bacaterus web banner retina

Review & Sinopsis Roma, Film Hitam Putih Tentang Kehidupan

Ditulis oleh Sri Sulistiyani
Roma
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Saat menonton film yang hanya memiliki warna hitam dan putih, mungkin kamu berpikir jika film itu adalah film lawas yang diproduksi sebelum tahun 1960-an. Namun rupanya ada sebuah film yang diproduksi di tahun 2018 dengan mengangkat konsep film berwarna hitam putih. Film itu berjudul Roma

Film ini akan mengajakmu kembali menjelajahi waktu menuju ke kota Roma pada tahun 1970-an. Berikut review dan sinopsisnya! 

Sinopsis 

Review Roma__

Film Roma berfokus pada kisah seorang wanita bernama Cleo yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah Nyonya Sofia dan Dokter Antonio. Cleo begitu dekat dengan keluarga tersebut dan disayangi oleh keempat anak di rumah itu, Paco. Tono, Sofi, dan Pepe. Cleo biasa melakukan semua kegiatan rumah tangga yang menjadi tanggung jawabnya. 

Cleo kemudian berkenalan dengan seorang pria bernama Fermin. Suatu hari, Cleo dan Adela yang juga menjadi asisten rumah tangga di rumah tersebut melakukan double date dengan pasangan mereka. Namun saat hendak masuk bioskop, Fermin mengajak Cleo untuk pergi ke tempat lain. Mereka pun menghabiskan waktu di sebuah kamar. 

Setelah beberapa waktu berlalu, Cleo menyadari bahwa dirinya telat datang bulan. Saat bertemu Fermin, Cleo pun mengatakan hal tersebut. Namun semenjak itu, Fermin justru menghilang. Cleo kemudian mengadu pada Nyonya Sofia dan Nyonya Sofia mengajak Cleo untuk memeriksakannya ke dokter kandungan. 

Cleo ternyata benar-benar hamil. Ia pun tetap bekerja dan menjaga kandungannya. Sementara itu, Nyonya Sofia juga mulai mengalami permasalahan rumah tangga dengan suaminya.

Ia menemukan bukti bahwa suaminya bukanlah pergi untuk berdinas namun sedang berselingkuh. Mereka pun menghabiskan malam tahun baru bersama keluarga besar tanpa kehadiran Dokter Antonio.

Setelah mencari informasi, Cleo berhasil menemukan alamat tempat Fermin biasa melakukan latihan bela diri. Ia pun mendatangi tempat tersebut untuk bertemu Fermin dan kembali menegaskan bahwa ia tengah hamil.

Namun Fermin tak mau mengakui jika bayi dikandung Cleo adalah anaknya. Fermin bahkan meminta Cleo untuk tak lagi menemuinya. Cleo pun meneruskan hidupnya tanpa Fermin dan mulai mempersiapkan kelahiran bayinya.

Suatu hari, Cleo bersama ibu dari Nyonya Sofia berniat untuk membeli ranjang bayi. Saat mereka berada di toko tersebut, rupanya tengah meletus sebuah bentrokan demonstrasi di jalanan sekitar dan membuat beberapa demonstran kabur ke toko tempat Cleo berada. 

Para petugas militer pun ikut masuk toko untuk memburu demonstran tersebut dan menodongkan senjata ke para pengunjung, termasuk Cleo. Cleo kemudian terkejut saat melihat petugas yang menodongkan senjata itu adalah Fermin. Fermin langsung pergi, sementara Cleo yang syok membuat air ketubannya pecah. 

Cleo segera dilarikan ke rumah sakit, namun aksi demonstrasi itu membuat kemacetan parah hingga ia tak bisa sampai dengan cepat.

Setelah tiba di rumah sakit, dokter pun segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan Cleo dan bayinya, namun bayi Cleo lahir setelah tidak bernyawa. Cleo pun harus merelakan bayinya dan kembali bekerja di rumah Nyonya Sofia. 

Nyonya Sofia kemudian merencanakan liburan untuk anak-anaknya dan mengajak Cleo ikut serta untuk menghiburnya. Di perjalanan tersebut, Nyonya Sofia mengatakan pada anak-anaknya bahwa ayah mereka memutuskan untuk bercerai. Anak-anak pun bersedih, namun mereka berusaha tegar dan menghabiskan waktu bermain di pantai. 

Saat Paco dan Sofi berenang di pantai, keduanya sempat nyaris tenggelam. Cleo yang tak bisa berenang pun berusaha menyelamatkan mereka. Ketiganya selamat, dan Cleo pun akhirnya menyadari bahwa ia memang tak pernah menginginkan bayinya untuk hidup. Mereka pun kembali ke rumah. 

Setelah kembali ke rumah, semua tata letak rumah telah diubah dan semua barang milik Dokter Antonio sudah dibawa pergi. Baik Nyonya Sofia maupun Cleo pun kembali melanjutkan hidup mereka meski semuanya terasa berbeda. 

Konsep Sinematografi yang Unik 

Review Roma_Konsep Sinematografi yang Unik_

Hal yang paling diingat setelah menonton film Roma tentu saja teknik sinematografinya yang cukup unik. Sepanjang film yang berdurasi 135 menit ini, kamu akan menyaksikan film dengan format warna hitam putih selayaknya film-film di masa lampau.

Meskipun berformat hitam putih, film ini memiliki resolusi gambar tingkat tinggi dengan tata kamera yang estetik. Filter hitam putih ini membuat kamu benar-benar merasakan nuansa klasik seperti setting waktu pada cerita ini, yaitu pada kurun waktu 1970-an.

Tak hanya filter warna hitam putihnya saja, teknik sinematografi lain yang cukup unik dari film ini adalah penggunaan shot dan camera movement di sepanjang cerita. Kamu akan banyak melihat shot-shot dengan durasi yang cukup panjang bahkan hingga beberapa menit lamanya.

Begitu pula dengan pergerakan kamera atau camera movement yang banyak menggunakan teknik panning dengan begitu pelan hingga menghasilkan gambar yang tampak cantik seolah kita menyaksikan sendiri adegan demi adegan tersebut. 

Nuansa Tahun 1970-an yang Dibuat dengan Realistis

Review Roma_Nuansa Tahun 1970-an yang Dibuat dengan Realistis_

Tak hanya dari konsep sinematografinya saja, film Roma juga sangat memperhatikan seluruh detail dan elemen dalam film ini. Properti, wardrobe, dekorasi, dan segala hal dalam film ini dibuat secara totalitas menyerupai Roma di tahun 1970-an.

Bahkan lokasi-lokasi seperti jalanan dan gedung bioskop pun dibuat persis seperti masa lampau dan diperlihatkan dengan shot-shot yang lebar. 

Film ini tampak realistis menunjukan bagaimana kondisi Roma di tahun 1970-an. Selain itu, kamu juga tak akan mendengar musik backsound apapun di sepanjang cerita sehingga kamu hanya akan melihat bagaimana kehidupan para tokoh dalam film ini sebagaimana saat kamu melihat kehidupan orang-orang di dunia nyata.

Konflik dan Karakter yang Mewakili Kehidupan Nyata

Review Roma_Konflik dan Karakter yang Mewakili Kehidupan Nyata_

Bukan hanya aspek-aspek dalam filmnya saja, alur cerita hingga karakter dari film Roma sendiri memang sudah dibuat tampak realistis seperti yang banyak ditemui di kehidupan.

Konflik-konflik seperti pertengkaran rumah tangga atau seorang gadis yang ditinggalkan pacarnya mungkin akan terasa relate bagi kebanyakan orang. Para pemeran dalam film ini pun memerankan karakter mereka dengan natural dan kualitas akting yang maksimal.

Dengan teknik sinematografi yang banyak menggunakan shot-shot berdurasi panjang, tentu mereka harus melakukan satu adegan yang cukup lama hanya dalam satu kali pengambilan gambar saja, namun mereka mampu memerankannya dengan baik. 

Bagi kamu yang tidak terlalu menyukai genre drama, mungkin konflik, alur cerita, hingga teknik sinematografi film ini terasa membosankan karena memiliki durasi yang cukup lama.

Namun durasi film yang panjang dengan konflik-konflik yang dialami para karakternya ini justru akan membuat kamu terasa begitu dekat dengan mereka dan ikut merasakan kesedihan yang sama seperti dalam film. 

Itulah review dan sinopsis dari film Roma, sebuah film unik dengan konsep warna hitam putih. Dengan semua hal menarik tadi, wajar saja jika film ini mendapat 10 nominasi di ajang Academy Awards tahun 2019. Apakah kamu sudah menontonnya? Bagaimana tanggapanmu dengan film berformat hitam putih ini?

Bila tertarik untuk menonton film hitam putih lain, Bacaterus juga punya rekomendasinya. Ada Review Elisa & Marcela hingga Review Film Netflix Malcolm & Marie (2021) dengan masing-masing kisah yang tak kalah menarik.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram