showpoiler-logo

Sinopsis & Review Film Special Correspondents (2016)

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Special Correspondents
1.8
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Akibat salah membuang amplop yang berisi tiket, paspor dan uang tunai, seorang reporter radio dan teknisinya terpaksa harus berbohong demi menyampaikan berita dari Ekuador, padahal mereka bersembunyi di sebuah gedung tepat di seberang stasiun radio mereka. Selain itu, demi kepentingan berita, mereka membuat beberapa kabar palsu. Sampai kapan mereka akan berbohong?

Special Correspondents adalah film komedi yang menjadi original film Netflix dan dirilis pada 29 April 2016. Mengangkat tema tentang reporter radio, film karya Ricky Gervais yang merupakan remake dari film Prancis berjudul Envoyes tres Speciaux ini menampilkan banyak humor bernada satir, khususnya tentang dunia jurnalisme.

Tentunya kita dibuat penasaran, bagaimana mereka mengakhiri kebohongan ini? Sebelum menontonnya, baiknya simak review kami berikut ini.

Sinopsis

correspondents-1_
  • Tahun: 2016
  • Genre: Comedy
  • Produksi: BRON Studios, Unanimous Entertainment
  • Sutradara: Ricky Gervais
  • Pemeran: Eric Bana, Ricky Gervais, Vera Farmiga

Frank Bonneville adalah seorang reporter berita di sebuah stasiun radio. Setelah mendapat informasi adanya pembunuhan di sebuah hotel, dia bergegas kesana dan berpura-pura menjadi seorang detektif. Setelah sempat mewawancarai seorang saksi mata, dia diusir dari TKP oleh detektif yang mengenalnya. Meski dengan informasi yang sedikit, dia mampu melaporkan berita yang lengkap.

Tindakannya ini mendapat apresiasi sekaligus amarah dari pimpinannya, Geoffrey Mallard, yang tidak suka jika dia mencemarkan nama baik radio demi mendapat berita. Teknisi setia Frank, Ian Finch, membawa istrinya, Eleanor, ke pesta di kantor radio. Tapi sayangnya Ian kemudian ditugaskan oleh Geoffrey untuk meliput berita bersama Claire Maddox.

Eleanor yang ditinggal di pesta bertemu dengan Frank. Awalnya hanya mengobrol saja, kemudian berlanjut dengan Frank menginap di rumah Eleanor yang tanpa dia sadari bahwa itu istrinya Ian. Keesokan harinya, Geoffrey menugaskan Frank dan Finch untuk meliput pemberontakan di Ekuador. Atas saran Frank, Ian mencoba melupakan Eleanor dengan membuang surat cinta untuknya ke mobil sampah.

Sesampainya mereka di bandara, Ian memberikan amplop kepada Frank yang ternyata adalah surat cinta Ian, bukan tiket, paspor, dan uang tunai dari kantor mereka. Panik, Frank dan Ian kemudian meminta pertolongan sepasang suami-istri yang memiliki café di seberang kantor mereka untuk memberikan mereka ruangan kosong di apartemennya bagi mereka untuk bersembunyi.

Ian memiliki ide untuk menciptakan suasana hutan tropis Ekuador di ruangan itu, sehingga Frank bisa melaporkan berita dengan kesan autentik. Demi memiliki berita yang lebih besar dari para pesaingnya, Frank dan Ian mengarang berita palsu tentang nama pimpinan pemberontak yaitu Emilio Santiago Alvarez. Ternyata berita ini kemudian menjadi ramai di berbagai media hingga sampai ke Gedung Putih.

Geoffrey kemudian meminta Frank dan Ian untuk datang ke kedutaan besar Amerika di Quito supaya segera diekstradisi kembali ke Amerika. Panik lagi, mereka menghancurkan SIM card ponsel masing-masing supaya tidak bisa dihubungi oleh siapa pun. Ketika Geoffrey tidak bisa menghubungi Frank dan Ian, seluruh media menyatakan kehilangan mereka.

Frank dan Ian memunculkan ide baru, yaitu membuat berita jika mereka menjadi sandera pemberontak. Video pernyataan mereka dikirimkan ke stasiun radio dan kemudian menjadi viral. Eleanor yang dihadirkan di sebuah acara TV kemudian menggalang dana untuk biaya penebusan Frank dan Ian sekaligus menampilkan lagu karyanya berjudul “Dollar for a Hero”.

Eleanor menjadi sensasi media dengan menggalang donasi secara besar-besaran dan diliput oleh berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Bahkan Eleanor memanfaatkan situasi ini untuk menjadi pijakan karir menyanyinya. Ian tidak tahan lagi berada dalam situasi ini dan berniat untuk datang ke Ekuador dengan membawa uang donasi yang disimpan Eleanor di rumahnya.

Sayangnya, Eleanor memergoki Ian dan Frank yang sedang mengambil uang di brankasnya. Mereka sepakat membagi dua uang itu. Ian dan Frank kemudian berangkat ke Ekuador dengan mengendarai mobil ke Pantai Barat lalu menyewa kapal ke pantai di Ekuador. Mereka berhasil sampai di Ekuador dan menumpang mobil warga setempat menuju Quito.

Dalam persinggahan di sebuah café kecil, Ian dan Frank diculik dan dibawa ke sebuah desa kecil oleh sekelompok bandit. Uang yang ada di dalam tas dirasa tidak cukup bagi para bandit dan mereka meminta uang tebusan kepada Eleanor yang ternyata menganggap ini adalah kebohongan dan tidak peduli lagi dengan Ian. Frank kemudian mengaku jika dia tidur dengan Eleanor di malam pesta itu.

Kelompok bandit ini kemudian hendak mengadu mereka di arena pertarungan. Siapa yang menang dia akan bebas. Apakah mereka akan menuruti kemauan kelompok bandit ini? Atau justru mereka akan melawan? Bagaimana cara mereka supaya bisa kembali ke Amerika lagi? Tonton filmnya sampai habis untuk mengetahui jawabannya!

Berita Palsu, Bencana Nyata

correspondents-2_

Sebenarnya, premis film Special Correspondents ini cukup menarik dan bisa menyentil pihak media yang suka membesar-besarkan berita. Bahkan, beberapa diantaranya terkadang membuat berita palsu, atau yang biasa kita kenal dengan istilah hoax. Beberapa sentilan itu, terutama di awal film, cukup menyegarkan, tapi kemudian menjadi basi ketika cerita terus bergulir.

Yang menjadi pertanyaan, di zaman dengan kemajuan teknologi media saat ini, kenapa film ini malah kembali menggunakan media elektronik tertua, yaitu radio? Apakah supaya berita palsu yang mereka bikin akan mudah dilakukan? Jika memang benar, berarti kreativitas Ricky Gervais sedang tidak tajam, karena film aslinya sendiri menggunakan media televisi untuk menyebarkan berita tersebut.

Remake yang Tampil Tidak Lebih Baik

correspondents-3_

Film yang menjadi sumber remake film dengan durasi 1 jam 41 menit ini ialah komedi produksi Perancis dengan judul asli Envoyes tres Speciaux (2009) yang dalam bahasa Inggrisnya adalah Special Correspondents. Jalan ceritanya sama, hanya saja film asli ini menggunakan media televisi bukan radio seperti film remake-nya, dan mereka meliput berita ke Irak, bukan Ekuador.

Film produksi Prancis tersebut juga tampil tidak begitu bagus, sehingga mengundang pertanyaan lain seperti kenapa Netflix dan Ricky Gervais mau me-remake film seperti itu, bahkan dalam kapasitas yang lebih rendah, bukan memolesnya menjadi lebih bagus? Memang, ada rasa penasaran untuk tahu kebohongan seperti apa lagi yang akan mereka buat, tapi kita akan dibuat bosan terlebih dahulu dengan ritme film yang lambat.

Ricky Gervais dalam Kebingungan

correspondents-4_

Sebagai creator film ini, Ricky Gervais yang bertindak sebagai produser, penulis naskah, sutradara sekaligus aktor, tampak kebingungan dalam mengolah dan menampilkan film ini secara keseluruhan. Sentuhan magisnya seperti dalam serial-serial komedi arahannya, seperti The Office, Extras, dan Derek, tidak terlihat disini. Semua terasa datar saja, termasuk sinematografi-nya.

Memang sejauh ini, film-film arahannya cenderung tidak sebagus serial-serial kreasinya. The Invention of Lying (2009) dan Cemetery Junction (2010) tampil di bawah standar dan cenderung kurang lucu, tidak sesegar serial The Office contohnya. Mungkin Gervais harus belajar lagi untuk menjaga ritme film dengan durasi lebih dari 1 jam, seperti dia bisa mempertahankan atmosfer humor di serial berdurasi 30 menit.

Seluruh pemeran dalam film ini tidak meninggalkan kesan berarti, termasuk Ricky Gervais dan Eric Bana. Hanya Vera Farmiga saja yang sepertinya menikmati perannya sebagai Eleanor dengan nyaman. Setidaknya kita tahu bahwa Farmiga memang selalu total dalam film apapun yang dibintanginya.

Special Correspondents memiliki premis yang cukup menarik, tapi karena naskah yang lemah dan akting yang buruk dari para pemerannya membuat film ini gagal untuk membuat kita tertawa dengan banyaknya sentilan tentang dunia jurnalisme yang kurang mengena. Tapi bagi kalian yang suka penasaran dengan cara seseorang mengakhiri kebohongannya, maka film ini boleh untuk ditonton.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram