showpoiler-logo

Sinopsis & Review Smile, Misteri Senyum Terkutuk yang Mengerikan

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Smile
3.6
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Seorang dokter menyaksikan pasiennya bunuh diri di hadapannya. Dia kemudian mengalami penglihatan-penglihatan yang mengerikan yang mengganggu kesehariannya.

Dia diberikan cuti oleh atasannya dan dianggap gila oleh tunangannya, juga kakaknya. Satu hal yang harus dia lakukan, yaitu mencari tahu darimana kutukan ini berasal.

Smile adalah film horor psikologis dengan nuansa supranatural karya debut Parker Finn yang dirilis oleh Paramount Pictures pada 30 September 2022.

Menjanjikan atmosfer menyeramkan di sepanjang film, jalan cerita film ini sepertinya akan sulit ditebak. Film ini sendiri merupakan pengembangan dari film pendek karyanya yang berjudul Laura Hasn’t Slept (2020).

Mendapat respon positif saat tayang perdana di Fantastic Fest pada 22 September 2022, apakah film ini bisa menjadi salah satu film horor terbaik? Yuk, simak review berikut untuk mengetahui ulasan lengkapnya.

Baca juga: Review & Sinopsis Film Us (2019), Kembaran yang Mengancam

Sinopsis

Sinopsis

Dr. Rose Cotter tampak kelelahan setelah menghadiri sesi terakhir bersama pasiennya. Dia diminta pulang oleh atasannya karena shift yang dia jalani sudah terlalu panjang. Namun, bukannya pulang, dia justru menerima panggilan lain untuk menangani pasien yang baru masuk rumah sakit.

Awalnya dia bersikap tenang menghadapi pasien barunya yang bernama Laura itu. Dia mendengarkan dengan seksama dan berusaha untuk mengarahkan Laura bahwa yang dihadapinya adalah stres pascatrauma setelah menyaksikan dosennya bunuh diri dihadapannya.

Tapi Laura selalu menjelaskan bahwa dia dihantui sosok menakutkan. Kemudian Laura mendadak terkejut histeris. Rose langsung menghubungi sekuriti rumah sakit untuk mengamankan Laura. Tapi ternyata Laura menyobek pipi hingga lehernya sendiri dengan pecahan vas bunga.

Rose hanya bisa tertegun melihatnya. Dua detektif, salah satunya adalah Joel, memberikan beberapa pertanyaan kepada Rose untuk mendalami kasus bunuh diri ini. Rose hanya memberikan analisa dari sisi psikologis saja.

Rose pulang ke rumah dan terkejut ketika tunangannya, Trevor, pulang dari kerja. Dia merasa melihat bayangan Laura di dapur.

Mereka kemudian makan malam bersama Holly, kakak dari Rose, dan sempat berseteru di meja makan. Keesokan harinya, Rose membaca data tentang Laura demi menemukan fakta tentang kejiwaannya.

Rose yang merasa resah menemui psikiater yang juga seniornya, Dr. Northcott, demi mendapatkan resep obat. Tapi sang dokter menolak dan hanya menginginkan sesi pertemuan saja. Dia mengira bahwa trauma masa lalu Rose terbuka lagi setelah mengalami insiden mengerikan tersebut.

Di rumah sakit, Rose merasa diserang oleh pasiennya yang membuat pasien itu dipindahkan ke ruangan lain. Rose ditegur oleh atasannya dan diminta mengambil cuti agar bisa beristirahat. Rose kemudian membeli kereta mainan untuk hadiah ulang tahun keponakannya.

Malamnya, Rose merasa ada yang masuk ke rumah ketika alarm berbunyi. Dia melihat sosok misterius yang menyerangnya dan berlari ke belakang rumah.

Polisi datang menyelidiki tanpa menemukan apapun. Rose pun lalu hadir ke pesta ulang tahun keponakannya. Dia menjadi histeris ketika keponakannya membuka kado darinya yang berisi bangkai kucing peliharaannya.

Dia dibawa ke rumah sakit untuk mengobati lukanya akibat terjatuh di atas meja sesaat setelah terkejut karena melihat sosok yang mengerikan di tengah pesta. Trevor mulai tidak nyaman dengan kondisi yang diderita Rose dan menolak untuk bicara.

Rose mendatangi rumah dosen Laura yang tewas bunuh diri. Dia menemukan lukisan senyuman yang sering dia lihat belakangan ini.

Namun ketika hendak mengetahui lebih dalam, dia diusir oleh istri dosen tersebut. Rose kemudian mendatangi Joel. Dia meminta bantuan untuk menyelidiki latar belakang Laura dan dosennya.

Mereka terus menelusuri korban demi korban bunuh diri berantai dari data kepolisian. Rose marah kepada Trevor karena menemui Dr. Northcott dibelakangnya. Dia berusaha meminta maaf kepada Holly yang berakhir dengan melihat keseraman lain dalam halusinasinya.

Rose juga mendatangi orang yang seharusnya menjadi salah satu korban kutukan ini, namun dia berhasil selamat. Robert, nama orang itu, membunuh seseorang dengan disaksikan oleh orang lain lagi yang di kemudian hari melakukan bunuh diri. Dan Robert selamat dari kutukan tersebut.

Rose memilih untuk menyendiri, sehingga tidak ada korban berikutnya. Dia hendak memutuskan rantai kutukan dengan menghadapi setan itu sendiri.

Di rumah lamanya, dia berbincang dengan sesosok arwah yang menyerupai ibunya. Dan tidak berapa lama, sosok itu berubah menjadi setan yang mulai memburunya.

Berhasilkah Rose menyudahi kutukan ini? Atau dia gagal dan kutukan terus berlanjut? Saksikan terus ketegangan film ini hingga akhir untuk menemukan jawabannya.

Antara Halusinasi, Trauma dan Kutukan

Antara Halusinasi, Trauma dan Kutukan

Smile merupakan film horor modern yang seharusnya menuntut kita berpikir lebih dalam untuk memahami jalan ceritanya. Setelah peristiwa bunuh diri Laura di depan mata Rose, psikiater ini kemudian berkali-kali melihat penampakan Laura dengan senyuman menyeringainya.

Di sepanjang film berdurasi 1 jam 55 menit ini, kita akan dibuat terus menerus berpikir dan menebak apakah Rose mengalami halusinasi akibat trauma masa lalunya atau efek dari kutukan berantai.

Tarik ulur dua kemungkinan penyebab kondisi yang diderita Rose ini digelar di sepanjang film. Terkadang kita melihatnya sebagai sebuah halusinasi, di adegan lain kita dibuat yakin bahwa ini adalah kutukan.

Tapi kemudian kita seolah dibawa untuk lebih condong kepada sisi trauma Rose, karena dia sendiri di usia 10 tahun melihat ibunya bunuh diri di depan matanya.

Hal ini adalah salah satu alasannya menjadi psikiater dan mendalaminya dengan tujuan untuk membantu orang-orang yang memiliki kondisi yang sama dengan ibunya derita.

Namun, terbuka pula alasan lain, yaitu Rose masih merasa bersalah atas kematian ibunya dan perasaan itu terus memberatinya hingga dia berada di usia dewasa kini.

Hanya saja, trauma itu terpicu kembali karena peristiwa bunuh diri Laura di hadapannya. Bahkan analisa ini tetap dipertahankan oleh psikiaternya, Dr. Northcott, yang tidak mau memberinya resep obat.

Meski kita dibawa ke satu sisi, namun sisi lain juga tidak dikesampingkan begitu saja. Lewat investigasinya, melalui data rumah sakit juga data kepolisian, kita pun diberi tahu kemungkinan adanya kutukan.

Dan Rose harus mencari tahu pangkal kutukan ini dari mana asalnya. Beruntung, Joel tertarik dengan kasus ini dan langsung mendalaminya. Hasilnya, sudah 20 orang yang menjadi korban dan salah satunya masih hidup hingga saat ini di dalam penjara karena kasus pembunuhan.

Kita langsung dibuat paham, bahwa kutukan ini akan terlepas apabila korbannya melakukan pembunuhan di depan orang lain yang akan menerima kutukan tersebut. Kurang lebih konsepnya sama dengan video kutukan di film The Ring (2002).

Penyebab kutukan yang menimpa seluruh korban bunuh diri ini tetap dipertahankan kemisteriusannya hingga akhir film.

Dan begitu entitas ini muncul, yang bermula dari wujud ibunya Rose, atmosfer mencekam yang digelar di sepanjang film mencapai puncaknya dengan baik. Bahkan kita masih tetap dibuat bergidik setelah filmnya usai.

Setan ini memakan perasaan trauma korbannya secara bertahap hingga kemudian membuat mereka mengakhiri hidup dengan senyuman mengerikan.

Apakah Rose berhasil memusnahkan setan tersebut dan menghentikan kutukan berantai yang dibuatnya? Sedikit spoiler, ending film horor tentu saja tidak akan membuat kita tenang setelah usai. Dan eksekusinya mirip dengan akhir film The Descent (2005).

Akting Efektif Para Pemerannya

Akting Efektif Para Pemerannya

Sebagian besar film horor memiliki aktris yang dipercaya sebagai bintang utamanya. Dan kemudian mereka akan dijuluki sebagai Scream Queen apabila sering bermain di film-film horor lainnya. Contohnya adalah Jamie Lee Curtis lewat franchise Halloween.

Kali ini, Sosie Bacon berhasil mengerahkan segenap kemampuan aktingnya dengan baik di film ini. Nama aktris ini baru mulai terangkat ketika dia mendukung miniseri HBO Mare of East Town yang dibintangi Kate Winslet.

Genre horor sendiri bukanlah hal baru baginya, karena dia pernah juga mendukung Scream: The TV Series, meski hanya 4 episode saja.

Sosie Bacon yang awalnya terlihat berusaha tenang di atas kegelisahan kemudian berubah menjadi orang yang sakit mentalnya. Dia tiba-tiba termenung, sesaat kemudian menangis.

Dia membentak Trevor, tapi langsung melirihkan suaranya sambil meminta maaf. Semua ini dia tampilkan dengan baik. Dan faktor yang membuatnya gelisah terkuak sedikit demi sedikit di sepanjang film.

Sementara pemeran lainnya tampil efektif dengan durasi main mereka yang minim. Seperti Caitlin Stasey sebagai Laura yang hingga film berakhir seolah wajah dengan senyuman mengerikan itu terus terbayang di benak kita.

Lalu ada juga Rob Morgan yang berperan sebagai Robert. Sebelum dia berucap, kita sudah merasakan tekanan mental padanya. Ditambah lagi ketika emosinya meledak.

Sisi Teknis Visual Pembentuk Atmosfer Mencekam

Sisi Teknis Visual Pembentuk Atmosfer Mencekam

Sejak adegan awal, kita sudah dibuat merasa tidak nyaman dengan keheningan gambar yang diiringi arasemen musik mencekam. Kemudian beberapa kali, perpindahan antar adegan dibuat terpotong tidak mulus yang membuat jantung kita cukup terkejut.

Lalu masih ada lagi pergerakan kamera yang tidak biasa. Gambar diambil secara vertikal, lalu kemudian beberapa kali dibuat terbalik.

Semua sisi teknis visual di film ini berhasil menciptakan atmosfer mengerikan yang memang dibutuhkan oleh sebuah film horor.

Dan sutradara Parker Finn beserta sinematografer Charlie Sharroff cukup apik menyuguhkannya, sehingga perasaan kita seolah terkurung dalam suasana mencekam yang dirasakan oleh Rose.

Berdasarkan sebuah film pendek karya Parker Finn sendiri, Smile adalah sebuah prestasi terbaiknya saat ini. Hanya dalam waktu dua tahun, terutama di masa pandemi Covid-19, Parker Finn berhasil meyakinkan Paramount Pictures untuk memberikan kepercayaan kepadanya mengembangkan film pendek karyanya menjadi sebuah film feature.

Dan Parker Finn menjawabnya dalam kadar yang memuaskan. Tentu saja, ada celah dalam cerita yang bisa membuat film ini berkembang menjadi sebuah sekuel atau prekuel.

Karakter Joel adalah kuncinya. Dia berujar bahwa kutukan ini pernah muncul di Brasil sebelum ke Amerika. Celah ini bisa diolah menjadi sebuah prekuel dengan premis yang menjanjikan.

Sedangkan untuk sekuel, kutukan yang menimpa Joel bisa dilanjutkan ke film berikutnya. Namun penulis naskah memiliki beban yang sangat berat untuk menemukan inovasi dalam cerita agar setidaknya setara dengan film ini.

Apapun kemungkinan pengembangan film ini di masa depan, pastinya akan ditentukan dengan keberhasilan film ini sekarang.

Jika mencapai target pendapatan atau kualitasnya diakui kritikus, maka lampu hijau proyek berikutnya dari sang produser tidak akan menunggu lama. Semakin penasaran dengan film ini? Yuk, langsung saja tonton filmnya sekarang!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram