showpoiler-logo

Sinopsis & Review Sri Asih, Superhero Baru dari Bumilangit Universe

Ditulis oleh Suci Maharani R
Sri Asih
4.3
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Satu lagi film dari Bumilangit Cinematic Universe yang sangat dinantikan oleh para penonton Indonesia. Inilah Sri Asih (2022), film garapan sutradara Upi Avianto yang berhasil bikin para penggemar harap-harap cemas.

Dirilis berbarengan dengan Black Panther: Wakanda Forever (2022), banyak orang yang skeptis dan beranggapan langkah ini sangat sembrono. Namun Upi Avianto, Pevita Pearce dan Bumilangit Cinematic Universe membuktikan, stigma tersebut tidak berpengaruh pada mereka.

Terkesan megah dan mewahnya, Sri Asih (2022) menyuguhkan cerita khas Jawa, cinematic, akting, cgi hingga aksi laga yang luar biasa. Karakter superhero yang diadaptasi dari komik R.A Kosasih ini, mungkin bisa jadi idola banyak orang terutama anak-anak.

Terlihat luar biasa, harus diakui juga bahwa Sri Asih (2022) masih memiliki beberapa kekurangan. Bagi kamu yang penasaran dengan alur, serta kelebihan dan kekurangan film superhero satu ini. Jangan lupa untuk membaca sinopsis dan ulasan singkat filmnya hanya di Showpoiler.

Baca juga: Sinopsis & Review Satria Dewa Gatotkaca, Superhero Indonesia

Sinopsis

Sinopsis

Di balik keindahan Gunung Merapi, ada sebuah kisah legendaris mengenai sosok Dewi Api (Dian Sastrowardoyo) yang terkurung di dalamnya. Demi menjaga kehidupan umat manusia, Dewi Asih bertarung dan berhasil mengurung Dewi Api yang kerap menyengsarakan manusia.

Untuk membangkitkan Dewi Api, kelima panglima sakti sang Dewi harus dibangkitkan lagi. Ribuan tahun kemudian, seorang anak perempuan yang kuat dan pemberani terlahir ke dunia. Gadis itu tinggal di sebuah panti asuhan dan terlihat sedang bertarung melawan beberapa anak.

Keberaniannya ini, membuat Sarita (Jenny Zhang) begitu tertarik dan mengadopsinya. Di bawah asuhan dan didikan ibunya, Alana (Pevita Pearce) tumbuh menjadi fighter profesional yang tak terkalahkan.  

Alana hidup bahagia bersama ibunya, satu-satunya yang membuat Alana takut yaitu kehadiran sosok wanita bertubuh api di mimpi-mimpinya. Setelah sekian lama, sosok itu muncul lagi dalam hidup Alana dan kerap membuatnya kehilangan kendali.

Hanya sang ibu yang bisa membuat Alana bisa mengendalikan emosi dan kekuatan besar yang dimilikinya. Petaka muncul, saat Alana dituduh sebagai pembunuh putra konglomerat Prayogo Adinegara (Surya Saputra).

Sejak saat itu, berbagai kejadian buruk mulai mendatanginya dan hampir menewaskan sang ibu. Untung ada Kala (Dimas Anggara) dan Eyang Ariani (Christine Hakim) yang berhasil menyelamatkan nyawa ibunya dan membantu Alana menyadari soal jati dirinya.

Alana akhirnya mengetahui, bahwa semua kekuatan yang dimilikinya itu karena ia titisan dari Dewi Asih. Sebagai penjaga kesejahteraan umat manusia, Alana harus mencegah kebangkitan lima panglima Dewi Api yang sakti dan kejam.

Hal yang lebih gila lagi, ternyata sosok panglima ke lima sang Dewi Api tidak lain adalah konglomerat keji Prayogo Adinegara. Diam-diam Prayogo Adinegara mengumpulkan 1000 tumbal jiwa manusia, agar ia bisa membangkitkan “Roh Syetan”.

Roh ini masuk dalam diri manusia yang menghancurkan dan menyengsarakan banyak orang. Jika Roh Syetan berhasil bangkit, maka kekuatan para pengikut Dewi Api akan semakin kuat. Eyang Mariani meminta Alana dan Kala bekerjasama untuk mengambil kalung pusaka sakti dari Prayogo.

Dengan mudah, Alana dan Kala berhasil mengambil kalung pusaka itu dari leher Prayogo Adinegara. Namun ada hal aneh dari kalung tersebut, Kala yakin bahwa kalung tersebut palsu.

Lalu dimana kalung pusaka yang asli? Alana dan Kala merasa bingung. Eyang Mariani mengingat hal penting, bahwa tumbal 1000 jiwa manusia harus dilakukan secara bersamaan.

Jika Roh Setan tidak masuk dalam tubuh Prayogo Adinegara, siapa yang akan menjalankan ritual tumbal tersebut? Tak hanya itu, Alana dan Kala juga harus berburu dengan waktu.

Pasalnya Roh Setan sudah menyiapkan 1000 orang yang akan ditumbalkan secara bersamaan. Bisakah Alana mencegah kebangkitan salah satu panglima terkuat Dewi Api ini?

Hancurkan Semua Standar dan Stigma

Hancurkan Semua Standar dan Stigma

Seperti yang saya singgung di atas, banyak orang yang skeptis menantikan penayangan Sri Asih (2022). Hal ini berawal dari pengumuman sang sutradara yang mengatakan bahwa film garapannya ini terpaksa harus memundurkan penayangannya.

Hal inilah yang membuat banyak orang skeptis, banyak pengguna media sosial merasa keputusan ini terasa gegabah. Pasalnya di bulan yang sama, Marvel akan menayangkan Black Panther: Wakanda Forever (2022) yang sangat dinantikan banyak orang.

Namun sikap skeptis netizen ini dibalas dengan pukulan yang keras, ketika Sri Asih (2022) menyuguhkan cinematic effect yang luar biasa.

Film garapan Upi Avianto ini tidak hanya menyuguhkan aksi laga yang underrated, tapi alur ceritanya lekat dengan budaya di tanah Jawa. Berbagai standar perfilman Indonesia juga dipatahkan, karena film ini memang memiliki kualitas yang bikin geleng-geleng kepala.

Jagat Sinema Bumilangit juga mematahkan stigma, karena film-filmnya tidak menjiplak atau mengekor ke Marvel dan DC. Mereka memiliki standar, imaginasi dan tujuan untuk melestarikan karakter pahlawan dari komik terbitan Indonesia ke generasi baru. 

Era Baru Perfilman Indonesia

Era Baru Perfilman Indonesia

Rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa Sri Asih (2022) menjadi era baru untuk industri perfilman Indonesia. Sutradara Upi Avianto menyuguhkan experience yang luar biasa kepada para penontonnya, karena film ini memang sangat intense.

Membuka dengan keindahan pemandangan Gunung Merapi, kisah tragis dan heroik dari seorang anak bernama Alana dimulai. Satu hal yang paling saya rasakan, Sri Asih (2022) memiliki unsur horor klasik dan hal ini tidak pernah saya rasakan di film superhero lainnya.

Pencahayaan alami yang digunakan, warna merah yang jadi signature, lalu gambar-gambar yang diberikan memberikan kesan horor. Berbagai sudut pandang dan komposisi gambarnya juga bikin point of view-nya terasa lebih rich.

Lalu koreografi memanjakan mata ditangani dengan apik dan rapi oleh Uwais Team. Hal yang pastinya bikin kagum adalah kualitas CGI yang bikin mind blowing dan tidak disangka-sangka bakalan sebagus dan serapi itu. Saking hebatnya, saya harus mengatakan bahwa film ini memiliki CGI terbaik dari seluruh film serupa buatan dalam negeri.

Detail-detail kecil seperti retakan tembok dan lubang bekas hantaman, dari scene per scene ditata rapi dan bukan sekedar pelengkap saja. Sri Asih (2022) menjadi standar baru, bahwa efek visual atau CGI Indonesia itu nggak ecek-ecek dan bisa bersaingan dengan Hollywood.

Pevita Pearce adalah Pilihan Terbaik

Pevita Pearce adalah Pilihan Terbaik

Tidak ingin berbohong, pada awalnya saya skeptis saat Jagat Sinema Bumilangit mengumumkan Pevita Pearce sebagai Sri Asih. Alasannya, karena bagi saya Pevita terlalu lembut dan track record karakter yang diperankan di berbagai film.

Namun harus saya akui, bahwa Pevita Pearce adalah pilihan terbaik dan memang terlahir untuk memerankan karakter Sri Asih.

Aktris kelahiran tahun 1992 ini menunjukkan, bahwa ia adalah sosok aktris yang berdedikasi dan pekerja keras. Jadi kali pertamanya membintangi film laga dan aksi, tidak ada kata yang bisa saya sematkan padanya selain “Sempurna”.

Pevita tidak hanya memberikan fisik yang pas sebagai seorang fighter profesional, tapi pembawaan karakternya juga luar biasa. Namun hal yang membuat saya kagum adalah totalitasnya saat memberikan aksi laga yang tidak mudah.

Mengawali semuanya dari nol, Pevita Pearce menghabiskan satu setengah tahun untuk membekali dirinya. Ia berdiskusi dengan aktor laga seperti Joe Taslim dan Iko Uwais, sambil melakukan latihan fisik. Hasilnya, Pevita menjadi satu-satunya orang yang menampilkan aksi laga terbaik yang sangat luwes.  

Reza Rahadian Keluar dari Kesan Monoton

Reza Rahadian Keluar dari Kesan Monoton

Hal lain yang rasanya sayang untuk dilewatkan adalah penampilan memukau dari Reza Rahadian. Hal yang paling saya rasakan saat melihat kehadiran aktor terbaik Indonesia, Reza telah keluar dari kesan monoton.

Namun, Reza menunjukkan bahwa masa jayanya belum usai. Memerankan karakter polisi bernama Jatmiko, Reza Rahadian berhasil memberikan vibes baru pada para penonton.

Kali ini aura superstar yang kerap terpancar sudah tidak ada. Malah saya kagum, karena Reza berhasil menampilkan aura negatif dari sosok Jatmiko. Aura ini tidak terpancar bukan dari adegan brutal, justru dari sikap diam dan emosi terdalamnya.

Pembawaan karakter seperti ini tidak bisa dilakukan oleh aktor sembarangan, Reza membuktikan bahwa ia terus berkembang dan tidak stuck. Selain Reza Rahadian, sebenarnya ada banyak sekali selebriti ternama dengan kualitas akting terbaik mereka.

Sebut saja Christine Hakim yang memerankan Eyang Mariani, terlihat sangat iconic dengan kacamata cat eye hitamnya. Tapi hal paling berkesan, kehadiran Najwa Shihab dan Maudy Koesnaedi sebagai titisan Sri Asih dan Sri Asih utama memang mengejutkan.

Ada Beberapa Hal Fishy, Apakah Ini Modal untuk Sri Asih 2?

Ada Beberapa Hal Fishy, Apakah Ini Modal untuk Sri Asih 2

Tidak ada yang sempurna, hal inilah yang ingin saya sampaikan untuk Sri Asih (2022). Secara keseluruhan, film ini memang well prepare, terutama untuk sinematografi dan skoring-nya. Namun dari alur, ada beberapa hal fishy yang membuat saya penasaran sekaligus menyayangkan.

Salah satunya adalah soal plot twist yang sebenarnya sudah bisa saya tebak dan tidak begitu mengagetkan. Sejak pertengah filmnya, saya sudah yakin bahwa sosok Jatmiko yang diperankan Reza Rahadian tidak mungkin jadi orang biasa.

Benar saja, kehadiran gagak bermata merah menjadi pertanda kuat bahwa Jatmiko adalah villain utamanya. Hal lain yang bikin saya penasaran, sebenarnya apa yang terjadi pada keluarga Prayogo Adinegara, terutama soal kasus pembunuhan Mateo.

Pasalnya, tidak ada penjelasan mengenai siapa dalang sesungguhnya dalam pembunuhan ini. Kematian Mateo ini menjadi modal penting, karena dari sini Alana bisa mengetahui jati dirinya.

Lalu hilangnya Jagau si tangan kanan Prayogo Adinegara yang tiba-tiba juga terasa sangat janggal. Saya berharap beberapa plot hole ini bisa dijawab dalam Sri Asih 2, jika film tersebut benar-benar dibuat.

Harus diakui, Sri Asih (2022) memang jadi lonjakan dan jawaban dari Jagat Sinema Bumilangit atas berbagai kritik yang diterima film Gundala (2019).

Mereka langsung berbenah dan memperbaiki diri, hingga berhasil membuat standar baru untuk perfilman Indonesia. Bisa dikatakan Sri Asih (2022) adalah film penutup tahun terbaik dan mengawali era baru untuk industri perfilman Indonesia.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram