bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Satria Dewa Gatotkaca, Superhero Indonesia

Ditulis oleh Suci Maharani R
Satria Dewa Gatotkaca
2.7
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Cerita mengenai para pahlawan di dunia pewayangan, sepertinya hal ini sudah mulai dilupakan oleh masyarakat modern. Agar generasi muda tidak melupakan sejarah ini, Satria Dewa Studio bersama Hanung Bramantyo mengadaptasinya menjadi sebuah film.

Satria Dewa Gatotkaca (2022) adalah film pertama dari Satria Dewa Universe, yang mengisahkan superhero klasik Indonesia.

Kisah Gatotkaca menjadi pembuka yang diharapkan akan membuat generasi muda mengenal kisah pewayangan yang penuh nilai bagi kehidupan.

Dibintangi oleh sederet selebriti berbakat Indonesia, tak heran jika film ini akhirnya menjadi trending topik di berbagai sosial media. Tapi dibalik semua ini, bisakah Satria Dewa Gatotkaca (2022) menarik perhatian anak muda Indonesia?

Dari pada penasaran, kamu bisa mencari jawabannya saat membaca sinopsis dan review film Satria Dewa Gatotkaca (2022). Untuk informasi lebih lengkapnya, kamu bisa membacanya hanya di Bacaterus.

Baca juga: Review Film Gundala, Sang Patriot Pembuka Jagat Bumilangit

Sinopsis

Sinopsis

“Bergelap-gelaplah dalam terang. Berterang-teranglah dalam gelap!” – Dananjaya

Yuda memang memiliki hidup yang sulit, ia kembali dipecat dari pekerjaannya setelah bertengkar dengan seorang selebgram.

Sepulangnya ke rumah, ibunya yang hilang ingatan membuat keributan, alhasil penduduk sekitar terlihat sangat marah dan terganggu. Tak sampai disitu saja, sahabat terbaiknya yaitu Erlangga meregang nyawa dihadapannya.

Astina memang sedang dalam keadaan genting pasca kejadian meteor jatuh, karena segalanya menjadi sulit. Kota dilanda berbagai wabah aneh, kelaparan hingga berbagai kasus kejahatan yang terus meningkat setiap harinya.

Namun ada satu yang menjadi masalah, kasus pembunuhan anak-anak unggulan yang tidak diketahui siapa pelakunya. Erlangga adalah salah satu korbannya dan Yuda gagal untuk menangkap pembunuh misterius sahabatnya itu.

Kematian Erlangga membuat Yuda penasaran, apalagi ibunya tiba-tiba berkata mengenai kurawa dan Pandega. Hal ini membuat Yuda curiga, pasalnya ibunya tidak pernah berkata apapun dan tiba-tiba saja ia menyebut hal tersebut.

Di hari pemakaman Erlangga, Yuda bertanya kepada Prof Arya Laksana mengenai sejarah kisah Pandawa dan Kurawa. Dari disinilah ia mulai memahami, bahwa kisah tersebut bukanlah fantasi semata tapi sejarah yang sengaja dikubur oleh para petinggi.

Mereka yang membunuh disebut sebagai Kurawa, yang memiliki nafsu merusak, mengambil dan menghancurkan.  

Sementara Pandawa memiliki sifat menjaga dan melindungi, tapi dendam masa lalu terlalu besar. Perang Baratayuda membuat Kurawa bersumpah, akan membunuh keturunan Pandawa dan membebaskan Aswatama dari kurungan.

Hal ini terjadi hingga ke era modern dan korbannya sudah banyak, bahkan Yuda juga sudah pernah bertemu dengan gen Kurawa di masa lalu.

Mengikuti buku catatan milik Erlangga, Yuda dan Agni hampir saja mati dibunuh oleh gen Kurawa hari itu. Untungnya Dananjaya dan adiknya Gege, berhasil menyelamatkan mereka dan membawanya ke markas.

Di sana, mereka menemukan berbagai fakta mengenai penyebaran gen Kurawa dan fakta mengenai dekatnya kebebasan Aswatama.

Yuda juga membuat semua orang terkejut, pasalnya luka berat yang dideritanya pasca bertarung dengan gen Kurawa sembuh dengan cepat.

Pertanyaan tersebut akhirnya terjawab sudah, ketika wasiat terakhir ibunya meminta Yuda untuk menjaga pusaka Brajamusti.

Pusaka yang selama ini diincar oleh gen Kurawa dan pusaka ini ternyata akan membawa Yuda mengetahui jati dirinya.

Ditemani oleh Agni, Dananjaya, Gege dan Mu Mripat, Yuda akhirnya mengetahui bahwa dirinya adalah titisan Gatotkaca.

Bahkan selama ini bukan ibunya yang diincar oleh gen Kurawa tetapi dirinya, karena Gatotkaca adalah pelindung para Pandawa.

Demi menjalankan tugas dan membalaskan kematian orang-orang yang dicintainya, bisakah Yuda mengalahkan gen Kurawa?

Memperkenalkan Dunia Perwayangan Ke Generasi Muda

Memperkenalkan Dunia Perwayangan Ke Generasi Muda

Sejak melihat trailer-nya, sebenarnya saya cukup excited untuk menantikan Satria Dewa Gatotkaca (2022). Pertama, film yang diproduksi oleh Satria Dewa Studio ini menggaet Hanung Bramantyo sebagai sutradara dan penulis skenarionya.

Kedua, jajaran selebriti muda yang cukup menjanjikan dari kemampuan akting hingga popularitas tinggi yang dimilikinya. Sebut saja Rizky Nazar, Yasmin Napper, Jerome Kurnia, Omar Daniel hingga Axel Matthew Thomas.

Sementara untuk bagian laganya, film ini menggaet Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman yang tidak perlu diragukan lagi kemampuannya.

Secara potensi, Satria Dewa Gatotkaca (2022) memang menjadi film superhero nasional yang cocok dengan taste anak muda. Film menjadi salah satu sarana paling mudah, agar anak-anak muda bisa mengenal sejarah dan kisah-kisah menarik.

Dibuatnya Satria Dewa Gatotkaca (2022) menjadi film, akan membuat anak muda di masa sekarang mengenal dunia pewayangan yang terlupakan.

Efek visualnya memang tidak sehebat film Amerika dan Eropa, tapi sangat mumpuni dan jauh lebih baik dari film lainnya.

Koreografi aksi dan adegan pertarungannya sangat intense, terlihat sekali usaha dari bintang muda untuk menunjukkan aksi laga terbaiknya. Begitu pula dengan skoringnya, gabungan musik modern dan tradisionalnya terasa pas dan enjoyable.

Dipenuhi Plot Hole dan Timeline Alurnya Berantakan

Dipenuhi Plot Hole dan Timeline Alurnya Berantakan

Berbicara soal ekspektasi, Satria Dewa Gatotkaca (2022) memang lebih unggul dibandingkan film bertema sama buatan sineas nasional.

Efek visualnya cukup menjanjikan dan terlihat digarap dengan hati-hati, agar aksi laganya juga pas untuk semua umur. Sinematografi, skoring hingga set syutingnya, jujur saja saya menyukai mix antara sisi modern dan tradisional.

Tapi soal alur dan development karakternya, maaf tapi saya merasa kurang enjoy saat menonton film ini. Ada banyak sekali plot hole, selain itu alurnya terasa membingungkan, sebenarnya film ini mau mengangkat kisah apa?

Terlalu banyak materi penting di film ini, soal sejarah Pandawa dan Kurawa hingga Yuda yang ternyata titisan Gatotkaca.

Potongan sejarah disebar di sepanjang film, potongan ini bukannya menguatkan ceritanya malah bikin bingung penonton. Padahal jika ingin menghemat waktu, gunakan beberapa menit pertama untuk mengisahkan sejarah Pandawa dan Kurawa.

Setelah itu, habiskan sisa waktunya untuk mengisahkan gen Kurawa dan Pandawa hingga kisah Yuda si Gatotkaca di era modern.

Selain itu ada banyak karakter di film ini, sayangnya hampir seluruhnya tidak memiliki development yang baik. Bahkan untuk pemeran utamanya, kita tidak pernah tahu dari mana asal usul mereka hingga mendapatkan kekuatan khusus tersebut.

Waktu 129 menit mungkin terasa cukup menghibur bagi yang familiar dengan kisah pewayangan, tapi membingungkan bagi yang tidak mengenalnya.

Iklan Sponsor yang Sangat Mengganggu

Iklan Sponsor yang Sangat Mengganggu

Sudah bukan hal aneh lagi jika film-film Indonesia selalu memiliki masalah soal “product placement”. Salah satunya film Satria Dewa Gatotkaca (2022), yang juga suffering dengan berbagai brand yang menjadi sponsor mereka.

Sebenarnya hal ini menjadi fenomena yang aneh bagi saya, karena untuk pertama kalinya saya melihat iklan bertebaran di film Hanung Bramantyo.

Mengambil set modern, memang iklan makanan dan minuman di film ini tidak terlalu melenceng. Hanya saja, penempatan produk sponsor ini terasa kagok dan dipaksakan untuk diberikan tempat.

Sialnya lagi tidak hanya satu atau dua produk, setidaknya saya menemukan lima brand terpampang di film ini. Salah satunya iklan Tokopedia, meski jadi bagian dari set komedi tapi tetap saja hal ini terasa mengganggu.

Bahkan ketika Yuda dan Agni diselamatkan oleh Danajaya dan adiknya, set persembunyian mereka menjadi “sponsor time”.

Saya bisa mengabsen nama-nama brand yang terlihat, setidaknya ada tiga hingga empat brand yang terlihat. Bahkan untuk brand makanan anak-anak, setidaknya produk tersebut terlihat dalam dua frame yang berbeda.

Saya berpikir film ini akan sangat hits dikalangan anak muda dan anak-anak, karena vibesnya terasa seperti Avenger versi kearifan lokal.

Untuk film pertama dalam Satria Dewa Universe, bagi saya Satria Dewa Gatotkaca (2022) masih kurang sempurna dan forgettable. Tapi dari sisi komersial, setidaknya kamu harus menonton film ini meski sekali seumur hidup. 

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram