bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review The Bombardment, Tragedi Pemboman Kopenhagen

Ditulis oleh Yanyan Andryan
The Bombardment
3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

The Bombardment adalah film asal Denmark yang rilis di layanan streaming Netflix pada tanggal 9 Maret 2022 kemarin. Film ini berdasarkan kisah nyata tentang upaya Angkatan Udara Kerajaan Inggris, Royal Air Force (RAF), yang berusaha melancarkan serangan di Markas Besar Gestapo di Kopenhagen, Denmark.

Akan tetapi, salah satu serangan bom mereka salah sasaran, dan mengenai sekolah katolik Jeanne d'Arc. Serangan yang dikenal dengan sebutan Operation Carthage tersebut kemudian menewaskan ratusan orang, dan juga anak-anak yang menjadi murid di sekolah itu.

The Bombardment dibintangi oleh Alex Hogh Andersen sebagai Frederik, anggota HIPO, polisi rahasia Denmark yang bekerja sama dengan Gestapo, Nazi Jerman. Aktris Fanny Bornedal juga berperan sebagai Suster Teresa, seorang biarawati juga salah satu guru di Jeanne d'Arc yang sekaligus menjadi korban dari pengeboman tersebut.

Baca juga: 10 Film Drama, Komedi, Sampai Parodi yang Bertema Nazi

Sinopsis

The Bombardment__

Selama Perang Dunia II, polisi rahasia Nazi Jerman, Gestapo, terus menerus menangkap beberapa anggota kelompok Gerakan Perlawanan Denmark di Kota Kopenhagen.

Kelompok tersebut lalu meminta bantuan Angkatan Udara Kerajaan Inggris yang disebut Royal Air Force (RAF) untuk mengebom markas Gestapo yang ada di sebuah bangunan bernama Shell House.

Di tempat lain, Peter, pilot pesawat tempur RAF beserta asistennya mempunyai misi untuk menyerang sebuah mobil yang diisi oleh staf Nazi Jerman. Namun, serangan yang ia lakukan salah sasaran karena mengenai mobil sipil yang berisikan tiga gadis remaja dan satu sopir.

Seorang anak laki-laki yang bernama Henry kemudian melihat kejadian itu. Ia menghampiri mobil tersebut yang sudah hancur terbakar dengan mayat yang berlumuran darah terkena tembakan brutal dari udara.

Henry baru pertama kali melihat kejadian mengerikan seperti itu dan ia pun langsung lari ketakutan ke rumahnya. Karena kejadian brutal tersebut, Henry mendadak tidak bisa berbicara lagi. Ia bahkan menjadi fobia terhadap suara pesawat terbang di langit.

Ibunya kemudian membawa Henry ke dokter untuk menyembuhkan efek trauma yang dialaminya. Sang dokter mencoba mengejeknya dengan harapan Henry bisa melawannya dengan berbicara lagi. Tetapi usahanya sia-sia karena dia tetap diam seribu bahasa dalam ketakutan.

Sang ibu kemudian mengirim Henry untuk tinggal di rumah saudara perempuannya yang ada di Kota Kopenhagen. Ia lalu bertemu dengan sepupunya yang bernama Rigmor, seorang gadis ceria yang senang mengobrol. Rigmor pun mengetahui jika Henry berhenti berbicara karena melihat mayat yang tewas di depan matanya sendiri.

Keesokan paginya, Henry disuruh pergi bersama Rigmor ke sekolah katolik Jeanne d'Arc. Di perjalanan, Rigmor bertemu teman baiknya yang bernama Eva, ia pun langsung mengenalkannya kepada Henry.

Rigmor mengatakan kepada Henry bahwa Eva pernah melihat orang tewas ditembak di depan matanya, tetapi ia masih bisa berbicara dengan lancar setelah menyaksikan peristiwa itu. Rigmor lalu membujuk Henry dengan berkata bahwa ia pun bisa berbicara lagi jika dirinya mau mencoba.

Henry selanjutnya bersekolah di sana dan lambat laun hari-harinya menjadi menyenangkan kembali. Ia kembali percaya diri meskipun masih tetap kesulitan untuk berbicara.

Sementara itu, Suster Teresa, biarawati dan guru di Jeanne d'Arc adalah seorang katolik yang sangat taat. Akan tetapi, dirinya terkadang melakukan hal-hal yang dilarang agama untuk mencari bukti keberadaan Tuhan.

Di sisi lain, Frederik adalah seorang petugas HIPO, polisi rahasia Denmark yang berada di bawah kontrol Gestapo. Frederik kemudian bertugas untuk menangkap anggota kelompok Gerakan Perlawanan Denmark yang bersembunyi.

Teresa lalu bertemu dengan Frederik saat dirinya sedang memukuli seorang anggota kelompok tersebut di jalanan. Ia lalu berkata kepada Frederik bahwa dirinya akan terbakar di neraka karena ulahnya itu. Malam harinya, Frederik menemui Teresa di gereja dan secara tidak sadar mereka saling menyukai satu sama lain.

Pada hari penyerangan, RAF mengirimkan 30 pesawat pengebom untuk melakukan serangan di Shell House. Walaupun mereka mampu membombardir markas Gestapo di bangunan tersebut, salah satu dari mereka secara tidak sengaja menjatuhkan bom di sekolah Jeanne d'Arc.

Rigmor, Suster Teresa, bersama seluruh biarawati dan para murid harus terjebak dalam reruntuhan yang menghancurkan sekolah. Untungnya, Henry berhasil selamat dari ledakan. Ia pun membantu tim penyelamat untuk mengidentifikasi identitas korban, sedangkan Eva belum diketahui keberadaannya.

Sudut Pandang Cerita yang Beragam

The Bombardment_Memiliki Sudut Pandang Cerita yang Beragam_

The Bombardment atau dikenal juga dengan judul The Shadow in My Eye adalah sebuah film drama sejarah yang menggambarkan momen tragis Denmark selama Perang Dunia II. Manuver armada RAF dalam Operation Carthage ternyata berujung mengerikan karena melakukan serangan salah sasaran ke sekolah katolik Jeanne d'Arc.

Dalam film ini, serangan bom yang dilakukan oleh mereka memang mampu mengenai markas Gestapo di bangunan Shell House. Tetapi, serangan yang lain harus mengorbankan orang-orang yang tak bersalah mulai dari biarawati, guru, dan para murid yang masih anak-anak.

Ditulis dan digarap oleh sutradara Ole Bornedal, The Bombardment kemudian menceritakan ulang tragedi tersebut dengan alur cerita yang hidup dan cukup emosional. Film ini juga secara apik mampu memperlihatkan masa-masa perang di Kopenhagen dan momen-momen pengeboman lewat sudut pandang karakternya.

Sudut pandang pertama yang paling utama digambarkan oleh Henry (Bertram Bisgaard Enevoldsen), Rigmor (Ester Birch), dan Eva (Ella Josephine Lund Nilsson). Ketiga anak sekolah tersebut pada awalnya menjalani hari-hari yang menyenangkan, tapi berubah menjadi mencekam saat momen penyerangan tiba di Kopenhagen.

Selain itu, ada Suster Teresa (Fanny Bornedal) yang selalu mempertanyakan keberadaan Tuhan di dalam dirinya. Ia bertemu dengan Frederik (Alex Hogh Andersen) yang bergelut dengan dirinya karena masuk menjadi anggota HIPO.

Teresa kemudian terjebak dalam reruntuhan dan Frederik yang kemudian telah keluar dari HIPO, bersusah payah menyelamatkannya di antara puing-puing bangunan yang hancur.

Sudut pandang yang paling menarik diperlihatkan oleh Peter (Alban Lendorf), seorang pilot dari RAF. Setelah melakukan tembakan yang salah sasaran di menit-menit awal film, kita dapat sedikit melihat pengembangan karakternya yang penuh penyesalan.

Namun, ia melakukan hal yang sama pada momen penyerangan dan menyebabkan sekolah Jeanne d'Arc hancur luluh lantah.

Perjalanan Karakter yang Dramatis

The-Bombardment_Perjalanan-Karakter-Tersaji-Dramatis_.

Saat Perang Dunia II hampir berakhir di tahun 1945, Denmark masih berada di bawah pendudukan militer Nazi Jerman. Warga sipil yang setia terhadap negara lalu bergabung dengan kelompok perlawanan untuk melawan Nazi.

Maka dari itu, film ini pun mencoba memberikan gambaran kekerasan yang terjadi pada kelompok Gerakan Perlawanan Denmark ketika Gestapo dan HIPO menguasai negara mereka.

Dalam perjalanan selama lebih dari 90 menit, film The Bombardment memang tidak terlalu menawarkan sajian perang yang epik seperti Dunkirk (2017), dan 1917 (2019). Meski begitu, kehadiran beberapa sudut pandang karakter membuat jalan ceritanya jauh lebih dinamis dan menjadi benang merah yang cukup menegangkan.

Henry dihadirkan pada menit-menit awal dan menjadi karakter yang paling konsisten hingga film selesai. Karakter ini adalah bocah lelaki yang menjadi bisu sepanjang film berjalan, tetapi akhirnya ia mampu berbicara lagi ketika dengan berani mengidentifikasi dan mengumumkan para korban di depan keluarganya masing-masing.

Suster Teresa dan Frederik adalah dua karakter yang bertolak belakang, tetapi juga punya sedikit kemiripan. Saat Teresa berjuang dengan imannya, Frederik pun mengalami hal yang serupa dengan bergulat sebagai seorang petugas HIPO yang kejam.

Kedua karakter ini bertemu, dan mempunyai hubungan “terlarang” di tengah-tengah situasi mengancam Kopenhagen.

Bertram Bisgaard Enevoldsen, Alex Hogh Andersen, dan Fanny Bornedal memainkan peran mereka dengan solid. Ketiganya bisa dibilang mendapatkan porsi cerita yang lebih banyak. Film ini pun menyoroti kisah mereka secara dramatis dan juga tragis.

Aksi Peperangan Tersaji Ringan

The Bombardment_Aksi Peperangan Tersaji Ringan_

The Bombardment adalah film drama sejarah dengan aksi peperangan yang terasa sangat tipis. Tidak banyak adegan pertumpahan darah dan pertempuran adu senjata yang menantang. Film ini lebih banyak mengeksplorasi drama ketegangan lewat para karakternya.

Tetapi, visual sinematografi The Bombardment harus diakui terasa mumpuni dan indah. Salah satu bagian paling menarik adalah ketika armada RAF terbang di atas langit Eropa menuju Kopenhagen melewati lautan biru.

Ketika berada di pusat kota, seluruh pesawat menukik tajam untuk melepaskan bom ke Shell House hingga akhirnya terjadi salah sasaran ke sekolah katolik Jeanne d'Arc.

Film ini mengambil pendekatan yang tidak konvensional serta segar dalam merinci tragedi serangan udara yang salah sasaran tersebut. Secara singkatnya, The Bombardment pun menjadi salah satu film perang dari Netflix yang berjalan menawan dan patut untuk ditonton.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram