bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Ditulis oleh Suci Maharani R
Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
3.4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Membawa nuansa tahun 80-an, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021) menjadi salah satu rekomendasi film untuk menutup akhir tahun. Film yang disutradarai oleh Edwin ini akan membawamu pada kisah cinta romantis komedi hingga melodrama ala film jadul.

Sensasi ini menjadi salah satu daya jual untuk filmnya, namun ceritanya juga cukup unik dan fresh. Eka Kurniawan sebagai penulis novelnya ikut berpartisipasi sebagai penulis skenario, sehingga ceritanya tidak melenceng.

Film ini cukup detail dalam tata busana, rias hingga artistiknya, belum lagi sinematografer asal Jepang juga dihadirkan di sini. Bahkan IMDb memberikan rating 7.2/10, nilai yang cukup tinggi dan pastinya bikin orang penasaran filmnya.

Kali ini kita akan mencari tahu lebih detail mengenai film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021). Kira-kira bagaimana jalan ceritanya? Temukan jawaban lebih lengkapnya di bawah ini.

Baca juga: 10 Film Indonesia Terbaik di Tahun 2021

Sinopsis

Sinopsis
  • Tahun Rilis: 2021
  • Genre: Romance, Comedy, Action, Drama
  • Sutradara: Edwin
  • Pemeran: Marthino Lio, Ladya Cheryl, Sal Priadi, Reza Rahadian, Ratu Felisha
  • Produksi: Palari Films, Phoenix Films, E&W Films, Match Factory Productions, Bombero International, Kaninga Pictures

Bojongsoang tahun 1989, seorang pria tengah bersiap untuk melakukan balap ditengah sorak suara para pendukungnya. Ialah Ajo Kawir (Marthino Lio), si juara bertahan balapan yang dikenal sebagai preman tanpa rasa takut dan tidak kenal ampun.

Berbeda dengan kebanyakan preman bayaran, Ajo Kawir tidak pernah memikirkan soal uang. Pria ini hanya ingin mendapatkan alasan untuk berkelahi dengan orang lain, makanya ia mudah sekali tersulut emosinya.

Apalagi jika sudah disinggung soal burungnya, Ajo Kawir akan langsung bereaksi keras dengan menghajar orang tersebut. Ajo Kawir ini bisa dikatakan sosok idaman para wanita, tinggi, tampan dan karismatik.

Sayangnya ia memiliki satu kelemahan, yaitu alat kelaminnya yang tidak bisa melakukan ereksi. Hal ini dilatari dari kejadian di masa kecilnya, saat ia dilecehkan oleh dua orang pria tidak dikenal. Hidup Ajo Kawir memang seberantakan itu, hingga suatu hari tiba-tiba saja ia menolak tawaran membunuh orang.

Bukan karena uang atau tidak ingin berkelahi, rupanya Ajo Kawir tengah dihinggapi yang namanya cinta. Pertemuannya dengan seorang perempuan bernama Iteung (Ladya Cheryl), membuatnya mengenal yang namanya cinta.

Padahal Ajo Kawir hampir saja mati ditangan perempuan itu, tapi mengingat kondisinya pria ini memilih untuk mundur. Di saat itulah Iteung maju untuk mendapatkan balasan dari Ajo, hingga mereka akhirnya memilih untuk menikah.

Menikah ternyata tidak mudah, pasalnya Ajo Kawir malah dikejutkan dengan berita kehamilan Iteung. Bagaimanapun Iteung tidak bisa menahan hasratnya untuk menikmati sensasi bercinta dengan seorang pria.

Perempuan itu malah bercinta dengan Budi Baik (Reza Rahadian), teman seperguruannya yang memang mencintai dan selalu menggodanya. Sejak saat itu emosi Ajo Kawir tidak terkendali, pria ini mudah tersulut emosinya dan menghajar orang sampai mati.

Alhasil Ajo Kawir harus mendekam di penjara selama beberapa tahun, Iteung merasa sangat bersalah dan berusaha meminta maaf. Namun semuanya sia-sia, hingga setelah kelahiran anaknya Iteung membalaskan dendamnya pada Budi Baik.

Hal ini membuat Iteung ikut mendekam di penjara, tapi tidak lama ia bisa bebas dan mulai mencari dua orang misterius. Ternyata orang-orang itulah yang sudah memberikan trauma dan membuat Ajo Kawir tidak bisa ereksi.

Di sisi lain Ajo Kawir dipertemukan dengan seorang wanita misterius bernama Jelita. Apakah Ajo Kawir dan Iteung bisa kembali bahagia bersama seperti sebelumnya?

Totalitas, Sensasi Ala Film Grade B Sangat Kental

Totalitas, Sensasi Ala Film Grade B Sangat Kental

Membuka film dengan adegan balapan dan laga, jujur saja mata saya langsung terbuka lebar merasakan sensasi yang tidak biasa. Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021) membuat saya teringat dengan film tahun 80-an.

Sebut saja  film jadul seperti Warkop DKI, hingga film-film yang diperankan oleh Barry Prima, George Rudy dan lainnya. Sensasi ini membuat saya sangat excited, apalagi adegan perkelahian Marthino Lio dan Ladya Cheryl dibagian awal sangat memberkas.

Saya akui keduanya sudah bekerja keras untuk menampilkan koreografi perkelahian seluwes mungkin. Uniknya dari perkelahian yang hampir bikin keduanya mati sia-sia, malah menumbuhkan benih-benih cinta.

Secara detail tidak ada yang ingin saya komentari, bagi saya film ini berhasil memberikan visual era 80-an dengan sangat baik. Tidak ada satupun properti yang terasa modern, semuanya barang-barang jadul yang antik seakan penuh nostalgia.

Film ini juga dilengkapi dengan sinematografi yang luar biasa keren, dibawah penelaahan Akiko Ashizawa yang terkenal lewat film Tokyo Sonata (2006). Dave Lumenta yang mengambil alih soal tata musik juga perlu diapresiasi, pasalnya sense-nya memang memuaskan.

Saya langsung ingat dengan lagu Sekuntum Mawar Merah dan lagu jadul lainnya, tapi saya kurang tahu apa judulnya. Lagu-lagu ini sangat cocok untuk menggambarkan situasi dan suasana, antara Ajo Kawir dan Iteung.

Salah satu hal teknikal yang saya sukai, blur blur halus ala tahun 80-an terlihat sangat jelas dalam salah satu perpindahan scene. Jujur saja film ini sangat memuaskan dari segi nostalgianya, semuanya benar-benar dipersiapkan dengan matang. Rasanya saya benar-benar sedang menonton film jadul grade B Indonesia di tahun 1980 hingga 1990-an.

Ceritanya Nyeleneh dengan Banyak Pesan Moral

Ceritanya Nyeleneh, Tapi Ada Banyak Pesan Moral

Di balik kesan nyelenehnya, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021) bukanlah film yang ecek-ecek. Jika kamu melihatnya lebih dalam lagi, ternyata ada banyak kritik sosial dari film yang diangkat dari novel karya Eka Kurniawan ini.

Film yang berlatar orde baru ini memang pas, karena kehidupan saat itu benar-benar complicated sekali. Meski terlihat nyeleneh, nyatanya mereka terbelenggu dengan penindasan dan penyalahgunaan kekuasaan.

Sebut saja soal isu seksual, hal ini terlihat dari praktek toxic masculinity yang diperlihatkan dalam filmnya. Sejak awal film ini sudah menunjukkan sifat pria yang identik dengan kekerasan dan agresif secara seksual.

Mulai dari bagaimana Ajo Kawir mendapatkan trauma yang membuat alat kelaminnya tidak bisa ereksi. Demi menunjukkan kejantanannya, Ajo Kawir memilih untuk jadi seorang jagoan yang tidak kenal takut.

Ia tidak segan untuk memukuli siapapun, selama ia memiliki alasan untuk melakukan hal tersebut. Hal ini merupakan ulah dari dua pria yang melakukan pembunuhan dan pemerkosaan pada seorang wanita.

Lalu, kekerasan seksual yang diterima Iteung saat ia masih berusia 11 tahun, yang ternyata dilakukan oleh gurunya sendiri. Lalu, praktik penyalahgunaan kekuasaan, hal diperlihatkan dari seorang oknum militer yang memberikan trauma pada Ajo Kawir.

Belum lagi ada sosok Paman Gembul, pria kaya yang meminta Ajo Kawir untuk membunuh Macan dan membuatnya seperti kecelakaan.

Jujur saja film ini lebih menitik beratkan pada unsur seksualitas yang tinggi, karena ada banyak adegan yang tidak pas untuk remaja. Lalu, menjadikan seks sebagai hal yang lumrah, memang tidak cocok untuk masyarakat kita sekarang ini.

Terlalu Banyak Subplot Membuatnya Kurang Fokus

Terlalu Banyak Subplot Sehingga Terasa Kurang Fokus

Satu-satunya keluhan saya selama menonton Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021) adalah terlalu banyak subplot. Sejujurnya film ini bisa saya katakan sempurna, merujuk pada kualitas dan kesungguhan penggarapannya. Namun di sisi plot ceritanya, meski terasa sangat fresh ternyata ceritanya tidak terfokus dan tertata rapi.

Ada satu ketika ketika saya memejamkan mata, tiba-tiba saja ada adegan flashback yang sempat membuat saya bingung. Pasalnya baik adegan masa kini dengan adegan di masa lalu terasa tidak ada pembedanya, untungnya saya ngeh dengan keterangan tahun yang diperlihatkan.

Hal lainnya yang paling saya soroti, yaitu terlalu banyak karakter-karakter yang tidak diketahui siapa dan apa tujuannya. Sebut saja karakter pria buta yang menangani Ajo Kawir selama berada di penjara, jujur saja karakternya terlihat superior.

Tapi kehadirannya menjadi tidak berguna, karena ia pun tidak bisa membuat karakter Ajo Kawir berkembang. Hal yang paling bikin saya bertanya-tanya, siapakah sosok seorang wanita misterius bernama Jelita?

Entah manusia atau bukan, pokoknya karakter Jelita ini membuat filmnya berubah genre. Dari melodrama ke horor, tapi di akhir karakternya malah terlihat seperti jadi ninja.

Lalu, ada sosok Paman Gembul dan wanita bernama Rona Merah, karakter yang bikin saya kebingungan. Pasalnya informasi soal mereka sangat minim, alhasil subplot ini malah terkesan mengganggu.  

Inilah review saya setelah menonton Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021). Satu-satunya yang saya sayangkan hanya perubahan plotnya di bagian kedua, terkesan membosankan.

Tapi untuk keseluruhan filmnya, saya menyukai kesan 80-an yang kental banget dari film ini. Kalau menurutmu bagaimana? Jangan lupa bagikan jawabannya di kolom komentar di bawah ini.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram