bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Drama Horror School Tales the Series (2022)

Ditulis oleh Suci Maharani R
School Tales the Series
2.8
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Mau tahu kisah horor anak SMA di Thailand? Sepertinya kamu wajib banget untuk menonton drama berjudul School Tales the Series (2022). Drama yang bisa kamu tonton di Netflix ini, merupakan kerjasama dari tiga sutradara populer Thailand lho.

Mereka adalah Mike Phontharis Chotkijsadarsopon, Tum Putipong Saisikaew hingga Nuttapong Wongkaveepairoj yang tidak asing lagi bagi para pencinta lakorn.

Tak hanya dikerjakan oleh tiga sutradara ternama, drama ini dibintangi juga oleh deretan selebriti terkenal. Sebut saja Kay Lertsittichai, Jennis Oprasert, Pingpong Thongchai, Fiat Patchata, Saint Suppapong, hingga aktor tampan dan berbakat Chimon Wachirawit.

Sedangkan untuk kisah yang diadaptasi, ada delapan cerita yang bakalan bikin kamu merinding semalaman. Gimana, apakah kamu berani untuk menonton School Tales the Series (2022)? Kalau iya, mungkin kamu bisa membaca dulu sinopsis dan ulasan singkat dramanya hanya di Bacaterus.

Baca juga: 20 Film Horor Thailand yang Paling Seram dan Menakutkan

Sinopsis

Sinopsis

School Tales the Series (2022) adalah drama antologi yang terdiri dari delapan cerita horor yang berbeda. Setiap episodenya akan dibintangi oleh deretan karakter dan kisah yang berlatar pada kehidupan anak SMA. Salah satunya seperti kisah yang ditampilkan dalam episode pertama yang berjudul “7 AM”.

Di salah satu sekolah, ada sebuah mitos yang menghantui murid-murid disalah satu kelasnya. Setiap harinya, anak-anak ini diharuskan membawa buku pelajaran yang sesuai dengan yang tertulis di papan tulis.

Tidak ada yang tahu, siapa yang menulis nama-nama buku pelajaran tersebut. Tapi, jika ada murid yang tidak membawa buku tersebut, maka anak itu akan menghilang. Mitos ini membuat Q (Kay Lertsittichai) dibebani oleh teman-temannya untuk datang ke kelas lebih awal.

Setiap harinya, ia harus memberikan informasi buku pelajaran apa yang harus dibawa oleh teman-teman sekelasnya. Q harus memberitahukannya sebelum pukul tujuh pagi, jika tidak Not (Pepo Nutchapan) dan teman-teman kelasnya akan merikasnya habis-habisan.

Q sudah muak dengan teman-temannya, apalagi mereka mengejeknya sebagai seorang penakut. Pasalnya, anak-anak ini tidak percaya bahwa di kelas mereka ada sosok hantu yang meneror.

Suatu hari, ada insiden di mana salah satu siswa kehilangan buku yang dibawanya. Q membantu temannya itu untuk mencari buku tersebut, karena ia tidak ingin kehilangan teman satu kelas lagi.

Tapi, anak-anak lainnya malah mengejeknya. Hingga fakta mengejutkan terungkap, bahwa buku itu dicuri oleh teman sekelasnya yang lain.

Ingin membuat mereka menyesal, Q membuat semua temannya melihat sendiri sosok hantu tersebut. Anak-anak ini langsung ketakutan dan berusaha menyelamatkan diri dari hantu guru wanita yang sangat menyeramkan.

Kisah horor lainnya juga terjadi di salah satu sekolah asrama pria. Kali ini mereka akan dihadapkan dengan teror “Hantu Tanpa Kepala”.

Pada awalnya kegiatan belajar dan mengajar di sekolah tersebut berjalan dengan sangat baik. Namun ada satu guru yang sangat dibenci oleh banyak orang, wanita itu dikenal dengan nama Guru Waiwan (Pingpong Thongchai).

Guru Waiwan memang sangat bawel dan kerap menghukum para murid yang dianggap tidak disiplin. Salah satu murid yang sangat kesal dengan Guru Waiwan adalah Tim (Garto Pannawit). Untuk membalas perbuatan gurunya, Tim meminta temannya untuk menakut-nakuti Guru Waiwan.

Tapi malam itu malah mereka yang ketakutan, pasca melihat sosok hantu tanpa kepala di kamar Guru Waiwan. Keesokan harinya, kedua murid ini dikejutkan dengan berita bahwa Guru Waiwan ditemukan tewas terpenggal.

Bahkan yang lebih menyedihkan lagi, ternyata kepala Guru Waiwan masih belum ditemukan oleh pihak kepolisian. Tapi kesialan tidak sampai disitu saja, pasalnya Tim baru ingat kalau ponselnya tertinggal di kamar Guru Waiwan.

Ia meminta Ping untuk menemani mencari ponselnya itu, tapi mereka tidak menemukannya di kamar Bu Waiwan. Saat Ping mencoba menghubungi ponsel Tim, ternyata ponsel itu ada di ruangan Bu Waiwan.

Di sana Tim dan Ping dimintai bantuan oleh hantu Bu Waiwan untuk menemukan kepalanya. Awalnya Tim tidak mau melakukannya, tapi ia sadar bahwa Bu Waiwan sangat peduli padanya.

Dari berbagai gambar hinaan yang ia berikan pada Guru Waiwan. Ternyata guru itu tidak marah, malah memberikan komentar bahwa gambarnya sangat bagus.

Dari sini, Tim dan Ping bekerja sama untuk mencari kepala Guru Waiwan. Singkat cerita, mereka berhasil menemukan kepala Guru Waiwan yang ternyata disimpan di freezer bekas di gudang belakang sekolah.

Sialnya, Tim harus berhadapan dengan Guru Nop. Karena, guru tampan ini adalah pembunuh berdarah dingin yang sesungguhnya.

Guru Nop tega membunuh Guru Waiwan, karena ia tidak mau perbuatan mesumnya pada para siswa diketahui kepala sekolah. Kira-kira bisakah Tim selamat dari Guru Nop dan menyatukan lagi kepala dan badan Guru Waiwan?

Kisah Horor Gore yang Bikin Deg-Degan

Kisah Horor Gore yang Bikin Deg-Degan

Setelah menonton delapan kisah yang ada dalam serial School Tales the Series (2022) sebenarnya saya cukup terkejut. Pasalnya, saya tidak pernah menyangka bahwa film ini akan menampilkan berbagai adegan gore yang cukup menegangkan.

Bayangkan saja, dari semua episode tidak ada satupun yang tidak menampilkan darah dan adegan pemotongan organ. Bagi saya, hal ini menjadi ciri khas dan kekuatan dari School Tales the Series (2022).

Dari pembuka hingga cerita terakhir, drama ini dengan berani menunjukkan berbagai adegan berdarah yang cukup keji. Uniknya, adegan-adegan ini memang berhasil menambah intensitas rasa horor pada para penontonnya.

Karena kalau dipikir-pikir, kisah yang diadaptasi dalam drama ini sebenarnya cukup simpel dan lumrah. Terasa seperti kisah-kisah horor khas Thailand banget. Tapi dengan adanya adegan-adegan gore tersebut, bikin cerita ini terasa jauh lebih meneror para penontonnya.

Bahkan saya masih ingat dengan berbagai organ dalam tubuh manusia yang diperlihatkan dengan cukup gamblang. Semuanya terlihat sangat nyata, makanya adegan-adegan gore ini cukup membekas di ingatan saya.

Saya sendiri merasa adegan potong memotong organ tubuh ini masih dalam taraf normal. Tapi bagi kamu yang kurang menyukai adegan yang dipenuhi dengan darah, sepertinya harus melewatkan drama ini.

Pasalnya, hal ini mungkin akan membuat kamu merasa sangat ketakutan untuk beberapa hari. Bahkan, mungkin saja bisa membangkitkan phobia darah dan trypophobia.

Banyak Plot Hole yang Mengganggu

Banyak Plot Hole yang Menganggu

Seperti yang sudah saya singgung, School Tales the Series (2022) sebenarnya memiliki kisah yang simpel dan khas Thailand banget.

Beberapa cerita bahkan ada yang terinspirasi dari urban legend yang berkembang di Thailand. Namun harus saya akui, bahwa development alur ceritanya memang sangat luar biasa dan sangat gila.

Saya mengapresiasi keberanian dari empat scriptwriter untuk drama ini, Junior Ratruedee, Manow Thanjira, Auii Warissara dan Adirek Phothong.

Mereka berhasil menyuguhkan ketegangan secara perlahan-lahan kepada para penontonnya. Bisa dikatakan vibes tegangnya sangat mirip seperti kamu nonton drama Girl from Nowhere (2018-2021).

Sayangnya, durasi setiap episodenya yang kurang dari satu jam juga membuat setiap kisahnya tidak luput dari plot hole. Contohnya soal kasus bullying yang terlihat sangat mencolok di sini.

Saya tidak tahu apa yang membuat anak-anak ini di bully dengan begitu kejam? Tidak ada keterangan lengkap soal hal ini. Tak hanya itu, saya juga penasaran kenapa dalam episode “7 AM” hanya kelas 6/4 yang terkutuk.

Lalu, kenapa pihak sekolah dan keluarga tidak merasa curiga dengan hilangnya murid di kelas 6/4? Detail-detail ini sebenarnya sangat saya sayangkan.

Pasalnya, premis cerita yang mereka angkat sudah sangat menjual. Tapi detail seperti ini bukanlah hal yang bisa saya biarkan begitu saja. Alhasil berbagai nilai moral yang ingin mereka sampaikan juga kurang tepat sasaran dan mengganjal.

Kualitas Gambar dan Aktingnya Cukup Mumpuni

Kualitas Gambar dan Aktingnya Cukup Mumpuni

Dari sisi alur cerita, School Tales the Series (2022) bisa saya katakan sangat babak belur. Tapi dari kualitas sinematografi dan skoring-nya, saya akui drama ini memang pantas untuk ditayangkan Netflix.

Saya menyukai berbagai jenis pengambilan gambar yang dipilih. Pasalnya penonton bisa melihat dan menilai setiap adegannya dari berbagai perspektif.

Jumpscare yang mereka tampilkan juga cukup bikin saya kaget dan tegang. Tak hanya itu, ketiga sutradara tahu persis bagaimana cara membuat penonton merasa penasaran.

Mereka memberikan shoot cut in yang menunjukkan detail-detail dari beberapa area tertentu. Contohnya dalam episode “Beautiful”, mereka hanya memberikan gambar yang detail dari area kaki hingga paha korban.

Sementar untuk penutupnya, beberapa episode diakhiri dengan wide shot dari atas atau dari bawah. Sehingga penonton bisa melihat dengan jelas, seperti apa kondisi akhir dari anak-anak yang melakukan aksi balas dendam ini.

Salah satunya dalam episode “Vengeful Spell”, penonton diperlihatkan nasib akhir Pleng saat ia menerima pantulan kutukan buatannya sendiri.

Sementara untuk akting, sejujurnya saya merasa sangat puas dengan kemampuan akting dari seluruh cast dari setiap episodenya. Memang beberapa pemerannya memang terlihat memiliki akting dan penjiwaan karakter yang naik turun.

Tapi saya sangat terpesona dengan akting Kay Lertsittichai, pasalnya aktingnya yang brilian membuat penonton berharap lebih dengan episode-episode lainnya.  

Sangat disayangkan, School Tales the Series (2022) sebenarnya salah satu drama yang memiliki potensi. Mulai dari premis, pemilihan cast hingga kualitas gambarnya, semua ini sudah sangat mumpuni.

Tapi, ada banyak detail cerita yang dilewatkan begitu saja di setiap kisah yang ada. Semua ini malah merusak pengalaman menonton dan bikin pesan moralnya tidak tersampaikan dengan baik.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram