bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review See How They Run, Komedi Misteri yang Menghibur

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
See How They Run
3.3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Inspector Stoppard dan Constable Stalker menyelidiki pembunuhan yang terjadi di sebuah teater. Korbannya adalah sutradara Amerika yang akan membuat film adaptasi dari drama panggung terkenal di London.

Investigasi dimulai dengan mewawancarai satu persatu orang terdekat korban, dimana mereka menemukan kemungkinan adanya sengketa dalam bisnis film.

See How They Run adalah film komedi dengan bumbu misteri karya Tom George yang dirilis oleh Walt Disney Pictures pada 16 September 2022. Menampilkan deretan bintang film ternama dalam balutan komedi parodi, diselipkan juga beberapa karakter dari tokoh nyata di dalam jalan ceritanya.

Kisah misteri pembunuhan dengan konsep whodunit dan investigasi detektif yang penuh liku rupanya sedang digemari lagi saat ini. Lalu, apakah film ini memiliki misteri yang pekat seperti yang lainnya? Untuk mengetahuinya, simak review berikut yang akan mengupas film ini dengan tuntas.

Baca juga: Sinopsis & Review Film Murder on the Orient Express

Sinopsis

Sinopsis

London, tahun 1953. Drama panggung karya Agatha Christie, The Mousetrap, telah mencapai penampilan ke-100. Seluruh tim produksi dan para pemerannya menggelar pesta untuk merayakannya. Hadir juga sutradara Hollywood Leo Kopernick yang hendak meyakinkan produser John Woolf untuk memilihnya sebagai sutradara film adaptasinya.

Mencoba merayu pemeran utamanya, Sheila Sim, Leo justru terlibat pertikaian dengan Richard Attenborough, pemeran utama pria sekaligus suami Sheila. Saat hendak mengganti pakaian di backstage, Leo diserang oleh sosok misterius.

Inspector Stoppard ditugaskan untuk menyelidiki kasus pembunuhan ini. Dia dibantu oleh Constable Stalker, polisi baru yang kurang berpengalaman.

Stoppard bermaksud menutup teater dan mewawancarai orang-orang yang hadir di pesta dan produksi pentasnya. Tapi Commissioner Harold Scott melakukan intervensi dan menjamin para saksinya hingga tiba waktu diwawancarai.

Stoppard dan Stalker memulai dari kamar hotel tempat Leo menginap. Dari petugas hotel, mereka mendapat informasi bahwa Leo sempat beradu argumen dengan Mervyn Cocker-Norris terkait naskah film yang mengalami banyak perubahan. Terbukti dengan adanya sobekan naskah film di atas meja.

Mereka mengunjungi Mervyn dan menanyakan perihal tersebut. Mervyn menjelaskan bahwa dia hendak menambahkan kadar action ke dalam naskahnya, juga mengubah akhir cerita filmnya. Mereka juga menemukan setengah dari sobekan naskah film yang ditemui di kamar Leo.

Mervyn bilang bahwa dia melihat seorang wanita datang membawa putra Leo. Mereka menemui John Woolf yang mengaku bahwa dia diperas oleh Leo karena dia melihat perselingkuhannya dengan Ann, asistennya.

Oleh karena itulah, Woolf menempatkan Leo di kamar Hotel Savoy yang mewah. Mereka juga mewawancarai petugas hotel, Dennis, yang memberikan informasi tidak berguna tentang sosok misterius yang mencurigakan pada malam pesta.

Richard dan Sheila juga mereka wawancarai, tapi belum juga menghasilkan petunjuk yang kuat. Justru mereka diberikan tiket gratis oleh Richard. Sementara dari kesaksian Petula Spencer, John kemungkinan kesal karena kontrak adaptasi film yang dia tandatangani tidak sesuai keinginannya.

Petula memberikan syarat kepada John bahwa dia bisa membuat filmnya setelah drama panggungnya tidak dipentaskan lagi. Saat di pub, Stoppard bercerita kepada Stalker tentang mantan istrinya. Pulang dalam keadaan mabuk, Stalker yang mengantarkan Stoppard ke rumahnya.

Dia melihat foto mantan istri Stoppard yang sesuai dengan deskripsi wanita yang disebut oleh Mervyn. Stalker juga menemukan nama Joyce, mantan istri Stoppard, di catatan Leo.

Mereka kemudian menghadiri drama panggung The Mousetrap. Di tengah pementasan, Mervyn, Gio dan John keluar dari teater yang disusul oleh Stoppard. Stalker pun mengikuti mereka.

Tiba-tiba Mervyn dicekik hingga mati oleh sosok misterius yang mengenakan jubah dan topi sama seperti yang dipakai oleh Stoppard. Stalker pun melihat Stoppard memegang Mervyn yang sudah tewas.

Stalker mengejar Stoppard dan berhasil memukulnya dengan sekop salju. Baru sadar setelah 18 jam kemudian, Stoppard berada di dalam sel tahanan dan hendak diinterogasi oleh Harold. Bersama Stalker, Harold menduga bahwa Stoppard adalah pelaku pembunuhan Leo dan Mervyn.

Bahkan Stalker mengundang Joyce datang. Tapi ternyata dugaan mereka salah. Saat mengantar Joyce pulang, istri Leo itu bilang bahwa dia pernah mendengar orang dengan aksen “village idiot” mengancam Leo.

Stalker menyadari siapa orang tersebut dan langsung datang ke rumahnya, yaitu Dennis. Stoppard pun datang setelah diberi informasi oleh Harold. Stoppard menuju rumah Agatha Christie dan meminta Stalker kembali ke kantor.

Sampai di rumah Agatha Christie, Stoppard menyaksikan Dennis sedang menyandera Agatha beserta para tamunya. Berhasilkah Stoppard menghentikan aksi Dennis? Dan apa alasan Dennis melakukan aksi penyanderaan ini? Temukan jawabannya dengan menonton film yang semakin menegangkan ini hingga akhir.

Persembahan Spesial bagi Fans Agatha Christie

Persembahan Spesial bagi Fans Agatha Christie

See How They Run menghadirkan cerita fiktif di balik pementasan legendaris salah satu karya Agatha Christie, The Mousetrap. Bagi fans sejati Agatha Christie, drama panggung ini adalah sebuah fenomena yang menjadi sebuah kebanggaan.

Bagaimana tidak, sejak pertama kali dipentaskan pada tahun 1952, The Mousetrap hadir secara terus menerus hingga tahun 2020 yang terhenti karena pandemi Covid-19.

Drama panggung ini hanya dipentaskan di Teater West End, London. Namun, bagi penonton umum, terutama bukan fans Agatha Christie, kepopuleran The Mousetrap mungkin tidak pernah terdengar.

Terlebih lagi, drama panggung ini gagal diadaptasi menjadi sebuah film. Meski sempat diproduksi di tahun 1959, syuting filmnya tidak selesai mengakibatkan filmnya gagal tayang. Dan film ini, secara parodi, memaparkan alasan mengapa The Mousetrap tidak pernah sampai ke layar lebar.

Cerita rumit yang dibuka dengan kasus pembunuhan, ternyata menggiring kita melihat berbagai permasalahan dalam sebuah proses kesepakatan hak adaptasi sebuah karya. Tidak hanya benturan idealisme sutradara dan penulis naskah saja, tapi juga kontrak lisensi yang sulit diwujudkan.

Agatha Christie, lewat pemilik teater Petula Spencer, memberikan syarat yang berat kepada produser John Woolf yang hendak mengadaptasi drama panggung ini ke dalam film. Syaratnya adalah John boleh memulai produksi filmnya apabila pentas teaternya sudah usai.

Kegemilangan The Mousetrap, pada saat latar waktu film ini, telah mencapai 100 pementasan yang selalu dipenuhi oleh penonton. Tentunya pencapaian ini menimbulkan dua sisi mata pisau, keuntungan yang tak pernah surut bagi Petula dan teaternya, juga penderitaan tanpa kepastian bagi John dan produksi filmnya.

Sisi cerita ini terasa kuat dan menarik apabila kita mengetahui fakta sebenarnya tentang pentas The Mousetrap ini. Tapi jika tidak, akan banyak pertanyaan yang menggelembung di benak kita sepanjang durasi 1 jam 38 menit film ini.

Performa Apik yang Sedikit Terabaikan

Performa Apik yang Sedikit Terabaikan

Jika melihat deretan nama pemerannya, kita akan dibuat kagum dengan kehadiran aktor dan aktris kelas Oscar di dalamnya. Saoirse Ronan tentu menjadi daya tarik utama film ini.

Aktingnya tidak pernah gagal mewarnai setiap film yang dibintanginya. Begitu juga di film ini dimana dia tampil dengan karakter komikal namun tidak konyol. Meski lucu, tapi kesan smart pada karakternya tetap terlihat jelas.

Nama lain yang mencuri perhatian adalah Adrien Brody dan David Oyelowo. Karakter mereka adalah titik awal konflik di dalam filmnya dan mereka membawakan karakter masing-masing dengan sangat apik.

Wajah Adrien Brody yang klasik memang sangat tepat setiap kali berperan dalam film-film di era lampau. Sedangkan David Oyelowo tampil lincah sebagai pria pesolek yang masih dianggap tabu di zamannya.

Sayangnya, dua karakter ini adalah korban dalam kasus ini, sehingga durasi bermain mereka tidak banyak. Sedangkan pemeran lainnya, yang diminta kesaksiannya, tidak tergali lebih dalam.

Padahal akting mereka tidak kalah apik. Ini adalah salah satu risiko menyajikan cerita dengan banyak karakter, harus ada beberapa yang menjadi korban dengan karakterisasi yang dangkal.

Hanya ada satu aktor yang sebenarnya tampil bagus tapi terlihat miscast, yaitu Sam Rockwell. Berperan sebagai detektif berkebangsaan Inggris, aksen British-nya tidak terlihat, karena dia adalah aktor Amerika. Mungkin akan lebih tepat apabila karakter ini diperankan oleh aktor asal Inggris, seperti Ewan McGregor misalnya.

Hal ini cukup mengurangi antusias kita dalam menonton film dengan sinematografi yang biasa ini. Tapi untungnya, chemistry-nya dengan Saoirse Ronan sangat padu yang menjadi kekuatan film ini.

Menghadirkan Unsur Misteri yang Menghibur

Menghadirkan Unsur Misteri yang Menghibur

Agatha Christie memang dikenal lewat novel-novel misteri pembunuhan dan detektif Hercule Poirot. Dengan kesuksesan Murder on the Orient Express (2017) yang diikuti dengan Death on the Nile (2022), minat akan kisah seperti ini kembali meningkat.

Salah satu film semisal yang berkualitas adalah Knives Out (2019) dengan Benoit Blanc sebagai detektif ulung layaknya Hercule Poirot. See How They Run pun menampilkan premis dan konsep yang sama, hanya saja kesan komedi parodinya lebih terlihat.

Tapi uniknya, semua karakter di film ini tidak ada yang berusaha untuk melucu atau melempar lelucon, mereka semua tampak serius. Kelucuan berasal dari dialog yang menggelitik karena seringkali memaparkan hal yang sudah diketahui dan diucapkan secara bertele-tele.

Memang ada beberapa komedi slapstick yang diselipkan, dan hal ini masih terasa lucu serta cukup menyegarkan suasana. Ritme yang dinamis dengan beberapa kali tampilan split screen, membuat kita tetap akan terus tertarik untuk mengikuti jalan ceritanya yang sedikit rumit.

Setelah lelah menebak siapa kemungkinan pelakunya, sesuai pesan Inspector Stoppard “Jangan terlalu cepat mengambil keputusan”, kita akan menemukan twist yang tidak terduga terkait pelaku pembunuhan sebenarnya.

Awalnya kita menduga motif pembunuhan adalah karena sengketa dalam proses adaptasi filmnya, ternyata lebih dalam dari itu, yaitu masalah sakit hati pribadi.

Setelah diketahui orang yang melakukan dua pembunuhan itu adalah Dennis, meskipun terasa kurang bukti dan petunjuk, drama penyanderaan berlangsung di rumah Agatha Christie.

Uniknya, kejadian ini dieksekusi sama persis dengan kisah drama panggung The Mousetrap sendiri. Konklusi yang ditawarkan memang cerdik, namun jalan menuju itu terasa terburu-buru sehingga hasilnya kurang menggigit.

Meski masih banyak kekurangan, See How They Run dijamin bisa menghibur kita dalam mengisi waktu santai. Kerumitan jalan cerita bukanlah masalah, selama kita masih fokus untuk terus mengikutinya.

Banyak hal lucu yang disajikan, tapi sepertinya kita memang harus tahu terlebih dahulu tentang referensi lelucon yang disuguhkan. Fans Agatha Christie wajib menonton film ini! Selamat menyaksikan.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram