bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Sentinelle, Sersan Menuntut Keadilan

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Sentinelle
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Sersan Mayor Karla mengalami trauma setelah bertugas di Suriah. Untuk meminimalisir hal tersebut dia bergantung pada obat. Suatu hari Karla dipindahtugaskan, menjadi lebih dekat dengan keluarganya. Sayang, sebuah petaka menimpa sang adik. Dia diperkosa oleh orang terpandang yang terlindungi dan sulit tersentuh hukum.

Lalu, apa langkah yang akan diambil Karla selanjutnya? Apakah dia akan menuntut balas menggunakan cara sendiri? Film Sentinelle (2021) akan menjawabnya untuk Anda. Namun sebelum itu, mari simak lebih dulu sinopsis dan ulasannya sama-sama. Yuk! 

Sinopsis

Klara (Olga Kurylenko) bergabung bersama Angkatan Darat Perancis dan sedang ditugaskan di Suriah sebagai penerjemah untuk Opération Chammal. Dia coba menerjemahkan interogasi pada istri seorang buronan. Di bawah todongan senjata, wanita tersebut sangat ketakutan dan tak kunjung menjawab posisi suaminya berada.

Klara berinisiatif mengambil alih interogasi karena melihat wanita itu sangat ketakutan. Oleh atasannya, dia diberi waktu lima menit. Saat berdua dengan wanita tersebut Klara coba menenangkan dengan menjelaskan bahwa mereka tidak berniat membunuh suaminya, melainkan hanya menangkapnya.

Ternyata wanita itu juga mengkhawatirkan putranya. Klara kemudian berjanji bahwa mereka tak akan menyakiti siapa pun. Setelah suaminya ditangkap dia akan melepaskan putra wanita tersebut. Sejurus kemudian bersama pasukan yang lain, Klara menuju tempat yang sudah ditunjukkan wanita tadi.

Klara mengintai dari kejauhan sementara beberapa pasukan terlihat sudah mulai menembak dan beberapa yang lain menyergap. Dari jauh terdengar suara anak kecil kebingungan memanggil ayahnya. Mendengar hal tersebut Klara mulai menyadari ada yang salah. Dia pun memutuskan mendekat ke lokasi dan melihat suami serta putra dari wanita itu.

Saat mulai mengintrogasi, tiba-tiba berondongan senjata dari kelompok lawan diarahkan pada Klara dan pasukan yang lain. Setelah serangan mereda, salah satu anggota terlihat membawa dan memisahkan anak lelaki tersebut.

Namun dari jauh ayahnya berteriak, memerintahkan bocah itu melakukan sesuatu sambil mengatakan bahwa Tuhan akan memberinya pahala. Sedetik kemudian bom meledak, menghancurkan mobil, menewaskan anak itu.

L'Opération Sentinelle merupakan operasi tentara Perancis yang dikerahkan pada 12 Januari 2015. Para tentara Sentinelle bertugas menjaga dan melindungi wilayah, menghadapi ancaman teroris, mengantisipasi, memprediksi serangan lalu mengadaptasi perilaku berdasarkan hal tersebut.

Pasukan yang tergabung dalam Operasi Sentinelle berpatroli di daerah rawan. Saat ini disebutkan bahwa setiap hari ada 10.000 tentara dikerahkan. Cerita berlanjut saat Klara terlihat berada di pesawat. Dia tampak menenggak beberapa butir obat. Klara rupanya dipindahkan dari Suriah. Sebagai lulusan terbaik di kelasnya dalam pelatihan, hal ini bukan kabar baik.

Kepulangan Klara disambut saudara perempuannya, Tania (Marilyn Lima), juga ibunya dengan perasaan bahagia, tapi dia tampak menyimpan sesuatu dari sorot matanya. Benar saja, Klara punya masalah dengan kesehatannya. Dia menemui dokter dan diresepkan obat untuk migrain serta obat penenang. Dokter juga menyarankannya agar pergi menemui psikiater.

Klara mulai kembali beraktivitas. Dia bertemu atasan barunya Bernama Eric Jaubert (Martin Swabey). Setelah mendapat persenjataan yang dibutuhkan Klara dan beserta anggota yang lain pergi berpatroli ke kawasan Pelabuhan Tua.

Saat tengah berpatroli dengan anggota yang lain Klara melihat sebuah backpack di bangku taman. Ekspresinya langsung berubah antara waspada dan ketakutan. Tak lama backpack tersebut diambil pemiliknya dan Klara pun sedikit lega.

Kembali berpatroli Klara melihat sepasang kekasih sedang bertengkar di pinggir pantai. Sang lelaki terlihat memukuli wanitanya. Setelah mengingatkan, Klara langsung mengambil tindakan. Wanita itu agresif menyerang warga sipil hingga temannya sesama pasukan datang memisahkan. Seketika Klara seperti hilang kendali atas dirinya sendiri.

Esok harinya Klara kembali mengalami serangan panik saat bertugas. Dari jarak jauh dia melihat seorang anak kecil merentangkan kedua tangan; dia tampak gugup dan panik terutama karena hal ini mengingatkannya pada peristiwa mengenaskan yang dia saksikan saat bertugas di Suriah.

Scene berganti, Klara terlihat menemui seorang pria secara diam-diam. Dia mencari oksikodon, obat opioid yang sempat diresepkan oleh dokternya. Pada malam harinya Tania mengajak kakaknya tersebut menikmati malam di sebuah klub. Di sana Tania bertemu salah satu temannya, Aurelien (Michel Biel).

Sejurus kemudian Tania tertarik dan minta dikenalkan pada sekelompok pria yang ada di sana. Aurelien menyebut mereka Grup Rusia. Walau sempat menolak, Aurelien mengikuti permintaan gadis tersebut. Klara sempat panik dan tak suka melihat Tania pergi, tapi perempuan itu mencoba menikmati suasana.

Saat sudah sangat menikmati musik dan suasana, Klara melihat Tania memberi tanda ‘menelepon’ padanya. Tak lama saudara perempuannya itu pergi bersama salah satu pria dari Grup Rusia tadi. Klara yang sudah puas bermesraan dengan wanita kenalannya di kelab, coba menghubungi Tania melalui pesan teks.

Pagi hari tiba dan Klara kembali berpatroli. Saat itu dia melihat seorang pria mengenakan hoodie yang mencurigakan. Adegan kejar-kejaran pun terjadi antara keduanya. Ternyata itu adalah pria yang menjual oksikodon padanya tempo hari. Klara pun melepaskan lelaki itu secara sembunyi-sembunyi. Sore harinya Klara mendapat telepon, yang rupanya dari rumah sakit.

Dia bergegas menuju ke sana dan shock mendapati Tania terbaring di salah satu kamarnya. Menurut penuturan dokter, Tania mengalami koma stadium tiga akibat pembengkakan otak. Mereka tak bisa melakukan operasi tapi akan berusaha mengeluarkan cairan dari otak Tania.

Saat sedang menunggui adiknya, seorang polisi bernama Catherine Muller (Carole Weyers) datang dan mengatakan bahwa Tania ditemukan di pantai. Pemeriksaan awal menunjukkan dia dperkosa.

Polisi tak bisa segera menginterogasi pelakunya karena dia adalah putra dari seorang genius teknologi yang kaya raya, berpengaruh, dihormati, dan dilindungi. Lantas apa yang akan Klara lakukan menghadapi sosok yang sulit dihadapi ini?

Tuntut Keadilan dari Orang Terpandang

Ada berapa banyak film aksi yang memasang wanita sebagai tokoh utamanya? Jika Anda menyukai film laga dengan karakter wanita yang kuat, film ini bisa dijadikan salah satu pilihan. Sentinelle (2021) bercerita mengenai Karla, seorang Sersan Mayor wanita yang dipindahtugaskan dari Suriah ke Perancis.

Pulang dari negara yang diceritakan berkonflik dan menyaksikan bom bunuh diri seorang anak kecil di depan matanya, Karla disiratkan mengalami trauma dan butuh obat-obatan untuk menenangkan diri. Bebannya semakin bertambah ketika adik perempuan satu-satunya mengalami perkosaan dan kekerasan.

Kasusnya menjadi sulit karena pelaku kejahatan tersebut adalah sosok orang terpandang dan seolah tak tersentuh hukum. Permasalahan yang dihadapi Karla menjadi isu utama sekaligus isu sensitif yang coba disuguhkan oleh film ini secara berani.

Isu sensitif lain yang ingin disampaikan oleh Sentinelle (2021) adalah fakta bahwa korban perkosaan selalu mengalami beban mental. Apalagi ‘lawannya’ adalah orang yang lebih berkuasa. Dari sini, pada akhirnya kekecewaan, rasa marah, kesedihan serta kebingungan Karla dan keluarga sedikit banyak menggambarkan emosi yang dirasakan para korban di luar sana.

Baca juga: Film Perancis Terbaik yang Wajib Ditonton

Motif Cerita Tidak Dibangun dengan Kuat dan Dipaksakan

Di awal film dijelaskan bahwa Sentinelle adalah sebuah operasi tentara Perancis yang bertugas menjaga dan melindungi wilayah tertentu. Berangkat dari pengantar yang demikian, Anda mungkin mengira bahwa film ini akan bercerita mengenai hal tersebut. Sayangnya, ia tak lebih dari sebuah latar belakang, yang sejujurnya, tidak terlalu kuat. 

Keputusan Karla untuk mencari keadilan tidak didasari oleh pengalamanya selama bergabung dengan operasi tersebut. Melainkan murni sebagai seorang kakak yang tak rela melihat adiknya menderita. Sayang di dalam alurnya bagian ini justru terlewat untuk diperkuat. Selama menonton, pada akhirnya Anda tak merasakan ikatan emosional itu, melainkan ego karakter Karla sendiri.

Ada satu lagi motif yang terlalu dipaksakan oleh sang sutradara, yaitu identitas Karla yang melakukan aksi balas dendamnya dalam balutan baju tentara. Seharusnya tak perlu karena itu hanya jadi tempelan yang justru terlihat canggung. Seandainya Kalra diplot mengenakan pakaian sipil, hal tersebut masih oke dan malah lebih meyakinkan karena dendamnya terlihat personal.

Film Aksi yang Kurang Greget

Sebagai film aksi, Sentinelle (2021) terasa kurang greget. Tidak ada yang kurang dari adegan perkelahiannya, melainkan entah bagaimana terasa sepi dan ‘garing.’ Rasanya karena tidak didukung oleh score yang pas, sehingga adegan berdarah-darah dan linu yang ditampilkan oleh Karla terasa kurang dramatis.

Dalam durasi sekitar 1 jam 20 menit, sebagian besar plot diisi oleh adegan perkelahian, tapi gong-nya, scene saat Karla berhasil menuntaskan dendam pada Leonid Kadnikov, justru terasa seperti angin lalu. Tidak ada kesan ‘wah!’, melainkan ‘yah!’ Sama sekali mudah ditebak dan mudah dilupakan.

Sinematografi Sentinelle (2021) juga tak ada yang terlalu istimewa. Beberapa kali kamera mengambil gambar dari samping dan beberapa kali dari atas; selintas memperlihatkan Menara Eifel yang kokoh berdiri di sana.

Bila Anda suka dengan film-film yang mempertontonkan kekuatan wanita, walau terkesan dipaksakan, Sentinelle (2021) boleh masuk dalam daftar tontonan. Namun, jika Anda penyuka film laga yang tak hanya kuat di adegan-adegan perkelahian, film ini cukup mengecewakan. Bagaimana? Penasaran dengannya?

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram