bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review The Butterfly Effect, Merubah Garis Waktu

Ditulis oleh Yanyan Andryan
The Butterfly Effect
3.8
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Film The Butterfly Effect dibintangi oleh Ashton Kutcher yang memerankan karakter dewasa Evan Treborn, dan Amy Smart sebagai sosok dewasa Kayleigh Miller, yang merupakan teman semasa kecil Evan. Film ini mendapatkan penilaian yang cukup tinggi dalam kolom audience score di situs Rotten Tomatoes, dengan rating 81%, dan nilai 4/5 berdasarkan lebih dari 250 ribu ulasan penonton.

The Butterfly Effect memenangkan hadiah Pegasus Audience Award di ajang Brussels International Fantastic Film Festival. Film in juga dinominasikan untuk kategori Film Fiksi Ilmiah Terbaik di Saturn Awards, dan Choice Movie: Thriller di Teen Choice Awards, tetapi kalah dari film Eternal Sunshine of the Spotless Mind di Saturn Awards, dan The Texas Chainsaw Massacre di Teen Choice Awards.

Sinopsis

  • Tahun Rilis: 2004
  • Genre: Science fiction, thriller
  • Rumah produksi: Film Engine, BenderSpink, dan Katalyst
  • Sutradara: Eric Bress, dan J. Mackye Gruber
  • Pemeran utama: Ashton Kutcher, Amy Smart, Eric Stoltz, William Lee Scott, dan Elden Henson

Evan Treborn beserta teman-temannya, Lenny Kagan, Kayleigh Miller, dan saudaranya yang bernama Tommy, menghabiskan masa kecil hingga remaja dengan hal-hal nakal cenderung berbahaya. Evan, dan Kayleigh pernah dipaksa untuk membuat film pornografi anak oleh ayahnya Tommy, George Miller.

Kemudian, Evan hampir dicekik mati oleh ayahnya, Jason Treborn, yang sedikit tidak waras. Ia dan teman-temannya juga secara tidak sengaja membunuh seorang ibu, dan bayinya saat bermain-main dengan dinamit. Lalu, Tommy sendiri adalah sosok teman yang sangat kasar, dan Evan harus melihat anjingnya dibakar hidup-hidup olehnya.

Setelah menjadi dewasa, pengalamanya tersebut membuat Evan menderita banyak trauma psikologis, yang sering menyebabkan dirinya pingsan. Pada suatu hari di kamar asramanya, ketika ia membaca jurnal hariannya saat remaja, Evan menyadari bahwa ia mampu melakukan perjalanan waktu untuk mengulang bagian dari masa lalunya hingga memperbaikinya untuk kehidupannya di masa depan.

Namun, setiap kali ia kembali ke momen-momen itu, dan mengubah masa lalunya, hal tersebut justru mempengaruhi kehidupannya saat ini, bahkan teman-temannya sekalipun. Di masa depan alternatif, Evan pun mengalami banyak nasib berbeda mulai dari seorang mahasiswa jenius, seorang narapidana karena membunuh Tommy, hingga menjadi seorang pria yang harus diamputasi empat kali.

Evan kemudian mulai menyadari jika tindakannya dalam mengubah masa lalu malah membuat kehidupannya, dan salah satu temannya sangat menderita. Lalu, dia dan teman-temannya tidak akan pernah memiliki masa depan yang baik selama dia terus mengubah masa lalunya itu. Selain itu juga, akibat dirinya sering berada di garis waktu alternatif, Evan mengalami kerusakan otak, dan mimisan parah.

Maka dari itu, Evan memutuskan melakukan perjalanan waktu untuk terakhir kalinya, yakni pergi di hari ia pertama kali bertemu dengan Kayleigh saat masih anak-anak. Di momen tersebut, Evan berusaha merubah semuanya agar berjalan dengan baik sehingga kehidupan teman-temannya di masa depan bisa sukses, dan bahagia.

Perjalanan Rumit Evan

The Butterfly Effect bisa dibilang menjadi salah satu film keluaran lama yang sampai sekarang masih tetap menarik untuk ditonton kembali. Film ini memang terlihat seperti rumit jika melihat konsep cerita yang disajikan. Namun, selama 2 jam berjalan ternyata The Butterfly Effect tidak serumit itu, dan film ini cukup mudah untuk dinikmati.

Alur cerita memang terlihat kompleks, dan penuh dengan alternatif karena kita mengikuti perjalanan Evan ke masa lalu untuk memperbaiki keadaannya di masa kini. Meskipun kompleks, toh penyampaian cerita yang ingin disampaikan tidak membingungkan sama sekali. Hal yang rumit rasanya terjadi pada sosok karakter Evan sendiri, dimana masa lalu yang ia coba perbaiki malah membuat keadaan jadi berantakan.

Evan Treborn (Kutcher) merupakan seorang mahasiswa jurusan psikologi berusia 20 tahun yang ternyata memiliki rahasia “gelap” dalam hidupnya. Ia mempunyai beban emosional yang jauh lebih besar daripada kebanyakan anak muda yang seumuran dengannya. Sejak usia tujuh tahun, Evan telah mengalami momen traumatis yang memilukan baginya mulai dari pelecehan seksual hingga terlibat aksi nakal berbahaya.

Dengan berkonsentrasi pada kalimat-kalimat yang ia buat dalam jurnal remajanya, ia mampu membawa dirinya kembali ke masa lalu, dan menghidupkan lagi momen-momen tertentu. Terkadang, Evan bisa membuat perubahan terhadap hidupnya di masa kini, namun hal itu menjadi bumerang karena tak jarang juga perubahan yang dihasilkan menjadikan dirinya lebih buruk, atau teman-temannya menderita.

Saat teman masa kecilnya, Kayleigh Miller (Amy Smart), melakukan bunuh diri karena sesuatu hal yang dilakukan oleh Evan, dia menjadi terobsesi untuk menata ulang hidupnya. Ketika Evan pergi ke masa lalu untuk yang terakhir kalinya, ia menyadari bahwa fokus utamanya adalah untuk membuat kehidupan teman-temannya menjadi lebih bahagia, dan bukan hanya untuk dirinya semata.

Baca juga: Rekomendasi Film Tentang Mesin Waktu yang Wajib Ditonton

Masa Depan Alternatif yang Baik

Duo sutradara Eric Bress, dan J. Mackye Gruber telah membuat sebuah film yang tidak hanya menghibur semata, tetapi dengan The Butterfly Effect keduanya seperti memberikan pesan kepada kita untuk mempertimbangkan segala konsekuensi dari tindakan yang akan kita lakukan kepada diri sendiri maupun orang lain.

Dalam banyak hal, film The Butterfly Effect sebagian besar adalah tentang penyesalan, dan urutan adegan saat film akan berakhir berusaha untuk menekankan makna penyesalan tersebut. Di adegan terakhir setelah delapan tahun berlalu, Evan berjalan di hiruk pikuk perkotaan yang padat, dan ia berpapasan dengan Kayleigh, dimana keduanya tidak mengenal satu sama lain, dan menjalani kehidupannya masing-masing.

Setelah merubah masa lalu dengan menghasilkan berbagai macam alternatif masa depan yang buruk, Evan pun pada akhirnya merelakan jalan hidupnya yang baru pada posisi tersebut. Lenny Kagan (Elden Henson), yang masih bersahabat dengan Evan, sampai tidak mengetahui Kayleigh itu siapa. Lalu, Tommy (William Lee Scott), yang digambarkan sebagai berandalan, kini berubah menjadi seorang mahasiswa pintar berprestasi.

Meski terlihat mempunyai ending bahagia untuk masing-masing karakter, namun akhir cerita dari The Butterfly Effect cenderung lemah, dan tidak terlalu klimaks sebenarnya. Walaupun begitu, hal tersebut masih bisa ditutupi lewat pendalaman setiap karakternya. Kutcher, Smart, Henson, dan Lee Scott, mampu membangun sensitivitas emosional dari peran yang mereka mainkan sepanjang jalan cerita film ini.

Film Lawas yang Dramatis

Secara kesimpulan, film The Butterfly Effect masih terasa memikat hati untuk ditonton. Meski sudah lama dirilis, film fiksi ilmiah ini memiliki banyak aspek-aspek menarik yang masih bisa relevan untuk dinikmati pada masa sekarang. The Butterfly Effect menawarkan tema thriller yang kompleks, dan penuh perenungan tentang segala penyesalan, dan dampak sebab-akibat dari perbuatan yang kita lakukan.

Di sisi teknis, film ini begitu sederhana dalam sajian sinematografinya, tidak ada efek visual fiksi ilmiah yang aneh-aneh, maupun penjelasan teori perjalanan waktu yang membuat pusing kepala. The Butterfly Effect cukup terasa mumpuni, dan dramatis saat memberikan beragam gambaran masa depan yang bakal dialami oleh Evan beserta teman-temannya.

The Butterfly Effect pun sangat pantas jika dimasukan kedalam salah satu daftar film bergenre fiksi ilmiah yang menjanjikan. Film ini mempunyai konsep cerita yang unik, pemain yang berbakat, serta pemasalahan hidup yang kemungkinan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Pada akhirnya, film The Butterfly Effect mencoba menyampaikan jika takdir bekerja secara misterius, dan banyak ironi yang terungkap secara tak

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram