bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review The Dirty Dozen, Narapidana dalam Misi Militer

Ditulis oleh Aditya Putra
The Dirty Dozen
3.8
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Ketika terdesak dalam keadaan perang, ada kemungkinan rakyat sipil diberikan senjata untuk membela negaranya.

Tapi untuk tugas-tugas tertentu yang lebih krusial, orang-orang yang dipilih haruslah yang memiliki kemampuan memadai. Untuk sampai di level tersebut, diperlukan latihan panjang yang melelahkan secara fisik maupun psikis.

Kesiapan pasukan secara fisik dan psikis berpengaruh besar pada suksesnya misi. Bagaimana jadinya kalau orang-orang yang dipilih untuk sebuah misi ternyata berasal dari orang-orang yang nggak kompeten di bidang militer?

Hal itulah yang diangkat sebagai cerita dalam film perang The Dirty Dozen. Mari kita bahas lebih jauh lewat sinopsis dan review filmnya.

Sinopsis

sinopsis the dirty dozen_
Tahun Rilis 1967
Genre , ,
Sutradara
Pemeran Lee Marvin
Review Baca di sini

Mayor John Reisman adalah seorang anggota militer yang keras kepala. Pada tahun 1944, dia diperintahkan oleh atasannya, Mayor Jenderal Sam Worden untuk menjadi pimpinan Project Amnesty.

Proyek itu adalah sebuah misi rahasia yang akan memberangkatkan 12 orang narapidana dalam tugas militer yang berbahaya. Untuk menyukseskan misi, Reisman harus melatih mereka.

Tujuan dari Project Amnesty adalah serangan dengan target petinggi-petinggi Nazi yang berada di Rennes, Perancis.

Serangan ini akan membuat kondisi kacau sebelum sekutu melakukan invasi. Reisman meminta imbalan pada Worden bahwa para narapidana akan diberi hukuman yang lebih ringan apabila berhasil menyelesaikan misi. Worden yang sempat menolak, akhirnya bersedia setelah Reisman mendesaknya.

Reisman diperkenalkan dengan 12 orang narapidana yang dijatuhi hukuman seumur hidup atau hukuman mati. Mereka harus menjalani hukuman atas tindak pidana berbeda dari mulai pembunuhan, pemerkosaan, pencurian sampai melawan pada pihak berwajib.

Kedatangan Reisman nggak disambut baik karena mereka merasa hanya dijadikan sebagai tumbal. Reisman perlahan-lahan memberi tahu bahwa mereka akan mendapat pengurangan hukuman apabila menyelesaikan misi dengan baik.

Reisman dibantu oleh Sersan Clyde Bowren, mereka mencoba membuat para narapidana memahami pentingnya disiplin dan mengikuti aturan.

Para narapidana berlatih baris-berbaris dan membuat kamp sendiri. Setelah dirasa cukup bisa mematuhi aturan, barulah mereka diberi latihan dasar militer yang perlahan-lahan semakin intens.

Kedua belas orang mulai menunjukan persatuan sebagai sebuah unit. Franko yang punya persepsi buruk dengan aparat, memimpin protes setelah nggak diberi air hangat untuk bercukur. Tindakannya itu kemudian diikuti oleh narapidana lain.

Reisman menghukum mereka dengan memberikan makanan dingin dan nggak akan memberi sabun. Para narapidana pun diberi nama The Dirty Dozen oleh Reisman.

Kapten Stuart Kinder, psikiater di kamp, mengatakan pada Reisman bahwa para narapidana nggak memiliki mental yang stabil. Para narapidana akan berlatih menggunakan parasut di tempat yang dipimpin oleh Kolonel Breed.

Reinsman memerintahkan pada anak buahnya untuk merahasiakan misi itu. Siapa pun yang berani membocorkan rahasia, maka semua narapidana akan langsung dikembalikan ke penjara dan dieksekusi.

Sesampainya di tempat latihan parasut, Reinsman berbohong bahwa dia membawa serta seorang jenderal yang menyamar ke dalam unit. Pinkley, narapidana yang lambat dalam berpikir, ditunjuk Reisman untuk berpura-pura menjadi jenderal.

Merasa dilecehkan oleh tindakan Pinkley yang melakukan inspeksi, Reed memerintahkan dua anak buahnya untuk mencari tahu misi yang dijalankan Reisman.

Wladislaw, narapidana yang didakwa atas pembunuhan, dipukuli oleh dua anak buah Reed. Wladislaw dibantu oleh Posey dan Jefferson untuk melawan balik.

Mereka mencurigai tindakan itu merupakan ide Reisman yang ingin misi dibatalkan. Ternyata anak buah Reed balik menyerang ke kamp dan kecurigaan para narapidana nggak terbukti.

The Dirty Dozen harus meyakinkan Worden untuk bisa diterjunkan dalam misi. Mereka berhasil melewati latihan militer dengan cara yang curang tapi nggak melanggar aturan sama sekali.

Mereka kemudian disetujui untuk diberangkatkan dalam misi ke Rennes. Bisakah The Dirty Dozen menyelesaikan misi? Atau mereka malah mengacaukan misi?

Dinamika Hubungan The Dirty Dozen

Dinamika Hubungan The Dirty Dozen_

The Dirty Dozen terdiri dari para narapidana yang memiliki latar belakang berbeda serta tindak pidana yang berbeda. Ketika dikumpulkan, mereka diperlihatkan sulit untuk diatur, terutama Franko.

Tapi perlahan-lahan mereka mulai mematuhi Reinsman karena akan mendapatkan imbalan pengurangan hukuman.

Franko menjadi salah satu yang paling menonjol di The Dirty Dozen. Dia berusaha kabur sebelum dihentikan rekan-rekannya dan terus memegang prinsipnya yang membenci aparat. Ada juga Maggott, yang fanatik pada agamanya sehingga tindakannya selalu didasari kutipan ayat suci.

Ada juga Posey yang bertubuh besar dan didakwa membunuh setelah marah besar karena didorong badannya. Ada Wladislaw yang sulit diatur tapi punya kemampuan bahasa Jerman mumpuni.

Pendalaman karakter yang solid benar-benar dimanfaatkan untuk membuat cerita menjadi berwarna. Dinamika hubungan mereka pun diperlihatkan dari mulai sulit berbaris, sulit diperintah untuk tidur, sulit mengikuti latihan militer, sampai dinyatakan lolos untuk menunaikan misi ke Rennes.

Hal itu membuat kita percaya bahwa mereka kompeten untuk sebuah misi yang disebut misi bunuh diri itu.

Secara sinematografi, film ini nggak banyak memberi sajian spesial sebagaimana lebih memfokuskan diri pada segi cerita. Walau begitu, visualisasi kamp benar-benar dibuat seminim mungkin. Tujuannya tentu untuk menguatkan cerita The Dirty Dozen nggak diberi fasilitas mewah.

Pun visualisasi gedung yang berisi petinggi Nazi berhasil dibuat begitu besar, penuh orang, penjagaan ketat, memberi kesan kalau misi yang akan ditunaikan sulit untuk dilakukan.

Penampilan Lee Marvin

Penampilan Lee Marvin_

Lee Marvin di The Dirty Dozen berperan sebagai Reisman. Dalam adegan awal, kita sudah diberi pertanda bahwa Reisman bukanlah seorang Mayor biasa, melainkan seorang pembangkang.

Caranya duduk dan intonasi bicaranya menunjukan bahwa dia adalah orang yang arogan dan siap membela prinsip yang dipegangnya. 

Seiring dengan berjalannya cerita, kita bisa melihat transisi Reisman yang galak kemudian menjadi seperti figur ayah bagi The Dirty Dozen.

Figur ayah di sini bukanlah seperti ayah kebanyakan atau yang menunjukan sisi sensitifnya, melainkan dingin tapi tetap peduli pada setiap anggota unit yang dipimpinnya. The Dirty Dozen merupakan panggung bagi Lee Marvin untuk menunjukan kecemerlangannya dalam berakting.

Unsur Komedi

Unsur Komedi_

Nilai plus The Dirty Dozen adalah kecemerlangannya dalam memasukkan unsur komedi. Porsinya nggak ditebar secara berlebihan, tapi diselipkan di momen yang tepat.

Seperti ketika uji latihan militer, mereka seenaknya mengganti warna ban agar bisa menguasai kantor pusat. Hal itu juga didukung oleh para karakternya yaitu narapidana yang memiliki kecenderungan sulit diatur.

Komedi dari awal sampai second act berkurang secara drastis di third act. Hal itu bukannya tanpa alasan, di third act kita akan menyaksikan perjuangan The Dirty Dozen dalam menyelesaikan misi.

Tone serius yang dipilih terasa tepat karena momen itulah yang menjadi inti dari film ini. Pengurangan unsur komedi bertujuan supaya inti filmnya nggak bergeser.

Durasi film The Dirty Dozen cukup panjang: 150 menit. Jangan khawatir, waktu yang dihabiskan akan terasa sepadan. Film ini menjadi salah satu film unik yang mengemas perang dengan komedi tapi tetap bisa menunjukan sisi brutalnya.

Suka film perang yang ada komedinya? Coba tulis beberapa judul yang kamu suka di kolom komentar, teman-teman!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram