bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review She Said, Investigasi Kasus Pelecehan Seksual

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
She Said
3.9
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Dua jurnalis wanita dari New York Times berusaha menguak sebuah kasus pelecehan seksual di industri perfilman Hollywood. Pelakunya adalah produser terkenal Harvey Weinstein.

Namun, banyak rintangan yang menghadang, terutama dari para korban yang lebih memilih bungkam. Selain itu, pengaruh besar sang produser menjadi batu sandungan yang paling keras.

She Said adalah film drama karya Maria Schrader yang dirilis oleh Universal Pictures pada 18 November 2022. Berdasarkan buku yang ditulis oleh Jodi Kantor dan Megan Twohey atas perjalanan investigasi mereka, film ini membuka sisi gelap Hollywood yang memang sudah sering terjadi sejak lama.

Diprediksi akan masuk bursa Oscar, kualitas film ini bertolak belakang dengan penghasilannya yang buruk. Mengapa bisa begitu? Simak penjelasan mendalamnya di review berikut ini.

Baca juga: 10 Film Hollywood Terbaik yang Menampilkan Peran Jurnalis

Sinopsis

Sinopsis

Di tahun 2017, jurnalis New York Times Jodie Kantor mendapat informasi bahwa aktris Rose McGowan pernah mendapat pelecehan seksual dari produser Indiewood Harvey Weinstein.

Tapi Rose tidak mau bersaksi karena pernah mendapat pemberitaan buruk tentang dirinya di surat kabar harian terkenal di kota New York tersebut. Tapi kemudian Rose menghubungi Jodi kembali untuk menceritakan kronologi pelecehan seksual yang diterimanya, lebih tepatnya perkosaan.

Dari hasil penelusurannya, Jodi pun menghubungi Ashley Judd dan Gwyneth Paltrow yang pernah mendapat kasus serupa. Tapi lagi-lagi mereka tidak mau memberikan pernyataan atas nama sendiri karena khawatir karir mereka akan hancur.

Jodi meminta bantuan Megan Twohey, jurnalis terkenal yang di reportase sebelumnya menyelidiki dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh Donald Trump.

Megan langsung bergerak cepat dengan melacak keberadaan mantan karyawan Miramax. Tapi wanita itu menolak bicara karena sudah menandatangani perjanjian rahasia dengan pihak Harvey.

Megan kemudian melacak dari sisi hukum terkait pengaduan karyawan Miramax yang kemudian hilang tanpa jejak. Megan ditolak oleh Equal Employment Opportunity Commission (EEOC) yang bertugas mengurus hak asasi para pekerja atas tindak diskriminasi.

Saat menghubungi mantan jaksa wilayah yang memegang kasus ini dahulu, Megan diberi tahu bahwa Harvey memiliki pengaruh di ranah hukum. Sementara Jodi bertanya kepada mantan CFO Miramax terkait besaran dana yang diberikan kepada para karyawan yang membuat pengaduan resmi.

Namun dia pun tidak mendapatkan jawaban pasti. Jodi mendapat tiga nama mantan karyawan Harvey yang pernah mendapat pelecehan seksual. Satu persatu Jodi hampiri, meski dua diantaranya berada di tanah Britania.

Jodi bertemu dengan Zelda Perkins yang menceritakan kejadian pelecehan seksual yang dialami oleh Rowena Chiu, salah satu mantan karyawan yang gagal Jodi temui sebelumnya.

Setelahnya, Jodi hendak menemui Laura Madden, namun dia tidak mau memberikan pernyataan. Laura berubah pikiran ketika mendapat telepon dari pihak Harvey yang melarangnya untuk berbicara.

Harvey yang sudah mencium pergerakan Jodi dan Megan, mengirimkan pengacaranya untuk melakukan klarifikasi. Sang pengacara memastikan bahwa pihak Harvey memang pernah melakukan pembayaran atas perjanjian kepada beberapa mantan karyawannya.

Sementara Jodi mendapat informasi yang lebih akurat dari Irwin Reiter, mantan akuntan Harvey. Dia menyinggung investigasi Jodi terkait kasus di era 1990an, padahal ada yang lebih baru daripada itu.

Harvey semakin serius mendesak New York Times tentang para narasumber artikel yang akan dimuat dimana dia menyangkal semua tuduhan yang ditujukan padanya dan menganggap semua itu berita bohong.

Saat tenggat publikasi mendekati batasnya, tim New York Times semakin terdesak dengan tidak adanya narasumber yang mengizinkan namanya dicantumkan.

Adakah salah satu korban Harvey yang akhirnya berani berbicara tentang kasus ini? Saksikan terus ketegangan investigasi mereka dengan menonton film ini hingga usai.

Pelecehan Seksual Tersistematis

Pelecehan Seksual Tersistematis

Fokus cerita film She Said ada pada investigasi dan pencarian informasi dari dua jurnalis New York Times, Megan Twohey dan Jodi Kantor, terkait pelecehan seksual yang dilakukan oleh produser Harvey Weinstein. Dan bangunan emosinya sangat terasa berkat dua adegan awalnya yang menarik dan relevan.

Film dibuka dengan adegan dimana gadis muda tak sengaja ikut serta dalam sebuah syuting film di tahun 1992. Tak berapa lama setelah kita lihat dia tersenyum, adegan langsung loncat ke keadaan lain dimana dia berlari sambil menangis.

Kita asumsikan dia telah mengalami peristiwa pelecehan seksual. Nantinya, dengan cerdas, adegan ini akan menjadi kunci kemenangan tim jurnalis atas Harvey di akhir film.

Adegan selanjutnya mengambil latar waktu di tahun 2016 yang menggambarkan betapa giat dan tekunnya seorang jurnalis wanita, Megan Twohey, dalam mengungkap adanya dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh Donald Trump.

Dan saat berita ini dipublikasikan, tidak ada yang menanggapinya. Terlebih lagi Donald Trump menang pemilu dan menjadi presiden Amerika Serikat. Dua adegan ini, meski terpaut latar waktu berbeda, menyiratkan hubungan yang erat dimana nantinya dijabarkan dengan baik oleh naskah yang ditulis Rebecca Lenkiewicz.

Adegan pertama menggambarkan alasan bungkamnya para korban dikarenakan tidak ada saksi lain yang hadir saat kejadian itu berlangsung. Dan adegan kedua menggambarkan kegigihan seorang jurnalis dalam mencari informasi yang valid dari sumbernya terkait berita yang sedang dia tulis.

Bertepatan pula, Megan sedang menulis materi yang sama dengan investigasi berikutnya yang dia jalani. Sehingga kesan jurnalis yang berpengalaman di bidangnya sudah tertancap dengan baik pada dirinya.

Hal utama yang membuat investigasi mereka mengalami banyak rintangan adalah sosok Harvey Weinstein yang memiliki pengaruh besar, tidak hanya di industri film, tapi juga sampai ke ranah hukum. Dia memiliki pengacara yang handal dan oknum-oknum bayaran di lembaga hukum serta pemerintahan.

Dan memang, produser “nakal” di Hollywood bukan Harvey saja. Sejak zaman dulu, praktik busuk ini sudah dilakukan oleh produser untuk mengobral janji mengorbitkan aktris yang menjadi korbannya. Salah satu contohnya adalah kejadian sama yang dialami Marilyn Monroe di awal karirnya, sebagaimana yang digambarkan di film Blonde (2022).

Tapi bedanya Harvey, aksinya lebih sistematis. Dia melakukannya saat berdua saja dengan korban, sehingga tidak ada saksi yang melihat. Dan jelas, laporan atau pengaduan tanpa saksi dan bukti yang kuat, langsung tersapu dengan pengaruh Harvey di ranah hukum.

Dan kemudian, para korban itu dibungkam dengan perjanjian rahasia beserta sejumlah besar kompensasi. Namun, sudah bisa dipastikan, para wanita yang menjadi korbannya tersebut merasa direndahkan dan menderita sepanjang hidupnya.

Tapi mereka tidak bisa bersuara, karena suara mereka tak akan didengar. Rasa takut dan terintimidasinya para korban dan wanita yang pernah bekerja pada Harvey menjadi inspirasi bagi film The Assistant (2019).

Memaparkan Integritas Jurnalisme

Memaparkan Integritas Jurnalisme

Lalu datanglah dua jurnalis wanita yang gigih untuk mengungkap tabir misteri ini ke muka publik. Durasi film selama 2 jam 9 menit dihabiskan oleh investigasi yang dilakukan oleh Megan dan Jodi. Sejak dipertemukan oleh editor Rebecca Corbett, tak seharipun dalam hidup mereka dilewatkan tanpa mencari celah informasi untuk materi artikel yang akan ditulis.

Tidak hanya menggali dari sisi korbannya, mereka juga bergerak secara cermat dengan mendekati semua pihak yang dianggap terkait, seperti pengacara, mantan karyawan dan lembaga hukum. Meski lebih banyak berada pada kebuntuan, namun ada serpihan informasi yang mereka dapatkan untuk digali lebih dalam lagi.

Dedikasi mereka sebagai seorang jurnalis berhasil dipaparkan dengan baik. Jodi tidak berpikir dua kali untuk terbang ke Inggris dan Wales demi mendapat pernyataan dari dua mantan karyawan Harvey dimana salah satunya pernah menjadi korbannya.

Dan integritas mereka pun diperlihatkan secara detail. Sebelum menurunkan materi yang dikumpulkan sebagai sebuah berita, mereka harus memastikan terlebih dahulu bukti akurat dan kebenarannya dari berbagai pihak terkait, salah satunya Harvey sendiri. Dia terus saja membantah tanpa bukti, sehingga membuat berita belum bisa dipublikasikan.

Tapi semangat mengedepankan kebenaran berada pada jiwa para jurnalis ini yang kemudian membuat dua dari sekian banyak korban bersedia dicantumkan namanya sebagai narasumber dan ucapannya bisa dikutip untuk dimuat di dalam artikel. Dan kejadian ini berada di detik-detik akhir tenggat publikasi, sehingga terasa melegakan.

Performa Apik Carey Mulligan dan Zoe Kazan

Performa Apik Carey Mulligan dan Zoe Kazan

Meski sinematografi film ini tidak spesial, namun kekuatan inti sebenarnya ada pada performa akting Carey Mulligan dan Zoe Kazan. Terlibat penuh dalam investigasi, kedua karakter ini juga diberi kedalaman secara personal pada kehidupan pribadi mereka, meski hanya sekilas saja.

Carey Mulligan membawa karakter Megan Twohey sebagai jurnalis yang gigih dan tegas dalam menggali informasi. Dia bahkan bisa menekan salah satu karyawan Harvey untuk memastikan jumlah korban yang mendapat kompensasi.

Sementara itu, penggambaran secara personal karakternya cukup baik, dimana dia sempat mengalami depresi pascapersalinan. Sedangkan Zoe Kazan tampil penuh empati sebagai Jodi Kantor. Bahasanya sangat halus tanpa mengintimidasi, membuat narasumbernya merasa nyaman berbincang dengannya.

Bahkan yang awalnya menolak, justru menumpahkan semua perasaannya kepada Jodi. Sisi personalnya diungkap hanya sekilas dan tidak terlihat terlalu berpengaruh pada investigasi yang dijalaninya.

Inti dari perjuangan Megan dan Jodi ini adalah kemenangan yang diraih bukan hanya karena kegigihan mereka saja dalam mengejar dan menggali informasi, tapi juga adanya sistem pendukung di belakang mereka.

Selain tim editorial yang bekerja dengan taktis, mereka juga didukung oleh keluarga yang pengertian, terutama suami mereka masing-masing yang membantu mengurus anak-anak di rumah.

She Said adalah film drama yang kurang mementingkan sisi teknis. Tapi karena memiliki cerita yang berdasarkan kejadian nyata dengan naskah yang tersusun rapi, membuat film ini tetap bisa dinikmati. Terutama karena performa akting yang apik dari Carey Mulligan dan Zoe Kazan.

Kehadiran Ashley Judd dan suara Gwyneth Paltrow di telepon, dua dari sekian banyak korban Harvey, menguatkan nilai autentik filmnya. Ketegangan yang meninggi menjelang akhir film ditutup saat berada di puncak. Seketika keheningan terjadi.

Baru setelah itu muncul informasi lanjutan pasca berita ini dipublikasikan. Hal ini tentunya mengundang kita untuk mencari tahu lebih lanjut tentang kasus ini. Gerakan #MeToo adalah lanjutan dari pemberitaan ini dimana para korbannya mulai membuka suara, termasuk para aktris Hollywood.

Hasilnya adalah hukuman 23 tahun penjara bagi Harvey Weinstein. Gerakan ini meluas tidak hanya pada industri film saja, melainkan hingga ke bidang pekerjaan lainnya di seluruh dunia.She Said cocok bagi kalian yang menyukai drama tentang dunia jurnalisme.

Kandidat kuat di bursa Oscar ini memang terlalu kaku dan fokus pada sisi drama dengan mengorbankan nilai komersilnya. Tapi dijamin, salah satu film terbaik di tahun 2022 ini sangat layak untuk ditonton. Selamat menyaksikan!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram