showpoiler-logo

Sinopsis & Review Surat Cinta untuk Kartini (2016)

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Surat Cinta untuk Kartini
4
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Mendengar nama Kartini ingatan kita akan langsung tertuju pada sesosok wanita Jawa yang berusaha memperjuangkan hak-hak kaumnya. Menjadi putri Bupati Jepara memberinya keleluasaan untuk bergerak, sayangnya halangan yang datang pun cukup besar. Bagi kebiasaan, budaya dan adat zaman dulu, pendidikan bagi wanita adalah sesuatu yang tidak perlu. Wanita yang cerdas dinilai akan sulit mendapat pasangan.

Dalam film Surat Cinta untuk Kartini, kita akan kembali dibawa menjejaki pola pikir semacam itu. Bukan hanya itu, di sini Anda juga akan menyaksikan sisi romansa seorang tukang pos yang menaruh hati pada Kartini dan pola pikirnya yang berani. Bagaimana kisah ini berjalan, Anda harus menontonnya sendiri. Sebelum itu, tidak ada salahnya membaca sinopsis serta review-nya di bawah ini. Mari simak bersama!

Sinopsis

Sinopsis Surat Cinta untuk Kartini

Seorang guru bernama Rangga berinisiatif menceritakan sisi lain Kartini yang belum banyak diketahui murid-muridnya, yaitu cerita mengenai tukang pos yang mengantarkan surat untuk Kartini dengan setia. Dia adalah Sarwadi (Chicco Jerikho) atau Wadi. Tukang pos tersebut hidup dan tinggal di Jepara sekitaran tahun 1901.

Hari pertama Wadi sebagai tukang pos dimulai dengan sarapan dan berbincang di rumahnya bersama Ningrum (Christabelle Grace Marbun), anak semata wayang hasil pernikahan dengan mendiang istrinya terdahulu. Selepas itu, Wadi bergegas mulai mengayuh sepeda menuju alamat-alamat yang tertera dalam surat.

Salah satu surat ditujukan kepada rumah Bupati Jepara. Wadi antusias mengantarkannya ke alamat tersebut sebab di sana dia bisa sekaligus bertemu dengan Dewi, seorang wanita setengah baya yang bekerja sebagai abdi dalem di rumah bupati. Wadi dan Dewi sudah lama tidak berjumpa. Dewi sendiri merupakan ibu dari sahabat kecilnya, Mujur (Ence Bagus).

Selain senang sebab bisa kembali bertemu dengan Dewi, rupanya tukang pos ini juga menaruh kesenangan lain karena bertemu dengan seorang gadis ayu bernama Kartini (Rania Putri Sari). Keduanya sempat sebentar beradu pandang. Meski sebentar rupanya itu meninggalkan bekas yang lama di hati Wadi. Tukang pos itu menaruh hati.

Wadi menceritakan perasaannya kepada Mujur. Mujur malah menimpali bahwa Kartini dinilai aneh oleh orang-orang sebab upaya-upayanya dalam mendobrak tradisi. Masyarakat di sana, termasuk Kartini tahu bahwa melanggar adat adalah sesuatu yang pantang. Mujur lebih jauh mengatakan bahwa Kartini sebenarnya juga akan dipinang.

Wadi kaget mendengarnya, tapi hal tersebut tidak mengurangi kesukaannya pada Kartini. Kesempatan tersebut akhirnya datang ketika tersiar kabar bahwa Kartini berencana membuka sekolah bagi para perempuan Jawa. Mendengar hal ini Wadi segera menemui Dewi dan mengatakan ingin menyekolahkan Ningrum di sana.

Keinginan Kartini terwujud. Namun, Ningrum hanya satu-satunya murid yang dia miliki. Bukan karena tak ada murid yang ingin belajar padanya, melainkan dilarang oleh para orangtua. Menurut mereka, bila anak perempuan terlampau pintar, khawatir akan sulit mendapatkan pendamping. Sebagai wali murid satu-satunya di sekolah yang didirikan Kartini, Wadi jadi kerap mendapat kesempatan berbicara dengannya.

Pemikiran Kartini untuk memajukan kaum perempuan Jawa membuat Wadi semakin kagum. Bahwa wanita yang terdidik, nantinya dapat menjadi pendidik bagi anak-anaknya sendiri. Pemikiran Kartini yang dianggap aneh oleh masyarakat sekitar, tidak berlaku bagi Wadi. Lelaki itu bahkan ikut setuju bahwa wanita bukan hanya ditakdirkan untuk menikah lalu mengurus keluarga.

Semua berjalan dengan menyenangkan sampai suatu hari hati Wadi kembali terluka ketika mengetahui Kartini dilamar oleh Bupati Rembang yang sudah memiliki tiga orang istri. Bagaimana kelanjutan kisah Wadi dan Kartini? Bisakah dia mempertahankan perasannya atau mengalah pada keadaan? Saksikan kelengkapan ceritanya dalam film Surat Cinta untuk Kartini yang sudah bisa disaksikan di Netflix mulai 2 Desember 2020.

Film Fiksi dengan Latar Belakang Sejarah

Film Fiksi dengan Latar Belakang Sejarah

Film Indonesia yang dibuat berdasarkan adaptasi dari cerita sejarah, sudah tersedia dalam beragam judul yang bisa Anda tonton. Semua menggambarkan kehidupan para tokoh sejarah Indonesia yang penuh dengan perjuangan dan makna. Khusus Surat Cinta untuk Kartini, film ini merupakan cerita fiksi dengan latar belakang sejarah.

Latar belakang sejarah seorang RA. Kartini yang semangat mendedikasikan hidupnya guna pendidikan wanita Indonesia digabungkan dengan tokoh Wadi yang fiksi. Cerita fiksi pun dibangun antara keduanya hingga menjadi satu kisah yang menarik untuk diikuti.

Romansa Dua Kasta Berbeda

Romansa Dua Kasta Berbeda

Menyaksikan film ini, akan ada perasaan syahdu dan terharu sebab romansa dua orang yang berasal dari kasta berbeda. Wadi yang merupakan seorang tukang pos biasa, menaruh hati pada wanita keturunan bupati yang sudah pasti derajatnya lebih tinggi. Namun, Kartini yang berpikiran terbuka, tidak mempermasalahkan hal tersebut dan tetap mau berinteraksi dengannya.

Obrolan-obrolan singkat antara Wadi dan Kartini bukan hanya meninggalkan bekas di hati tukang pos itu, melainkan juga para penonton. Mencuri pandang diam-diam hingga akhirnya bisa bicara langsung, dengan seseorang yang disukai, tentu jadi pengalaman berkesan yang tidak terlupakan. Hal tersebut berhasil ditularkan pada siapa pun yang menontonnya.

Mengandung Pesan untuk Wanita

Mengandung Pesan untuk Wanita

Ketika bicara tentang Kartini, pesan-pesan mengenai keberdayaan wanita menjadi yang paling kerasa terdengar. Sosok Kartini menjadi lambang paling kuat bagi perjuangan wanita Indonesia memperoleh pendidikan yang lebih baik. Kartini ingin wanita tidak hanya disibukkan dengan mengurus suami dan pekerjaan rumah, melainkan juga berdaya untuk dirinya sendiri

Sosok berharga bagi tonggak perjuangan wanita tersebut ikut tergambar jelas pada film ini. Berikut dengan penolakan-penolakan dari orang terdekat, pandangan-pandangan aneh dari orang-orang di sekitarnya dan konflik lain yang membuat jalan Kartini memperjuangkan harapannya bertambah berat.

Adegan ketika Kartini menolak dinikahkan dengan pria beristri tiga dalam film ini juga menyampaikan pesan tersendiri. Terlebih ketika keinginan Kartini sebagai manusia bebas yang berhak atas dirinya tidak didengarkan oleh orangtua. Kita bisa sama-sama melihat bahwa sejak dulu, wanita seperti barang yang seolah tanpa perasaan sehingga bisa diperlakukan sesukanya.

Perjuangan yang Kartini lakukan pada akhirnya bukan hanya soal pendidikan, melainkan juga memperjuangkan hak wanita sebagai manusia bebas itu sendiri. Walau pada akhirnya perjuangan itu masih terus dilakukan hingga saat ini, Kartini menjadi pembuka jalan bagi keberanian banyak wanita Indonesia untuk memperjuangkan haknya.

Peran Rania Putri Sari sebagai Kartini

Peran Rania Putri Sari sebagai Kartini

Hal lain yang menarik dalam film Surat Cinta untuk Kartini adalah peran utama wanita yang merupakan pendatang baru. Dia adalah Rania Putri Sari. Alih-alih memilih aktris-aktris yang sudah berpengalaman dalam berakting, pihak produksi memilih gadis ini dalam proses audisi. Kehadiran Rania menjadi wujud upaya dalam meregenerasi para aktor dan aktria yang diperlukan bagi industri perfilman Indonesia.

Rania yang ketika itu masih berstatus sebagai mahasiswi, dipilih untuk memerankan tokoh Kartini. Melalui aktingnya, pesan-pesan dalam film ini diharapkan dapat tersampaikan. Meski berstatus sebagai pendatang baru, kemampuan akting perempuan cantik kelahiran Surabaya, 30 Agustus 1994 ini mampu mengimbangi kualitas lakon para rekan mainnya, termasuk Chicco Jerikho.

Rania dinilai berhasil mencitrakan sosok Kartini yang mandiri, pintar, berkarisma, lembut dan berhati hangat. Berkat kemampuan aktingnya dalam film ini, dia diganjar masuk dalam dua nominasi pada ajang Indonesia Movie Actors Awards 2017, yaitu sebagai Pemeran Pendatang Baru Terbaik dan Pemeran Pendatang Baru Terfavorit.

Surat Cinta untuk Kartini dibuat dengan memperhatikan detail budaya atau kebiasaan yang berlaku pada tahun 1901-1904. Seperti kebiasaan tidak menggunakan alas kaki serta bahasa tubuh dan cara bicara antara kelas bawah ke kelas atas. Para kru berhasil menciptakan atmosfer sedemikian rupa sehingga berhasil membawa masuk penonton lebih jauh ke dalam cerita.

Menonton film ini, Anda akan sesekali diajak tertawa, tersenyum melihat tingkah Wadi yang sedang jatuh cinta, sedih sebab menyaksikan Kartini diperlakukan tidak adil sekaligus termotivasi. Dialog dalam Surat Cinta untuk Kartini juga dibuat dengan baik hingga pesan dapat tersampaikan. Jika semakin penasaran, Anda bisa segera menonton film ini. Segera agendakan ya!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram