Review The Do-Over__

Di sebuah reuni sekolah, Charlie yang tidak bahagia dalam hidupnya bertemu dengan teman lama, Max. Mengaku sebagai agen FBI, Max berbincang dengan Charlie hingga pesta usai dan mengajaknya untuk bertemu kembali nanti. Hidup Charlie terkesan datar dan menyedihkan dengan pekerjaan yang dia jalani sejak lulus sekolah dan seorang istri yang membawa anak kembar nakal.

Ketika istrinya mendapat hadiah perjalanan ke luar kota, Charlie yang kecewa dihubungi oleh Max dan langsung menghampirinya di dermaga. Mereka pun berlayar berdua dan menikmati keindahan laut layaknya anak muda. Di malam hari, kapal pesiar yang mereka bawa meledak, tetapi mereka berdua sudah berada di atas sekoci penyelamat.

Charlie tersadar. Max memberitahu jika dia meledakkan kapalnya dan memalsukan kematian mereka. Max memberi identitas baru untuk mereka berdua, Charlie menjadi Dr. Ronald dan Max menjadi Butch Ryders dengan banyak uang tunai dalam tas Max. Sempat tidak terima, Charlie setuju dengan ide Max setelah melihat keluarga dan kantornya dengan cepat melupakannya.

Max menunjukkan sebuah kunci yang dia temukan di mayat Butch yang kemudian membawa mereka ke sebuah bank di Puerto Rico. Mereka berhasil meyakinkan pihak bank dan membawa isi kotak deposit yang berisi lebih banyak uang tunai dan sebuah kunci rumah mewah di tepi pantai. Mereka menikmati kehidupan baru mereka dengan senang, tapi tidak lama.

Tiba-tiba mereka diserang oleh sekelompok orang bersenjata. Mereka berhasil melarikan diri dengan membawa mobil Ferrari. Demi melacak siapa pelaku penyerangan itu, mereka harus kembali ke Amerika untuk bertemu dengan istri Dr. Ronald. Setelah bertemu, mereka menjelaskan bahwa suaminya mati dibunuh dan mereka ingin mencari tahu siapa pelakunya.

Tujuan pertama mereka adalah bar dimana Ronald dan Butcher sering bertemu. Disana mereka mendapat informasi dari teman dekat Butch, Dakota, bahwa Dr. Ronald menemukan obat penyembuh kanker dan Butcher adalah pasiennya. Ketika mereka hendak pergi, pembunuh bayaran yang dijuluki The Gymnast menembaki mereka dan membunuh Dakota. Mereka kemudian bersembunyi di rumah ibu Max.

Tujuan mereka berikutnya ialah rumah Shecky, rekan kerja Dr. Ronald. Sama seperti pengakuan istri Dr. Ronald, rumahnya juga dibobol oleh sekelompok orang tidak dikenal. Mereka berasumsi jika pihak yang memburu mereka mencari formula milik Dr. Ronald. Mereka kemudian mencoba mencari formula itu di rumah sang dokter, tapi Charlie dan Max terlibat perdebatan.

Max pergi ke rumah Shecky dan mengintrogasinya. Tapi belum selesai menginterogasi, Shecky tewas karena luka tembak di kakinya. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Shecky bilang jika pemburu itu adalah pesuruh Trojgaard, perusahaan kemoterapi, yang ingin mengambil formula itu dan memusnahkannya. Seketika itu The Gymnast datang dan membekap Max.

Charlie berhasil menemukan formula obat di tablet milik sang dokter dan memberitahukannya segera kepada Heather yang sedang mencari Max dan menuju rumah Shacky. Apakah Heather bisa menyelamatkan Max? Lalu akan diberikan kepada siapa formula obat itu? Temukan semua jawabannya dengan menontonnya hingga selesai.

Premis Menjanjikan yang Buyar di Tengah Jalan

Review The Do-Over_Premis Menjanjikan yang Buyar di Tengah Jalan_

The Do-Over memiliki pembuka yang baik dan menjanjikan. Latar belakang kehidupan Charlie yang penuh penderitaan digambarkan dengan cukup baik dan tidak berlebihan. Dialog antara Spade dan Sandler pun mengalir lancar meski tidak berusaha untuk melucu lewat kata-kata. Karakter yang mereka bawakan cukup solid dan meyakinkan.

Tapi semua tidak bertahan lama. Setengah jam film berjalan, semua premis menjanjikan ini hancur berantakan ketika masuk ke ranah komedi khas Adam Sandler yang lebih banyak mengumbar seksualitas wanita, hal-hal menjijikkan, dan referensi tentang penyimpangan seksual. Banyaknya lelucon seperti ini di film-film Sandler sebelumnya sudah cukup memuakkan, kemudian kita menemukannya lagi disini.

Cerita yang Rumit dengan Ritme yang Lambat

Review The Do-Over_Cerita yang Rumit dengan Ritme yang Lambat_

Rasanya kita sudah lama sekali tidak melihat Adam Sandler dalam performa terbaik. Terakhir kali Adam Sandler tampil memikat di film Reign Over Me (2007), itu pun bukan di genre komedi, melainkan drama dan bukan diproduksi oleh Happy Madison miliknya. Sebenarnya Sandler tampil cukup baik di setengah film awal ini dengan membawakan karakter Max yang misterius dan celetukan yang mengena.

Di beberapa film terakhir yang diproduseri, sepertinya Sandler senang membuat film sambil liburan di lokasi-lokasi yang menarik di luar Amerika, seperti Just Go with It (2011) di Hawaii dan Blended (2014) di Afrika Selatan. Dengan kontrak besar dari Netflix, Sandler membawa semua tim produksinya kali ini ke Puerto Rico, meski syuting lebih banyak dilakukan di Savannah, Georgia.

Duet penulis naskah Kevin Barnett dan Chris Pappas seperti mencampuradukkan semua kemungkinan cerita secara bertumpuk-tumpuk, sehingga membuat alur cerita terkesan berantakan. Selain itu, ritme film ini terasa sedikit lambat dan kurang dinamis sebagai film action. Film terasa sangat lama padahal durasinya hanya 1 jam 48 menit, ditambah dengan tidak ada hal menarik dari sisi sinematografi.

Baca juga: Inilah 10 Film Adam Sandler Terbaik yang Wajib Ditonton

Performa Apik Pencuri Adegan

Review The Do-Over_Performa Apik Pencuri Adegan_

Sepanjang sisa film, Adam Sandler dan David Spade jelas-jelas tidak bisa mempertahankan karakter mereka seperti yang ditampilkan di awal film. Semua lelucon yang keluar dari mulut mereka tidak ada yang lucu. Bisa dibilang mereka gagal di film ini. Hingga Paula Patton pun ikut terbawa dengan karakternya yang tidak menarik, menebar sensualitas belaka, dan mudah ditebak.

Tapi ada satu aktris yang tampil memikat, meski dia hanya sesekali saja hadir, yaitu Kathryn Hahn. Sebagai Becca yang menurut Max adalah pacarnya yang sedikit psycho, Hahn mampu tampil menggelitik dengan kemarahannya dan tampil dewasa nan sederhana saat membuka identitas Max di hadapan Charlie, serta tampil trengginas dalam adegan perkelahian keras nan puitis menjelang akhir film.

The Do-Over menjadi kelanjutan kegagalan Adam Sandler untuk menyajikan film komedi yang lucu bagi Netflix dalam kolaborasi keduanya ini. Awal film yang menjanjikan tidak bisa dipertahankan hingga akhir film, ditambah dengan tidak kuatnya performa para pemerannya, kecuali Kathryn Hahn tentunya. Tapi film ini masih menyimpan twist yang cukup menyentuh hati kita.

Adam Sandler harus lebih mengerahkan kreatifitasnya agar bisa menghasilkan film komedi berkualitas lagi, apalagi kontrak dengan Netflix dikabarkan bernilai besar dan berjangka panjang. Masihkah kita berharap Adam Sandler bangkit lagi? Tentu saja ini harapan para fans beratnya.

Tapi tak perlu kecewa, Bacaterus punya rekomendasi film action komedi terbaik produksi Hollywood yang tak kalah menarik untuk ditontok, kok.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram