bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Si Buta Lawan Jaka Sembung (1983)

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Si Buta Lawan Jaka Sembung
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Soca si pendekar buta memenuhi sayembara yang diadakan pihak Belanda untuk membawa kepala Jaka Sembung ke hadapan mereka. Dengan imbalan 1.000 Ringgit, Soca begitu yakin bisa mengalahkannya. Ternyata benar, Jaka Sembung yang terkenal sakti dan hebat, tumbang begitu saja di tangannya. Dia pun berhasil membawakan kepala Jaka Sembung pada pihak Belanda.

Namun, siapa sangka uang yang sudah diberikan, berniat diambil kembali oleh pihak Belanda dengan cara-cara licik. Siapa sangka juga kepala Jaka Sembung yang diserahkan berubah jadi sesuatu yang mengejutkan. Kejutan apa yang dimaksud? Film laga Indonesia klasik berjudul Si Buta Lawan Jaka Sembung (1983) akan menjawabnya untukmu, tapi sebelum nonton bagaimana jika kita simak sinopsis dan ulasannya lebih dulu?  

Sinopsis

  • Tahun Rilis: 1983
  • Genre: Epos, Action
  • Produksi: Rapi Film (Distributor)
  • Sutradara: Dasri Yacob
  • Pemeran: Barry Prima, Advent Bangun, Sri Gudhi Sintara, W.D. Mochtar

Tentara Kompeni yang dipimpin De Schone mengobrak-abrik sebuah desa menggunakan meriam. Dia tak peduli penduduk desa lari kocar-kacir ketakutan yang penting Jaka Sembung berhasil ditemukan. Saat keriuhan terjadi seorang pemuda buta mendengar dari kejauhan. Ketika De Schone hendak memerintahkan pasukannya untuk menghabisi seluruh penduduk desa, Jaka Sembung (Barry Prima) dan beberapa pengikutnya menyerang mereka.

De Schone pun berhasil dipanah dan melarikan diri. Seluruh penduduk desa merasa terselamatkan oleh Jaka Sembung. Mereka tampak lega, bersukacita dan mengelu-elukan Jaka Sembung yang sudah seperti pahlawan. Dengan susah payah De Schone akhirnya berhasil sampai ke markas. Sayang, nyawanya tak terselamatkan.

Buntut dari kematian De Schone, pihak Belanda mengadakan sayembara untuk menghadapi Jaka Sembung. Mereka merasa bahwa untuk mengalahkan jagoan itu, dibutuhkan jagoan pribumi lainnya. Siapa pun yang bisa membawa Jaka Sembung, baik dalam keadaan hidup atau mati, akan mendapat hadiah sebesar 500 Ringgit. Siapa pun jagoan pribumi yang dapat menunjukkan kekuatannya di depan pihak Belanda, akan mendapat 100 Ringgit.

Pertempuran pun dimulai. Dari semuanya tersisa satu jagoan yang berhasil membunuh jagoan-jagoan lain. Namun, saat dia hendak meminta 100 Ringgit yang dijanjikan, tiba-tiba seorang pemuda buta tadi tanpa sengaja masuk ke area pertempuran. Penonton yang melihatnya hanya bisa tertawa karena tak percaya dengan kemampuannya.

Namun, pemuda buta yang diketahui bernama Soca Indrakusuma (Advent Bangun) atau Si Buta dari Gunung Iblis itu menunjukkan kemampuannya. Dengan sekejap, Soca berhasil mengalahkan jagoan tadi. Dia lalu mengenalkan diri ke pihak Belanda. Walau dirinya buta, Soca bisa merasakan melalui pori-porinya.

Soca rupanya tertarik dengan tawaran 500 Ringgit yang diberikan pihak Belanda. Padahal dia sendiri pernah mengatakan pernah simpati dengan perjuangan Jaka Sembung. Begitulah bisik seorang perempuan bernama Dewi Magi (Sri Gudhi Sintara) di samping area pertarungan. Dewi Magi mengingatkan Soca bahwa dirinya sudah terlalu jauh, tapi pemuda itu tidak peduli.

De Mandes (Gino Makasutji) kemudian membawa Soca masuk ke dalam ruangan sementara Dewi Magi bergegas pergi. Mandes memerintahkan Soca untuk membawa kepala Jaka Sembung baru setelah itu dia akan memberikan uang 500 Ringgit sebagai imbalan. Soca menolak karena dia ingin bayaran yang lebih tinggi. Pihak Belanda lalu menyetujui akan memberinya 1.000 Ringgit.

Tanpa buang waktu Soca didampingi beberapa pasukan Belanda mulai mencari Jaka Sembung. Mereka kembali datang ke desa yang tadi sudah dihancurkan dan hanya mendapati mayat-mayat pasukan Belanda tergeletak di pinggir sungai. Dewi Magi yang mengintip dari atas pohon berbisik dan memberi tahu Soca bahwa Jaka Sembung ada di kebun pisang di dekat sana.

Sampai di kebun pisang, Soca dikepung oleh penduduk desa. Namun sekejap mata Soca bisa membunuh mereka semua. Merasa dibohongi Soca berteriak memanggil Jaka Sembung dan memintanya keluar. Dari jauh terdengar suara Jaka menyauti panggilan Soca. Mereka berdua pun akhirnya memulai pertempuran.

Soca dan Jaka Sembung saling serang dan melukai. Mereka adu kekuatan dan jurus-jurus yang dimiliki. Pertempuran tersebut akhirnya dimenangkan oleh Soca. Dia berhasil memenggal kepala Jaka Sembung dan membawanya ke pihak Belanda. Sepanjang jalan Soca mendapat cemooh dari warga yang memanggilnya pengkhianat.

Dengan sombong, Soca meletakkan kepala Jaka Sembung dan memperlihatkannya pada Mandes. Mandes kemudian memerintahkan bawahannya untuk memancangkan kepala Jaka Sembung di gerbang depan. Selanjutnya Soca meminta imbalan yang sudah dijanjikan. Mandes lalu memberinya sepeti uang ringgit, persis berjumlah 1.000. Setelah menerima upahnya, Soca pun pergi.

Kapten Mandes rupanya menyesalkan upah yang dia berikan pada Soca karena uang sebanyak itu bisa dipakai untuk membeli senjata satu kapal dan menghidupi pasukan mereka selama satu tahun. Maksud Mandes dipahami oleh bawahannya; mereka tahu harus melakukan apa pada Soca.

Cerita berlanjut saat Soca berjalan pulang sambil membopong peti berisi uang dalam jumlah banyak. Dewi Magi mengawasinya dari atas pohon, begitu juga dengan pihak Belanda. Tanpa basa-basi pasukan Belanda mulai memberondong Soca dengan tembakan. Soca berhasil melarikan diri dan mulai membalas serangan.

Di luar perhitungan Soca berhasil ditembak oleh salah satu pasukan Belanda tapi dia dapat mengeluarkan peluru yang bersarang di dadanya. Soca lalu tak sadarkan diri. Di saat itulah Dewi Magi datang menyelamatkannya. Rupanya Dewi Magi punya hasrat dan cinta terpendam pada Soca sehingga ketika lelaki itu tak sadarkan diri, Dewi Magi berusaha menguasai tubuhnya.

Tak lama Soca sadar dan berontak. Dia menolak cinta Dewi Magi karena hatinya memang telah tertutup untuk wanita lain setelah kematian sang kekasih. Mendengar penolakan Soca, Dewi Magi marah dan meminta uang dalam peti itu sebagai ganti. Soca tak keberatan memberinya sebagian tapi Dewi Magi meminta semuanya. Lalu apakah Soca bersedia memberikan uang miliknya pada Magi?

Cinta Ditolak Balas Dendam Bertindak

Walau judulnya Si Buta Lawan Jaka Sembung (1983), film ini tidak banyak bercerita tentang pertarungan antara keduanya. Mereka justru digambarkan punya hubungan dekat dan saling membantu. Adegan perkelahian antara Soca dan Jaka Sembung hanya terjadi di bagian awal film, ketika Soca harus mendapatkan kepala Jaka Sembung dan menyerahkannya pada pihak Belanda.

Selebihnya, film arahan sutradara Dasri Yacob ini lebih fokus bercerita pada pembalasan dendam karakter Dewi Magi akibat cintanya ditolak oleh Soca. Penolakan tersebut didasari oleh perasaan trauma Soca akibat ditinggal kekasihnya dulu. Pada akhirnya alur cerita film ini tidak sesuai dengan judul yang dipilih. Oleh karena itu jangan terlalu berharap dapat menyaksikan pertarungan sengit antara Jaka Sembung dan si Buta di sepanjang film ya!

Adegan Laga yang Memuaskan

Sebagai film laga yang rilis tahun 1983, Si Buta Lawan Jaka Sembung (1983) punya adegan-adegan perkelahian yang mengesankan. Gerakan-gerakan bela diri yang dipertontonkan Si Buta dan Jaka Sembung begitu meyakinkan. Akting Advent Bangun yang berperan sebagai pemuda buta akan membuatmu terpesona. Apalagi di sini dia terhitung sering melakukan adegan perkelahian.

Selain suguhan laga yang memukau, dalam film ini kamu juga disuguhi kekuatan-kekuatan sihir yang tak masuk akal milik Dewi Magi. Perempuan sakti yang ‘doyan’ lelaki ini bahkan sempat menggunakan kekuatan sihirnya untuk membantu Soca menipu Belanda. Kekuatan sihir tersebut divisualisasikan cukup kasar tapi lumayan memuaskan mengingat film berdurasi 1 jam 30 menit ini diproduksi di tahun 1980-an.

Hati-Hati Cukup Banyak Adegan Dewasa!

Tak heran jika Si Buta dan Jaka Sembung (1983) mendapat banyak sambutan baik pada masa penayangannya. Film ini dibuat dengan setting yang baik dan niat. Sinematografinya pun terhitung indah dan proporsional. Adegan perkelahian dalam film ini beberapa kali diambil dari jarak jauh. Scene-scene tersebut memperlihatkan langit, lapangan hijau, pepohonan dengan dua orang yang sedang berkelahi di bawahnya sehingga tampak cantik.  

Namun, harap hati-hati saat akan menontonnya bersama keluarga. Pasalnya film ini cukup banyak memuat adegan-adegan dewasa yang berani. Adegan-adegan dewasa dipertontonkan secara implisit; memperlihatkan bagaimana gairah Dewi Magi saat bercinta dengan pemain pria. Satu lagi, Si Buta dan Jaka Sembung (1983) juga sangat meyakinkan saat mempertontonkan adegan-adegan penuh luka dan darah, jadi harap bijaksana saat menontonnya ya!

Secara keseluruhan film Si Buta Lawan Jaka Sembung (1983) merupakan film laga, epos dewasa yang cukup mengecewakan dari segi alur dan konflik utama, terutama karena ia lebih banyak bercerita tentang napsu syahwat Dewi Magi dibanding kisah Jaka Sembungnya sendiri. Namun, jika kamu ingin tahu atau rindu dengan film laga Indonesia zaman dulu, tak ada salahnya untuk nonton! Bagaimana? Tertarik? Tak perlu pusing mencarinya karena film ini sudah bisa disaksikan melalui Netflix!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram