bacaterus web banner retina

Review dan Sinopsis Rurouni Kenshin: The Final (2021)

Ditulis oleh Yanyan Andryan
Rurouni Kenshin: The Final
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Film ini merupakan sekuel keempat dalam waralaba live-action Rurouni Kenshin, yang pertama kali rilis pada tahun 2012 silam. Jalan cerita Rurouni Kenshin: The Final sedikit didasarkan pada Arc Jinchu, yang merupakan bagian terakhir dalam seri manga originalnya karya Nobuhiro Watsuki.

Walaupun ceritanya berbeda dari aslinya, tetapi The Final tetap memperlihatkan aksi balas dendam Enishi Yukishiro kepada Kenshin Himura. Rurouni Kenshin: The Final kembali menghadirkan pemain-pemain lama yang telah terlibat di tiga film sebelumnya.

Takeru Satoh memainkan lagi karakter sang battosai Kenshin Himura, Emi Takei tetap menjadi Kaoru Kamiya, lalu ada aktor berbakat Mackenyu Arata sebagai Enishi Yukishiro, dan juga Kasumi Arimura yang berperan menjadi Tomoe Yukishiro, mantan istri Kenshin yang tewas olehnya.

Sinopsis

Sinopsis

Enishi Yukishiro merupakan seorang pemimpin kelompok mafia di Shanghai, China, yang sedang diburu oleh kepolisian Jepang karena telah menjual persenjataan kepada Makoto Shishio beberapa tahun sebelumnya. Saat berada di Jepang, ia kemudian ditangkap oleh polisi, Saito Hajime beserta anak buahnya lewat pertarungan yang cukup kacau.

Sesaat sebelum dibawa ke kantor polisi, Enishi mengatakan kepada Saito bahwa ia datang ke Jepang untuk menemui Kenshin Himura. Namun, tidak lama kemudian Enishi dibebaskan dari penjara oleh perwakilan China yang berada di Jepang.

Ia lalu menemui komplotannya, yang sama-sama memiliki dendam terhadap Kenshin, dan bersiap merencanakan serangan jahat mereka di Tokyo.

Mereka lalu menembakan sebuah meriam ke restoran Akabeko, tempat Kenshin dan kawan-kawannya biasa berkumpul untuk makan malam. Tembakan tersebut membuat Akabeko dan sekitarnya luluh lantah berantakan, serta mengakibatkan banyak sekali korban. Kenshin beserta kepolisian kemudian menyelidiki asal sumber serangan, dan menemukan catatan bertuliskan Jinchu.

Serangan tidak hanya berhenti di situ saja, Dojo Maekawa, dan rumah Kepala Polisi Tokyo menjadi sasaran brutal dari Enishi dan komplotannya. Selepas Kenshin berhasil membereskan masalah di rumah kepala polisi tersebut, ia pulang dengan tatapan kosong. Rasa bersalah terhadap masa lalunya, dan Tomoe mulai muncul kembali.

Di tengah perjalanannya, Kenshin bertemu dengan Enishi, dan sontak saja ia langsung mengetahui sosok adik iparnya itu. Enishi secara tegas mengatakan bahwa ia adalah orang yang dibalik dalam serangan pada malam tersebut, dan ia datang untuk membalas dendam supaya Kenshin menderita karena telah membunuh kakak perempuannya, Tomoe Yukishiro.

Selepas pertemuan singkat itu, Kenshin kembali ke Dojo Kamiya Kasshin, dan meminta Kaoru, Sanosuke, Megumi, dan Yahiko untuk berkumpul. Kepada mereka ia lalu menceritakan bahwa 15 tahun lalu ia bekerja untuk pemerintah feodal militer Bakufu, dan menikahi Tomoe. Kenshin tidak mengetahui jika Tomoe adalah mata-mata yang ingin membunuh dirinya.

Tomoe melakukan hal itu karena ingin membalas dendam atas kematian Akira Kiyosato, tunangannya yang telah dibunuh oleh Kenshin. Akira sendiri adalah orang pertama yang memberi bekas luka di pipi Kenshin. Akan tetapi, kedekatannya dengan Kenshin membuat Tomoe jatuh cinta hingga menikah.

Para pembunuh bayaran, yang bersekutu dengan Tomoe, lalu bersiap untuk membunuh sang battosai. Dalam pertarungan dengan mereka di musim dingin yang bersalju, Kenshin secara tidak sengaja membunuh Tomoe, yang hendak melindungi dirinya. Sebelum Tomoe meninggal, ia mengambil pisau, dan memberinya bekas luka menyilang terakhir di pipinya Kenshin.

Hanya Mengadaptasi Sebagian Arc Jinchu

Hanya Mengadaptasi Sebagian Arc Jinchu

Arc Jinchu merupakan bagian terakhir dari manga Samurai X, dan benar-benar memperlihatkan sebuah pertarungan epik antara Kenshin, dan Enishi. Bagian tersebut juga tersaji secara klimaks, dan memuaskan karena menceritakan masa lalu Kenshin sebagai seorang battosai, dan latar belakang luka silang tanda X di pipinya.

Film ini sudah diprediksikan bakal hadir dengan mengambil jalan cerita tersebut sebagai bagian penutup dari keseluruhan franchise, yang sudah diawali pada tahun 2012 silam. Di lain sisi, The Final memang tidak benar-benar mengadaptasi Arc Jinchu secara keseluurhan, karena alur cerita filmnya sendiri jelas berbeda dari kisah originalnya yang ada di manga.

Namun, bukan berarti film ini kehilangan jati dirinya, sang sutradara Keishi Otomo nampaknya ingin memberikan alur cerita yang lebih segar, dan padat dengan tetap mengambil point penting dalam Arc Jinchu tersebut. Selama 2 jam 18 menit berjalan, film ini mengalir cukup cepat, tanpa bertele-tele dalam memperlihatkan segala permasalahan yang terjadi.

Selama waktu tersebut, Arc Jinchu, yang fenomenal di dalam versi manganya, diringkas sedemikian rupa sehingga menghilangkan beberapa momen penting pada kisah originalnya. Pertarungan dengan komplotan Enishi, yang terdiri dari Kujiranami Hyogo, Otowa Hyoko, Inui Tenmon, dan Yatsume Mumyoi terasa cepat, dan kemampuan mereka tidak dieksplorasi secara mendalam.

Bahkan, sosok Gein, yang mereplika boneka mati Kaoru seperti manusia asli, sepertinya tidak dimunculkan di film ini. Rurouni Kenshin: The Final mengalir dengan sebuah cerita baru, yang masih tetap seru untuk dinikmati. Meski menghilangkan sebagian Arc Jinchu, film ini tetaplah tampil memuaskan, dan solid. 

Terlalu Banyak Karakter

Terlalu Banyak Karakter

Sebagai satu dari dua film penutup dalam perjalanan Kenshin Himura, The Final menghadirkan banyak sekali karakter original yang menghiasi film ini. Kehadiran mereka lumayan membuat jalan cerita terlihat seru, dan tambah menegangkan.

Akan tetapi, karena terlalu menumpuk, apalagi dengan tempo yang cepat, sebagian dari mereka kurang mendapatkan pengembangan karakter yang setimpal mulai dari Saito Hajime, Sagara Sanosuke, Shinomori Aoshi, Myōjin Yahiko, dan Makimachi Misao.

Bahkan, sosok Seta Sojiro muncul secara tidak terduga dalam membantu Kenshin untuk menyelamatkan Kaoru yang diculik oleh Enishi.

Film ini memang benar-benar berfokus terhadap pertarungan Kenshin, dan Enishi secara penuh. Meski begitu, kita pun masih bisa tetap menyaksikan adegan pertarungan yang melibatkan mereka semua, baik dalam satu frame secara bersama-sama maupun dalam adegan terpisah.

Bagian pertarungan yang memperlihatkan mereka menjadi salah satu momen yang mencuri perhatian, karena aksi adu pedang, dan adu pukul terlihat sangat intens.

Sementara itu, Takeru Satoh (Kenshin Himura) tampil cukup baik sebagai sang battosai seperti di tiga film sebelumnya. Ia masih tetap menjadi seorang samurai tangguh dengan pedang sakabato miliknya. Perbedaannya, di film ini ikatan emosionalnya dengan Kaoru tidak terlalu mendalam seperti apa yang terjadi pada arc Jinchu di manga.

Oleh karena itu, kita tidak bisa benar-benar merasakan kesedihan Kenshin. Ia hanya terlihat sebagai sosok pendekar samurai tangguh saja. Di lain sisi, Mackenyu Arata tampil menawan sebagai Enishi Yukishiro, dan begitu cocok memainkan karakter tersebut.

Ia tampil begitu impresif menjadi karakter antagonis, dan begitu dominan melawan Kenshin, walaupun akhirnya ia tetap dikalahkan oleh sang battosai.

Duel Adu Pedang yang Memukau

Duel Adu Pedang yang Memukau

Koreografi pertarungan film ini seperti biasa terlihat sangat memukau. Apalagi di saat Kenshin bertarung dengan Enishi pada bagian akhir. Lalu, ada juga pertarungan “keroyokan” antara Saito, dan kawan-kawannya saat melawan anak buah dari Enishi. Semua momen pertarungan tersebut ditangkap dengan cara yang fantastis, namun masih dengan cara-cara yang lebih realistis, dan tidak berlebihan.

Sayangnya, meski Enishi sangat impresif ketika berhadapan dengan Kenshin, kekuatan original darinya yang disebut dengan “syaraf gila” sepertinya tidak muncul di film ini. Dengan kekuatan tersebut, urat-urat di tubuhnya akan terlihat jelas, dan membuat kekuatannya semakin kuat, hingga sulit dikalahkan.

Terlepas dari hal itu, semua duel tersaji sungguh luar biasa, intens, dan cepat. Kenshin yang mempunyai kelincahan yang tinggi berhadapan dengan Enishi yang memiliki otot-otot kuat. Keduanya bertarung sangat sengit dengan rasa dendam tinggi menyelimuti diri Enishi.

Momen pertarungan tersebut kemudian dibingkai lewat sajian sinematografi yang apik. Kamera mampu menangkap adegan sengit dengan sudut pandang yang pas, dan berhasil menyatu dengan konsep koreografi pertarungan yang disusun secara rapi.

Secara kesimpulan, Rurouni Kenshin: The Final adalah film epik penuh drama pertarungan yang memikat perhatian. Film ini memang tidak sepenuhnya berhasil mengadaptasi arc Jinchu dengan baik, namun The Final tetaplah seru, dan berhasil memberikan tontonan yang mengobati rasa rindu penggemar Kenshin Himura.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram