showpoiler-logo

Sinopsis & Review Shaun of the Dead, London Diserang Zombie

Ditulis oleh Aditya Putra
Shaun of the Dead
4
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Siapa yang nggak pernah mendengar zombie? Makhluk yang hidup kembali setelah tewas terinfeksi virus itu kerap diangkat ke layar lebar maupun video gim.

Film zombie yang paling terkenal adalah franchise The Dead yang dibuat oleh George A. Romero. The Dead menghasilkan tiga film zombie paling ikonik yaitu Night of the Living Dead, Day of the Dead dan Dawn of the Dead

Di Inggris, Simon Pegg dan Edgar Wright membuat skenario untuk film Shaun of the Dead yang merupakan apresiasi mereka untuk karya Romero.

Ketika film berhasil dibuat, Wright meminta persetujuan Romero untuk dirilis. Seperti apa sinopsis dan review film yang disetujui oleh Bapak dari film zombie? Langsung simak saja, yuk!

Baca juga: Sinopsis & Review Film Horror Dawn of the Dead (2004)

Sinopsis

Sinopsis
  • Tahun Rilis: 2004
  • Genre: Horror, Comedy
  • Produksi: StudioCanal, WT2 Productions, Big Talk Productions
  • Sutradara: Edgar Wright
  • Pemain: Simon Pegg, Nick Frost, Kate Ashfield, Ludy Davis, Dylan Moran, Bill Nighy

Di Crouch End, London Utara, Shaun bekerja sebagai salesman alat-alat elektronik. Dia tinggal di sebuah apartemen dengan teman masa kecilnya, Ed, serta teman kuliahnya, Pete.

Kekasih Shaun, Liz, meminta Shaun untuk menepati semua janjinya mulai dari berhenti merokok, rajin olahraga dan meluangkan waktu bersamanya.

Di keluarga, Shaun nggak akrab dengan ayah tirinya, Philip, dan sudah lama nggak mengunjungi ibunya, Barbara. Di tempat kerjanya, Shaun nggak dihargai sama sekali termasuk oleh pegawai baru, Noel.

Shaun pergi berkencan dengan Liz di pub favorit Shaun, Winchester. Dia berjanji akan mengajak Liz makan malam keesokan harinya.

Di tempat kerja, Shaun ditemui oleh Philip yang meminta Shaun untuk menyempatkan bertemu Barbara. Dia meminta Shaun membawa bunga favorit Barbara.

Sibuk mencari bunga untuk sang ibu, Shaun lupa memesan tempat untuk makan malam. Dia mencoba meminta maaf pada Liz tapi Liz memilih memutuskan Shaun.

Merasa galau, Shaun ditemani oleh Ed menghabiskan waktu di Winchester. Ketika pulang, mereka berpesta dengan menyetel musik kencang-kencang. Pete marah karena tidurnya terganggu.

Dia meminta Shaun untuk mulai memikirkan hidup yang makin nggak terarah dengan kehadiran Ed. Selain itu, dia mengeluhkan luka yang didapatnya ketika nyaris dirampok oleh seseorang.

Pagi harinya, Shaun berbelanja minuman ke minimarket dekat apartemennya. Jalanan sudah lengang dan beberapa orang mulai berjalan dengan cara yang nggak lazim.

Ketika kembali di apartemen, dia dan Ed menonton berita yang menyatakan bahwa London berubah menjadi kota zombie. Mereka nggak menganggap serius berita sampai melihat dua zombie di halaman apartemen.

Dari berita, Shaun dan Ed mengetahui bahwa cara membunuh zombie adalah dengan memenggal kepala atau menghancurkan otak mereka. Shaun dan Ed membunuh dua zombie di halaman rumah dengan menggunakan stik baseball dan cangkul.

Mereka berencana menyelamatkan Liz dan Barbara kemudian menunggu keadaan aman di tempat favorit mereka, Winchester.

Shaun dan Ed menggunakan mobil Pete untuk menjemput Barbara. Mereka berhasil menjemput Barbara dan Philip tapi Philip sudah tergigit zombie.

Shaun, Ed dan Barbara menggunakan mobil Philip untuk menjemput Liz dan kedua sahabatnya, David dan Dianne. Kebersamaan membuat hubungan Shaun dan Philip membaik tapi Philip kemudian berubah menjadi zombie.

Shaun dan kelompoknya mencoba melewati jalanan London tapi sudah dipenuhi oleh zombie. Mereka pun meninggalkan mobil dan berjalan menyusuri rumah-rumah.

Untuk melewati kawanan zombie, mereka berpura-pura menjadi zombie. Shaun dan kelompoknya akhirnya sampai di Winchester untuk menunggu kondisi aman.

Shaun dan kelompoknya harus berusaha untuk nggak membuat banyak suara agar keberadaan mereka di Winchester nggak diketahui oleh para zombie.

Shaun harus keluar pub untuk mengambil persediaan makanan. Ternyata Liz sudah pernah tergigit zombie dan akan segera berubah apabila nggak dibunuh. Apa yang akan dilakukan Shaun? Bisakah dia menyelamatkan orang-orang terdekatnya?

Kemasan Horror yang Berbeda

Kemasan Horror yang Berbeda_

Sudah banyak film horror yang memadukan ceritanya dengan unsur komedi. Shaun of the Dead pun melakukannya tapi dengan kemasan yang berbeda.

Alih-alih berfokus pada zombie, cerita lebih berpusat pada para manusia yang kehidupannya terganggu oleh kehadiran para zombie.

Ada adegan yang memperlihatkan tempat-tempat di London memaksakan diri untuk buka walau ada serangan zombie.

Karakter zombie di film garapan Edgar Wright ini digambarkan sebagai pemakan daging untuk tetap hidup tapi pergerakan mereka sangatlah lambat.

Karena itu juga Shaun dan Ed bisa berdiskusi untuk menyambit kepala dua zombie di halaman belakang dengan piringan hitam yang mana. Kemudian, mereka memilih piringan hitam yang nggak langka untuk menyambit dua zombie itu.

Film-film yang menghadirkan karakter zombie biasanya banyak membunuh zombie dengan menggunakan pistol.

Shaun of the Dead justru menggunakan peralatan seadanya, penggunaan pistol sangatlah minim sebagaimana di Inggris sulit untuk mendapatkan senjata api.

Salah satu adegan paling ikonik di film adalah ketika Shaun, Ed, Dianne dan Liz harus bertarung melawan zombie menggunakan alat-alat yang ada di pub dengan diiringi oleh Don’t Stop Me Know milik Queen.

Porsi Subplot yang Tepat

Porsi Subplot yang Tepat

Sebagaimana dijelaskan tadi, Shaun of the Dead lebih menekankan pada kehidupan manusia ketika zombie menyerang.

Kita akan disuguhi oleh subplot berupa hubungan cinta Shaun dan Liz yang sedang bermasalah. Mereka terpaksa harus berjuang bersama-sama untuk bisa selamat dari serangan zombie di London.

Ada juga subplot tentang hubungan Shaun dengan keluarganya, Philip, yang merupakan ayah tirinya dan Barbara yang merupakan ibu kandungnya.

Adegan ketika Barbara menyatakan sudah tergigit zombie bisa dibuat menyentuh, emosional, dan berada dalam porsi yang tepat. Hal itu membuat plot utama berjalan pada tempatnya.

Chemistry Simon Pegg dan Nick Frost

Chemistry Simon Pegg dan Nick Frost

Dalam Shaun of the Dead, Simon Pegg dan Nick Frost-lah yang menjadi nyawanya. Pegg berperan sebagai Shaun yang nggak tega meninggalkan Ed yang diperankan Frost.

Shaun tahu Ed nggak punya banyak teman. Keduanya mendapatkan pendalaman karakter paling maksimal selain Liz yang merupakan tiga karakter utama di dalam film.

Setiap adegan yang menampilkan Pegg dan Frost berhasil dibuat hidup oleh keduanya. Dialog yang mereka lontarkan pun terasa seperti dialog sehari-hari antara dua sahabat. Perbedaan sifat keduanya menjadi daya tarik tersendiri di film ini.

Shaun yang lebih serius harus berduet dengan Ed yang nyaris nggak bisa diandalkan dalam keadaan genting selain menjadi teman yang baik.

Shaun of the Dead dianggap sebagai salah satu film horror komedi terbaik yang pernah dibuat. Edgar Wright menampilkan kecemerlangannya dari segi cerita serta.

Selain itu dia juga mempertahankan teknik sinematografi khasnya, teknik cut yang cepat untuk memberi sajian visual yang unik. Film ini benar-benar memberi pengalaman yang berbeda dibanding dengan film zombie lainnya.

Durasi selama 99 menit terasa sebentar dengan tempo yang semakin dipacu menuju akhir. Cerita yang kuat, ditambah dengan komedi seimbang, kombinasi yang pas untuk tontonan di akhir pekan. Kalau kamu suka film zombie, Shaun of the Dead akan jadi tontonan yang memuaskan.

Nggak heran kalau banyak orang menganggap film ini sebagai salah satu film zombie terbaik. Film zombie terbaik menurut kamu apa nih? Tulis di bawah ini yuk!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram