bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Room (2015), Ibu & Anak Hidup dalam Sekapan

Ditulis oleh Suci Maharani R
Room
4.6
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Membesarkan anak dalam kehidupan normal saja tidaklah mudah, apalagi jika kamu membesarkan anak dalam sekapan dan terisolasi dari dunia.

Inilah yang dirasakan oleh Joy Newsome atau Ma, yang membesarkan putranya Jack, dalam keadaan disekap di ruangan sempit. Joy tidak hanya berdamai dengan kenyataan atau dirinya sendiri, tapi ia berusaha memberikan hidup normal untuk putranya.

Kisah Ma ini hadir dalam Room (2015), sebuah film yang mengisahkan kehidupan tragis ibu dan anak yang hilang dari dunia. Film yang diadaptasi dari novel karya Emma Donoghue ini berhasil meraih banyak penghargaan bergengsi. Bahkan Film yang disutradarai oleh Lenny Abrahamson ini, berhasil mengantarkan Brie Larson untuk mendapatkan Piala Oscar pertamanya.

Lalu seperti apa kisah hidup tragis yang dialami oleh Ma dan Jack di ruangan 11x11 itu? Kamu bisa mencari jawaban lengkapnya dengan membaca sinopsis dan review filmnya di bawah ini.

Sinopsis

room-1_

Joy Newsome harus menerima takdirnya sebagai gadis yang menjadi korban penculikan oleh pria yang tidak dikenal. Selama tujuh tahun, Joy harus hidup di kamar yang bau dan sempit. Ia berusaha mandiri dan mengurus hidupnya sendiri. Satu-satunya hal yang membuat Joy bisa tetap hidup dan berjuang adalah hanya karena ia memiliki Jack.

Putranya yang kini berusia lima tahun menjadi satu-satunya penyemangat hidup bagi seorang Joy Newsome. Di sisi lain, Jack tumbuh menjadi anak yang sangat cerdas. Ia mudah menangkap berbagai hal dan begitu ceria.

Jack hidup dengan berbagai cerita yang dikatakan oleh ibunya, seperti bahwa dunia luar memiliki banyak alien. Jack bahkan merasa sangat marah saat kue ulang tahunnya ternyata tidak memiliki lilin. Ia ingin kue ulang tahun ke enamnya harus memiliki lilin.

Berbagai fairytale yang dikatakan sang ibu memang membuat Jack tumbuh tanpa mempertanyakan dunia luar yang membingungkan bagi Joy. Namun saat Jack tiba-tiba keluar dari lemari dan bertemu dengan “old Nick”, hati Joy terasa sesak dan tercabik-cabik.

Ia ingin keluar dari tempat busuk ini. Makanya Joy mulai menceritakan mengenai dunia luar yang sesungguhnya pada Jack.

Hal ini membuat sang putra bingung. Bagi Jack, ibunya tidak lebih dari seorang pembohong dengan cerita-ceritanya. Namun lambat laun Jack bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata. Dari sinilah Joy menyusun cara untuk bebas. Perempuan ini melatih putranya untuk melakukan aksi penyelamatan diri.

Joy membuat Jack mengingat empat hal penting yang harus dilakukannya, truk, berguling, lompat, lari. Melompat saat mobil melambat dan berteriak saat melihat seseorang. Inilah rencana agar mereka bisa terbebas dari neraka ini. Namun ada satu pesan yang sangat penting yang harus diingat dan diucapkan Jack, “ibuku adalah Joy Newsome”.

Namun saat Jack berada di luar sendirian, anak ini bahkan tidak bisa mengingat apapun yang dikatakan oleh ibunya. Tapi Jack berhasil memberikan informasi yang tidak kalah penting yakni arah yang menunjukkan keberadaan ibunya. Ia mengatakan semuanya dengan sangat jelas, kamar bukan rumah, skylight bukan jendela dan tiga belokan yang menyamping.

Sejak saat itu, Jack dan Joy Newsome bisa melihat dunia yang sesungguhnya yang benar-benar nyata di mata mereka. Tapi kembali ke kehidupan normal setelah 7 tahun hidup dalam sekapan ternyata tidak mudah, terutama untuk Joy. Perempuan ini tidak menyadari bahwa ia mengalami trauma, yang membuat mood dan emosinya tidak terkontrol.

Bahkan, Joy mendapatkan trigger yang yang tidak pernah ia sangka-sangka sebelumnya. Perempuan ini merasa bahwa ia sudah mengekang kehidupan Jack, sesuai ucapan sang reporter.

Joy yang merasa tertekan tidak bisa tenang, hingga ia memutuskan untuk bunuh diri. Namun hal ini dilihat oleh Jack yang langsung histeris, lalu apa yang akan terjadi kepada keduanya?

Film yang Menyentuh Hati Banyak Penonton

room-2_

Sejak pertama kali penayangannya, Room (2015) berhasil mencuri perhatian banyak orang di dunia. Film ini mendapatkan rating 8.1/10 di iMDb dan nilai hingga 93% di Rotten Tomatoes dari 316 reviewers.

Film ini juga berhasil memborong banyak sekali penghargaan bergengsi untuk berbagai macam nominasi. Bahkan, Brie Larson akhirnya mendapatkan Piala Oscar pertamanya sebagai “Best Actress” di tahun 2016.

Scene terbaik yang membuat jantung saya berdetak kencang adalah saat Jack mencoba untuk kabur, sesuai arahan ibunya. Adegan demi adegan membuat saya merinding. Saya bisa tahu bagaimana khawatirnya Joy saat ia membiarkan Jack mencari jalan untuk membebaskan diri.

Tidak hanya karena putranya sendirian di luar sana, tapi ini juga menjadi kesempatan terakhirnya.

Bahkan saat mereka berhasil mendapatkan kebebasan, ternyata hal ini malah membuatnya kehilangan kendali. Joy Newsome akhirnya meluapkan semua emosinya. Ia melihat bahwa dunia baik-baik saja tanpa kehadirannya. Ia juga merasa sangat menyesal karena sudah membuat Jack hidup dalam kekangan dan tidak membiarkan anak itu hidup normal.

Cara Jack mengisahkan kehidupan dari sudut pandangnya membuat banyak orang merasakan kepolosan seorang anak yang tidak pernah mengenal dunia.

Jack mengisahkan setiap fase kehidupannya kepada para penonton, mulai dari di mana ia hidup dahulu dan di mana ia hidup sekarang. “Sekarang aku 5 tahun, aku tahu SEGALANYA”, menjadi kalimat yang menusuk hati para penonton.

Banyak orang berkata move on itu mudah, tapi bagi mereka yang memiliki trauma rasanya seperti bertarung dengan hal yang tidak nyata.

Film ini menunjukkan bagaimana keluarga dan masyarakat harus membantu para korban untuk bisa percaya diri. Mereka hanya perlu diajari dan dibimbing untuk bisa kembali menjalani kehidupan normal yang baru.

Bukan Isu Seksual, Tapi Isu Mental Para Korban

room-3_

Saya pernah membaca keterangan dari Emma Donoghue mengenai buku dan film Room (2015). Sang penulis mengatakan bahwa ia tidak ingin menyoroti mengenai sisi psikopat yang erotis atau seksual. Ia lebih ingin menunjukkan sisi ketahanan, melihat bagaimana Jack dan Joy hidup dalam keterbatasan dan kebebasan yang mereka impikan.

Hidup dalam ruangan yang sempit, menjadi korban pelecehan seksual, dan menjadi ibu tunggal bagi putranya, semua ini tentu sangat berat untuk Joy Newsome. Namun kebebasan yang diimpikannya juga tidaklah sebahagia yang dipikirkannya. Baik Joy maupun Jack, keduanya merasa kaget dengan dunia yang sudah berubah selama 7 tahun.

Mereka belum siap untuk menghadapi segala perubahan yang ada di dunia ini, tapi Joy dan Jack tidak menyadari hal ini. Trauma dalam diri mereka tersamarkan, namun hal ini sangat berpengaruh pada emosi keduanya. Mereka menjadi sulit untuk menahan amarah dan memiliki reaksi yang berlebihan. Bahkan, Jack sebenarnya mengalami hal yang lebih sulit.

Saya menyukai bahwa pesan ini yang ingin disampaikan kepada para penonton oleh penulis dan sutradara dalam 114 menit. Kebanyakan orang akan mengekspos penderitaan yang dialami korban selama mereka mengalami masa-masa kelam tersebut.

Namun sisi saat para korban kembali ke kehidupan nyata dan normalnya jarang tersorot. Saya pikir film ini berhasil memberikan gambaran real terutama soal mental mereka.

Sinematografi yang diarahkan oleh Danny Cohen benar-benar sangat indah dan sentimental. Berbagai gambar selalu memberikan gambaran emosi yang luar biasa untuk para penonton filmnya.

Ia juga menunjukkan dunia dari sudut pandang Jack yang tidak memiliki pengalaman mengenai dunia nyata. Hal ini menjadi pilihan yang sangat tepat, karena emosi Jack adalah hal utama dalam film ini.

Perjuangan Brie Larson dan Jacob Tremblay Syuting Bersama

room-4_

Dengan segala kesuksesan dari film Room (2015), sepertinya kamu harus tahu mengenai perjuangan para kru dan aktornya selama syuting.

Dikutip dari iMDb, ada beberapa hal menarik mengenai proses pembuatan film ini, salah satunya soal lokasi syutingnya. Sutradara Lenny Abrahamson tidak memberikan efek visual atau editing yang berlebihan untuk film ini.

Justru ia memaksakan untuk syuting di ruangan berukuran 11 x 11, sesuai dengan latar yang ada dalam filmnya. Pria ini berusaha keras untuk memberikan gambar-gambar terbaik, sehingga penonton bisa merasakan penderitaan Jack dan Ma. Namun apakah kamu menyadari bahwa ada satu tempat yang jarang terlihat di layar, yaitu kamar mandi mereka.

Bak mandi menjadi tempat bagi Lenny Abrahamson untuk merebahkan tubuhnya selama proses syuting yang panjang. Makanya tempat tersebut jarang sekali tersorot kamera.

Meskipun begitu, hasilnya membuat penonton merasakan tema klaustrofobia yang nyata. Tidak hanya sang sutradara, Brie Larson dan Jacob Tremblay juga berjuang untuk memberikan kemistri yang kuat.

Mereka berusaha untuk mendekatkan diri dan membangun chemistry. Hal ini tidak akan berhasil tanpa bantuan ibu kandung Jacob. Brie Larson beberapa kali berusaha untuk mendekati Jacob, mencari tahu apa hal yang disukai anak itu, dan bermain bersamanya.

Hasilnya, mereka benar-benar terlihat seperti ibu dan anak sungguhan di depan layar dan kedekatan mereka pun terbawa hingga di belakang layar.

Room (2015) adalah gambaran mengenai kehidupan para korban kejahatan yang mengalami trauma. Mereka berusaha untuk kembali ke realita, namun semua ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Pasalnya masyarakat kadang tidak mengerti, bahwa mereka hanya butuh ketenangan untuk bisa mencerna segala realita dan kembali ke dunia nyata.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram