bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Film Saw 6, Lebih Banyak Darah dan Kekerasan

Ditulis oleh Yanyan Andryan
Saw 6
3.3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Setahun berselang setelah pemutaran film Saw 5 di 2008, sekuel keenamnya langsung dirilis. Kali ini, film Saw 6 dikerjakan oleh seorang sutradara debutan bernama Kevin Greutert sedangkan skenario film ini ditulis oleh Patrick Melton bersama Marcus Dunstan.

Ceritanya sendiri masih tetap mengeksplorasi konten kekerasan, pembunuhan, dan juga kembali menyoroti Mark Hoffman sebagai penerus Jigsaw.

Selain itu, film ini juga mengikuti perjalanan William Easton, seorang eksekutif sebuah perusahaan asuransi kesehatan yang harus menyelesaikan serangkaian tes mematikan untuk menyelamatkan para karyawannya.

Di lain sisi, FBI membuka lagi kasus Jigsaw yang telah ditutup. Hoffman pun melakukan segala cara untuk melindungi identitas rahasianya tersebut. Lalu apakah identitasnya ini akan terungkap? Selengkapnya baca terus ulasan berikut ini ya!

Sinopsis

saw 6-1_

Agen FBI, Peter Strahm, tewas setelah masuk jebakan Mark Hoffman dengan tubuhnya yang hancur dihantam dinding. Hoffman lalu menggunakan tangan Strahm untuk menyimpan sidik jarinya di lokasi yang dijadikan tes mematikan.

Dua agen FBI, Dan Erickson, dan juga Lindsey Perez, yang ternyata masih hidup, datang ke tempat tersebut untuk menyelidiki kematian Strahm yang mengenaskan.

Awalnya, mereka mencurigai Strahm adalah murid dari Jigsaw karena banyak ditemukan sidik jarinya di lokasi tersebut. Dugaan mereka keliru. Erickson dan Perez pun membuka kembali kasus Jigsaw yang telah ditutup. Mereka menduga bahwa pelaku sebenarnya berasal dari dalam dari kepolisian.

Perez beserta Erickson kemudian memeriksa rekaman video yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dan memerintahkan timnya untuk menganalisis suara pada rekaman tersebut. Di tempat lain, Hoffman menemui Jill Tuck, mantan istri John Kramer alias Jigsaw, di klinik tempatnya bekerja.

Ia meminta kepadanya untuk menyerahkan lima amplop dari Jigsaw yang berisi foto-foto calon korban yang akan diculik untuk mengikuti tes mematikan. Salah satu korban tersebut adalah William Easton, seorang eksekutif sebuah perusahaan asuransi kesehatan yang menolak membantu perawatan medis John Kramer.

Bukan hanya William, Hoffman pun menculik beberapa karyawannya untuk menjalankan serangkaian tes yang bisa mengancam nyawa mereka semua. Pada tes pertama, William berhasil selamat. Namun ia harus mengorbankan petugas kebersihan di perusahaannya, Hank, yang tewas secara mengenaskan.

Di tes kedua, William menemukan sekretarisnya, Addy dan petugas arsip, Allen, yang keduanya digantung menggunakan kawat berduri. Pada tes tersebut, ia harus memilih untuk menyelamatkan nyawa diantara Addy ataupun Allen. Di tes berikutnya, William harus melawan pengacaranya, Debbie, yang ditugaskan untuk membunuhnya.

William masih bisa selamat dari serangkaian tes tersebut, tetapi ia merasa sedih harus mengorbankan para karyawannya agar dia bisa terus hidup. Pada tes terakhir, ia lalu menemukan enam bawahannya yang dirantai.

Ia mesti menyelamatkan dua orang diantara mereka. Dengan berat hati dan terpaksa, William pun menembak empat orang yang dianggapnya tidak layak untuk hidup.

Sementara itu, Hoffman terus mengawasi William di layar monitor yang ada di ruang persembunyiannya. Erickson lalu menelponnya dan memintanya datang ke laboratorium audio di kantor polisi untuk memeriksa rekaman video Jigsaw.

Saat bertemu dengan Perez, Hoffman merasa terkejut karena ia masih hidup setelah diyakini meninggal beberapa tahun lalu.

Mereka mendengarkan suara rekaman dari video tersebut untuk mengidentifikasi pelaku pembunuhan yang merupakan murid dari Jigsaw. Hoffman mulai tersudutkan karena identitasnya akan terbongkar.

Ketika Erickson, Perez, dan seorang petugas polisi menyadari itu adalah suaranya, Hoffman dengan cepat membunuh mereka bertiga secara kejam.

Di lain sisi, Jill ternyata menyimpan amplop keenam dari mantan suaminya itu yang memperlihatkan foto Hoffman sebagai korban selanjutnya. Jill kemudian mempersiapkan sebuah alat perangkap untuk menguji Hoffman ke dalam jebakan yang telah disiapkan oleh Jigsaw sebelum ia meninggal.

Jauh Lebih Mendebarkan

saw 6-2_

Tidak seperti kebanyakan sekuel Saw, film ini sebenarnya terlihat menarik dalam beberapa hal dan jauh lebih mendebarkan daripada angsuran sebelumnya. Saw 6 memiliki alur cerita yang terasa semakin lebih solid. Sepanjang kurang lebih 90 menit,  atmosfer mencekam-nya pun tidak menurun sama sekali. 

Ciri khas film-film Saw seperti eksplorasi konten pembunuhan brutal penuh darah masih tetap menjadi daya pikat yang tersaji dalam Saw 6. Selain itu, akting dari pemeran utamanya terasa lumayan apik. Seluruh perangkap kematian disusun lebih mendebarkan dan juga lebih berbahaya.

Meski begitu, Saw 6 harus diakui masih jauh dikatakan sebagai film cemerlang dalam genre horor thriller. Sekuel keenam ini lebih layak dibilang sebagai salah satu fitur terbaik dalam franchise Saw yang telah menjadi film gore ikonik sejak tahun 2004 hingga sekarang.

Film ini nyatanya masih tetap mengulangi formula yang sama, dan hal itu membuatnya terasa monoton. Tetapi, plot Saw 6 menawarkan gagasan cerita yang lebih menjanjikan serta menarik perhatian. Disini, elemen moralitas digali lebih dalam dan cukup terasa memilukan melihat para korban yang mati begitu saja.

Korban utama, William Easton (Peter Outerbridge) harus berada dalam situasi yang sangat sulit dalam hidupnya.

Sepanjang film, secara miris kita pun harus melihat dia mengorbankan beberapa karyawannya hanya untuk menyelesaikan serangkaian tes yang dirancang oleh Jigsaw untuknya. Sang murid Jigsaw, Mark Hoffman (Costas Mandylor) lalu berhasil membuatnya menderita dalam tes tersebut. 

Para Karakter Tampil Cukup Matang dan Jebakan Semakin Berbahaya

saw 6-3_

John Kramer alias Jigsaw (Tobin Bell) muncul dalam beberapa adegan kilas balik dalam film ini. Pada momen flashback tersebut, kita bisa mempelajari koneksinya terhadap William yang menjadi korbannya.

John bisa dibilang ingin melampiaskan rasa marahnya dengan membalas dendam kepada William karena telah menolak membantunya dalam perawatan medis.

Selain itu, William juga telah berlaku sangat tidak adil kepada beberapa kliennya. Ia pun menolak memberikan asuransi medis pada mereka. Sebelum tewas, John lalu memberikan rencana balas dendam tersebut untuk diteruskan oleh Hoffman, yang sekarang terjun semakin gelap sebagai pembunuh sadis.

Terlepas dari hal itu, akting dari para pemeran utamanya terlihat lumayan bagus. Karakter William Easton (Peter Outerbridge) terlihat menyedihkan karena harus terjebak dalam perangkap Jigsaw.

Selama tes, ia pun menyadari telah melakukan kesalahan dalam pekerjaannya. Akibatnya, ia membuat sebagian karyawannya harus terseret atas kezaliman yang ia perbuat.

Peter Outerbridge memainkan perannya dengan terampil dan juga percaya diri. Lalu, Betsy Russell yang berperan sebagai Jill Tuck, mantan istri John Kramer, tampil jauh lebih menonjol dibandingkan dengan perannya di film Saw terdahulu.

Karakter Mark Hoffman, yang diperankan oleh Costas Mandylor, terlihat terlalu kaku, namun ia masih saja bisa memberikan ancaman yang berbahaya. 

Sementara itu, semua perangkap jebakan dalam film ini dirancang sedemikian rupa agar terasa lebih variatif. Beberapa diantaranya memang tidak terlalu terlihat mengerikan, namun seluruh jebakan mampu menghadirkan lebih banyak darah, potongan tubuh, dan suasana mendebarkan yang mumpuni. 

Sekuel Keenam yang Tidak Boleh Terlewatkan

saw 6-4_

Saw 6 harus diakui jauh dari kata sempurna dan tidak sebagus film pertamanya yang rilis di tahun 2004 silam. Tetapi duo penulis skenario, Marcus Dunstan dan Patrick Melton, mampu menyusun naskah film ini untuk kembali menjadikan Saw 6 sebagai sekuel yang layak ditonton.

Kebrutalan dan juga kengerian ditampilkan lagi secara detail serta jalan ceritanya tersaji lebih masuk akal.

Keseluruhan franchise Saw memang tidak bisa lepas dari sosok Jigsaw. Oleh karena itu, Saw 6 sepertinya tidak bisa berdiri sendiri meski ada Mark Hoffman sebagai penerusnya.

Untuk menguatkan benang merah ceritanya, Jigsaw pun kembali dimunculkan dalam sejumlah adegan kilas balik. Meski ia telah mati, tetapi sosoknya tetap berpengaruh di seluruh rangkaian pembunuhan yang terjadi.

Secara keseluruhan, film ini bekerja secara cukup baik, dan juga terasa lebih memuaskan dari sebelumnya. Visual sinematografinya tersaji sangat garang, dan sorotan kameranya tetap eksplisit saat mengeksplorasi urutan adegan yang sadis penuh darah.

Saw 6 pada akhirnya menjadi sebuah tontonan yang masih seru untuk para pecinta film horor gore yang brutal. Film ini rasanya akan sangat tidak cocok bagi kalian yang kurang nyaman melihat adegan mutilasi tubuh yang mengerikan, dan juga konten kekerasan yang kejam.

Sebagai sebuah sekuel dari franchise film yang besar, Saw 6 berjalan jauh lebih mematikan, dan “menyenangkan.”

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram