bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review The Crown Season 1, Awal Kepemimpinan Sang Ratu

Ditulis oleh Dhini Oktavianti
The Crown Season 1
4.3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Ada banyak latar belakang cerita yang bisa dituangkan ke dalam drama menarik. Salah satunya adalah latar belakang keluarga kerajaan dari Inggris.

Siapa yang tak mengenal dengan keberadaan Royal Family satu ini. Sejarah, konflik, kontroversi, kehidupan pribadi, sampai karakter masing-masing anggota memang menarik untuk dinikmati. 

Ini pula yang menjadi latar belakang Netflix memproduksi serial The Crown. Tentu saja, semua terinspirasi dari Kerajaan Bersatu Britania Raya. Walau tertulis ini adalah cerita fiksi, tetapi dasarnya masih berdasarkan kejadian yang pernah terjadi di dalam Royal Family.

Sudah ada empat musim yang dikeluarkan dan bisa dinikmati di Netflix. Rating yang diberikan oleh iMDb sekitar 8.6/10, sedangkan Rotten Tomatoes memberikan rating 88% dan penontonnya sebesar 94%. Mari kita buktikan dengan melihat review dan sinopsisnya di bawah ini.

Sinopsis

sinopsis_
  • Tahun rilis: 2016
  • Genre: Drama, British, Political TV
  • Produksi: Left Bank Pictures, Sony Pictures Television Production UK
  • Sutradara: Peter Morgan
  • Pemeran: Claire Foy, Matt Smith, John Lithgow, Jared Haris, Victoria Hamilton, Vanesa Kirby.
  • Jumlah episode: 10 Episode

Seorang pria paruh baya berseragam terlihat di dalam toilet dengan suara batuk berat sampai mengeluarkan darah.

Pria tersebut adalah Raja George VI (Jared Harris). Scene berpindah memperlihatkan seorang perempuan muda yang menunggu dengan cukup gelisah sembari sesekali melirik ke ruangan yang tertutup dan dijaga pengawal. Perempuan tersebut adalah Putri Elizabeth (Claire Foy). 

Putri Elizabeth menunggu dengan gelisah keputusan mengenai pelepasan kewarganegaraan Yunani dan atribut asing Letnan Philip Mountbatten (Matt Smith), angkatan laut kerajaan. 

Tak lama, Raja George VI masuk ke ruangan dan melantik Philip dengan gelar dan nama barunya. Setelah dilantik, Philip keluar ruangan menemui Elizabeth. Putri Elizabeth menanyakan hasilnya dan Philip hanya memberikan pendapat secara sarkasme. 

Keesokannya, Putri Elizabeth menikah dan menampilkan scene pembuka dari Raja George yang menanyakan kondisinya kepada pekerja yang membantunya berpakaian sampai Peter Townsend (Benjamin Miles) menenangkan sang Raja. 

Tak lama, sekertaris kerajaan bernama Tommy Lascelles (Pip Torrens) siap mengantar Raja untuk menemui kedua putrinya, Putri Elizabeth dan Putri Margaret (Vanessa Kirby) dalam balutan busana pernikahan.

Scene pernikahan Royal Family pun ditampilkan. Di sana hadir Winston Churchill (John Lithgow), Clement Attlee (Simon Chandler), Anthony Eden (Jeremy Northam), Lord Mountbatten (Greg Wise), dan beberapa anggota parlemen dari Partai Buruh dan Partai Konservatif. 

Prosesi pernikahan keluarga kerajaan pun dilakukan, termasuk berfoto dan menyapa rakyat Inggris di balkon. Sebelum menyapa, Raja George VI memberikan hadiah pernikahan berupa kamera.

Kemudian, scene lainnya menjelaskan tentang perjalanan kehidupan setelah pernikahan Putri Elizabeth dan Philip. Mereka terlihat bahagia dan juga nyaman dengan kehidupan di Malta serta kehadiran Charles dan Anne. 

Sampai pada momen, Putri Elizabeth dipanggil oleh sekertaris pribadi Martin Charteris (Charles Edward) bahwa ia mendapatkan telepon penting dari London. Ternyata, sang ayah harus dioperasi karena radang selaput. Ratu Elizabeth, Philip, Charles, dan Anne pun kembali ke Istana Buckingham untuk mengunjungi sang ayah.

Operasi berjalan lancar tetapi Philip merasa ada yang janggal dengan operasinya. Ia pun memeriksa ruang operasi dan menemukan kondisi sang raja terbaring sekaligus melihat paru-paru yang sudah diangkat. 

Setelah operasi, terdapat scene selanjutnya berupa pengumuman bahwa Winston Churchill kembali terpilih menjadi Perdana Menteri. Churchill mempertanyakan kondisi sang raja dengan dokter pribadi. Ia merasa ada yang ditutupi dan janggal dengan operasi Raja George VI.

Pada hari pertama Churchill menjabat, ia bertemu dengan Raja George VI. Mereka membicarakan tentang pekerjaan dan kesehatan raja yang pulih lebih cepat dari dugaan. Raja George juga membicarakan mengenai Putri Elizabeth perlu melakukan Tur Persemakmuran, menggantikannya.

Scene berlanjut di mana Putri Elizabeth berada di Clarence House menuju Istana Buckingham untuk makan siang dengan sang ibu dan Putri Margaret. Pada momen tersebut, Putri Elizabeth mengetahui bahwa Putri Margaret dan Peter Townsend menjalin hubungan diam-diam. 

Selanjutnya, diceritakan bahwa Raja George VI memanggil dokter lagi dan menanyakan mengapa batuknya kembali muncul setelah operasi. Di sini, dokter mengatakan bahwa terdapat tumor ganas pada sumbatan paru-paru. Percakapan tersebut membuat Raja George tersadar mengenai kondisi dirinya. 

Mereka pun melakukan perjalanan ke Sandringham saat Natal. Sesampainya di sana, Raja George VI melakukan open house dengan rakyat di sekitar Sandringham. Terlihat sang raja ikut bernyanyi tetapi menunjukan raut muka sedih seraya menatap Putri Elizabeth.

Pada scene berikutnya, terdapat momen di mana Raja George VI bekerja dan meminta Putri Elizabeth untuk mendatanginya. Di sana, Putri Elizabeth menanyakan tentang kotak merah yang selalu diberikan setiap hari untuk dibaca raja. 

Raja pun memberitahu secara detail bagaimana prosedurnya dan bagaimana ia memilih untuk mengerjakannya.

Pada saat itu juga, sang ayah meminta Putri Elizabeth untuk melakukan Tur Persemakmuran menggantikan sang ayah. Tur Persemakmuran memerlukan waktu setidaknya berbulan-bulan. Philip sangat keberatan walau akhirnya menyetujuinya. 

Kondisi sang Raja memburuk. Raja George VI pun mengajak Philip untuk berburu sembari mengobrol sesama pria. Pada saat tersebut, sang raja memberitahu tugas Philip yang sebenarnya. 

Putri Elizabeth dan Philip pun melakukan Tur Persemakmuran. Bisa dikatakan mereka sangat menikmati perjalanannya, terutama saat ke Kenya. Namun, saat mereka berdua sedang menikmati waktu di alam liar, Raja George VI meninggal. 

Tak ada akses dan kesulitan komunikasi membuat berita ini sulit untuk ditembus ke pihak Putri Elizabeth. Sayangnya, sampai waktu untuk melakukan pengumuman, belum ada tanda-tanda bahwa sang putri sudah mengetahuinya. 

Akhirnya, pengumuman pun dilakukan. Pengumuman tersebut membuat efek domino dan berhasil menembus ke pihak Putri Elizabeth melalui Martin Charteris (Harry Hadden-Paton). Putri Elizabeth dan Philip kembali dari ke hotel di Nairobi. Putri Elizabeth masuk ke kamar menulis surat dan Philip beristirahat di taman hotel.

Martin Charteris mencoba memberitahu Putri Elizabeth melalui bantuan Philip. Philip pun memutuskan agar ia yang memberitahu langsung Putri Elizabeth. 

Setelah mengetahui berita besar ini, mereka kembali ke London secepatnya. Di sinilah momen dimana Putri Elizabeth akhirnya menjadi Ratu Inggris. Dari sini, perjalanan Ratu Elizabeth II menjabat sebagai Ratu Inggris dimulai. Apakah selalu mulus? Bagaimana hubungannya dengan Philip?

Menceritakan Kisah Ratu Elizabeth II Awal Kepemimpinan

kisah ratu elizabeth di awal kepemimpinan_

Bisa dikatakan bahwa The Crown Season 1 (2016) adalah cerita tentang awal Ratu Elizabeth II memimpin Inggris atau periode 1947 - 1955. Pada musim ini pula menceritakan kehidupan pernikahannya sebelum menjabat dan sesudah menjabat. 

The Crown Season 1 (2016) juga menuangkan bagaimana anggota keluarga kerajaan Inggris perlu beradaptasi satu sama lain saat ada perubahan tidak terduga. Bahkan adanya double position juga membuat konflik diri Ratu Elizabeth II dalam membuat keputusan. Ditambah, keputusan yang ia buat pun harus mendapat persetujuan dari parlemen dan undang-undang.

Hal ini yang menjadi bumbu dalam cerita The Crown Season 1. Bagaimana Ratu Elizabeth II saat pertama kali menjabat karena keadaan, bagaimana ia harus memutuskan sesuatu dengan mengabaikan perasaannya sendiri dan menjadi “orang jahat” di mata keluarganya.

Selain itu, ia juga harus menyesuaikan diri sebagai ratu saat muda, dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang sudah lebih dulu berkecimpung di dunia politik. Ratu Elizabeth II pun mengesampingkan dirinya sebagai ibu. Sebagai istri, ia juga harus berusaha memposisikan diri agar Philip tidak merasa “tertinggal”. 

Tak hanya itu, kesulitan dalam menghadapi politikus dan beberapa kondisi negara yang tak biasa membuatnya terlihat selayaknya ia juga manusia. Ditambah lagi, persaingan sesama saudara antara Ratu Elizabeth II dan Putri Margaret membuat keduanya kerap dibanding-bandingkan. 

Perubahan Tone Lebih “Drama”

Perubahan Tone_

Kamu bisa melihat kontras yang berbeda dalam tone yang digunakan. Tone cerah digunakan saat Ratu Elizabeth II sebelum menjabat sebagai ratu. Keceriaan dan tanpa beban terlihat dari interaksi keluarga kecil tersebut. 

Namun, ada perubahan tone warna saat ia menjabat sebagai Ratu Inggris. Interaksi pun terasa lebih kaku karena harus menyesuaikan dengan protokol kerajaan.

Tone hangat ditonjolkan pada bagian setiap dramanya, bahkan bisa dibilang hampir semua menggunakan tone hangat. Namun, saat adanya kondisi genting atau suasana dingin, cool tone dimainkan. 

Karakter Ratu Elizabeth II yang berubah drastis sebelum menjabat dan sesudah menjabat pun terasa dari tone yang digunakan. Dengan tone ini, Ratu Elizabeth II sebagai karakter utama di musim ini lebih terlihat.

Pengembangan karakter pada masing-masing tokoh pun ada. Bisa dikatakan setiap episode setiap karakter berkembang dan membuat drama ini semakin “drama”, in a good way.

Cerita, Fashion, Dekorasi, Make Up yang Tak Ada Cela

Make up tak ada cela_

Tak hanya ceritanya yang apik, tetapi fashion di The Crown Season 1 (2016) sangat menarik untuk dilihat. Walau latar tahun drama sekitar 1947 – 1955, tetapi tetap fashionable. Karakter kaku dari Ratu Elizabeth II ditopang dengan fashion yang lebih sleek. Sedangkan karakter Putri Margaret yang lebih spontan dan ceria juga terlihat. 

Setiap episode menceritakan hal berbeda berkaitan dengan kondisi yang terjadi selama periode 1947-1955. Walau memiliki cerita penting yang berbeda pada setiap episode, tetapi ada benang merah satu sama lain. Benang merah ini menceritakan kondisi keluarga kerajaan dari sisi lain. 

Pengisahan ini pun didukung dengan interior yang mewah, dekorasi lokasi, make up, kostum yang mumpuni. Bahkan setiap aktornya pun memerankan karakter mereka dengan maksimal. 

The Crown Season 1 (2016) bisa ditonton dalam 10 episode. Setiap episode berdurasi sekitar 55 – 80 menit. Materinya yang padat tak akan membuatmu merasa bosan. Dalam 10 episode, semuanya menggunakan alur maju. Kamu pun tak akan kesulitan untuk mengikutinya. 

Sinematografi yang apik membuat setiap scene berharga dan mudah untuk dinikmati. Banyaknya teknik pengambilan gambar membuat drama ini sangat menarik untuk ditonton. Sisi emosional terpancar dengan pengambilan close up. Tak lupa juga bagaimana teknik long shot dimainkan untuk menunjukan setiap adegan dan lokasi secara keseluruhan.  

Tak ada plot kosong sama sekali, sinematografi yang meyakinkan membuat The Crown Season 1 (2016) layak mendapatkan rating tinggi. Drama ini adalah pelajaran sejarah yang dikemas dalam bentuk menarik. 

Kalau kamu belum menonton, saksikan segera dan bisa membuatmu ketagihan untuk menontonnya. Setelah itu, kamu bisa menyaksikan kelanjutannya di The Crown Season 2 (2017).

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram