bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Raya and the Last Dragon (2021)

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Raya and The Last Dragon
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Seorang gadis muda melakukan perjalanan ke empat wilayah untuk mengumpulkan pecahan permata naga dan mencari keberadaan naga terakhir demi mengembalikan kejayaan masa lalu bangsanya juga demi memusnahkan roh jahat yang menghancurkan kehidupan umat manusia.

Raya and the Last Dragon adalah film animasi petualangan produksi Walt Disney Animation Studios yang mengambil referensi dari kebudayaan bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Film karya sutradara Don Hall dan Carlos Lopez Estrada ini dirilis pada 5 Maret 2021 di lebih dari 2000 bioskop Amerika dan di Disney+ Premier Access akibat dari pandemi Covid-19 di seluruh dunia.

Sebagai warga Indonesia yang merupakan salah satu negara di Asia Tenggara, tentunya kita sangat antusias menyambut kehadiran film ini yang sangat kita harapkan akan menampilkan budaya suku dari negara kita sebagai salah satu referensi dalam filmnya. Penasaran dengan film ini? Simak review kami berikut ini.

Sinopsis

raya-and-the-last-dragon-1_

Raya, putri mahkota dari suku Heart, melakukan perjalanan mencari ujung sungai yang dipercaya sebagai tempat keberadaan Sisu, naga terakhir yang pernah menyelamatkan Kumandra dari Druun, roh jahat yang merusak kehidupan umat manusia dan mengubah mereka menjadi patung batu 5000 tahun yang lalu. Druun muncul kembali 6 tahun silam dan membuat Chief Benja, ayah Raya, dan warganya menjadi patung.

Di ujung sungai terakhir yang dicarinya, di wilayah suku Tail, Raya berhasil memanggil Sisu untuk hadir. Mereka kemudian keluar dari tempat itu karena dikejar oleh Namaari, putri mahkota suku Fang. Raya dan Sisu berhasil lolos dari kejaran Namaari dengan menumpang perahu restoran milik Boun, bocah entrepreneur dari suku Tail.

Mereka menuju wilayah suku Talon untuk mencari kepingan lainnya. Permata naga di tangan Raya sempat dicuri oleh sekelompok penipu yang dipimpin oleh seorang bayi bernama Little Noi. Sisu hampir saja dijebak untuk menjadi makanan Druun oleh kepala suku Talon yang jahat, tapi berhasil diselamatkan oleh Raya di waktu yang tepat, dan mereka juga berhasil merebut kepingan permata naga yang dicari.

Dengan bergabungnya Little Noi dan kelompoknya, mereka menuju wilayah suku Spine. Mereka harus berhadapan dengan seorang ksatria bernama Tong yang ternyata adalah orang terakhir dari sukunya yang selamat dari serangan Druun. Namaari dan pasukan datang mengepung mereka, tetapi Tong membantu mereka kembali ke perahu sementara Raya maju menghadapi Namaari.

Saat Raya tersudut dalam pertarungan, Sisu hadir di hadapan Namaari yang membuatnya terpana, karena dia sendiri adalah pemuja Sisu dan sebenarnya memiliki harapan yang sama dengan Raya tentang masa depan bangsa mereka. Mereka berhasil lolos dan sekarang menuju wilayah suku Fang yang memiliki pertahanan yang kuat.

Sisu mengajukan ide untuk bersekutu dengan Namaari untuk mendapatkan kepingan terakhir permata naga daripada merebutnya dengan kekuatan mereka. Setelah mengutus Little Noi dan kelompoknya untuk mengirimkan kalung naga kepada Namaari, esok harinya dia datang menemui Raya dan Sisu. Masih ada sedikit keraguan di hati Raya yang membuatnya menyerang Namaari.

Panah Namaari terlepas dari tangannya dan menembus badan Sisu yang membuat Sisu terjatuh ke danau dan tewas. Air danau seketika mengering dan membuat Druun merangsek masuk ke dalam wilayah suku Fang. Raya dan teman-temannya berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan warga suku dengan menggunakan kepingan permata naga di tangan mereka.

Hingga pada akhirnya mereka tidak bisa lagi menghalangi kekuatan Druun. Raya teringat cerita Sisu waktu dulu dia bisa memusnahkan Druun, yaitu dengan rasa saling percaya. Raya kemudian menyerahkan permata naga di tangannya kepada Namaari yang kemudian diikuti oleh teman-teman lainnya. Sayangnya, mereka semua kemudian tidak bisa menghindari Druun dan menjadi patung.

Saat permata naga sudah menyatu kembali, seketika kekuatannya mendatangkan hujan dan membuat Druun musnah. Efeknya, semua orang yang menjadi patung kembali normal, termasuk bangsa naga yang selama ribuan tahun telah menjadi patung. Begitupun Sisu hidup kembali.

Raya kembali ke sukunya dan menemukan ayahnya sudah kembali normal. Sisu pun turut hadir dan membawa seluruh perwakilan dari setiap suku untuk bersatu kembali menjadi satu bangsa yang besar, Kumandra.

Cerita Berdasarkan Budaya Asia Tenggara

raya-and-the-last-dragon-2_

Sejak diumumkan pada Agustus 2019, Raya and the Last Dragon mengundang antusiasme penikmat film animasi, khususnya kita di Asia Tenggara, karena diinformasikan bahwa “dongeng” Disney kali ini akan mengambil referensi dari kebudayaan Asia Tenggara. Adele Lim, yang pernah sukses sebagai screenwriter film Crazy Rich Asians (2018), dipercaya sebagai penulis naskah untuk film berdurasi 1 jam 47 menit ini.

Screenwriter berkewarganegaraan Malaysia itu kemudian dibantu oleh Qui Nguyen, screenwriter Amerika keturunan Vietnam, yang baru bergabung di tahun 2020 untuk semakin mengentalkan budaya Asia Tenggara yang diharapkan.

Hasilnya adalah jalan cerita yang menarik yang dilengkapi dengan elemen-elemen yang detail dari sumber beberapa suku di Asia Tenggara, contohnya adalah topi yang dipakai Raya identik dengan topi khas Filipina, gaya bertarung Raya dan Namaari tampak seperti silat khas Melayu, dan peliharaan sekaligus tunggangan Raya bernama Tuk Tuk seperti nama kendaraan di Thailand.

Bahkan nama Raya pun diambil dari bahasa Melayu yang berarti perayaan. Dan kita akan dibuat kagum dengan desain kostum yang dikenakan oleh suku-suku dan para karakternya yang sepertinya menggabungkan banyak pakaian daerah dari banyak suku di Asia Tenggara.

Keseimbangan Animasi yang Indah dengan Detail yang Realistis

raya-and-the-last-dragon-3_

Film animasi Disney selalu berhasil menyuguhkan gambaran yang indah dan seolah hidup dengan tingkat kedetailan yang tinggi. Begitupun yang mereka tampilkan di film Raya and the Last Dragon ini. Selain lansekap lokasi yang indah layaknya sinematografi film non-animasi yang bisa membuat kita terkagum-kagum, kedetailan gambaran para karakternya juga sangat baik.

Sisu yang diceritakan adalah seekor naga air, tentu membuat unsur air mendominasi gambaran di setiap adegan di film yang saat produksi para animatornya bekerja dari rumah dan saling berkomunikasi dengan Zoom ini. Kehalusan penampilan Sisu dengan bulu-bulu yang lepek saat terkena air, penggambaran hujan dan keindahan penuh warna saat Sisu menapaki rintik-rintik hujan sungguh mempesona.

Dan puncak keindahan itu tersaji menjelang akhir film dimana para naga yang hidup kembali bersatu dan membuat derasnya hujan sangat indah dengan tari-tarian mereka. Megah, seperti pesta penutupan Olimpiade.

Tapi yang membuat animasi film ini berbeda dari film-film Disney sebelumnya adalah kedetailan penggambaran suku-suku dan kota-kota yang mereka huni berdasarkan referensi budaya Asia Tenggara. Bangunan, pasar, topografi dan lain-lainnya seolah telah berhasil membuat kita yakin jika film ini berlokasi di sub-benua Asia yang kita tinggali ini.

Pengisi Suara yang Mampu Menghidupkan Para Karakternya

raya-and-the-last-dragon-4_

Raya and the Last Dragon didukung oleh para aktor dan aktris yang berhasil menghidupkan karakter mereka dengan sangat baik. Kelly Marie Tran yang berdarah Vietnam mengisi suara karakter Raya yang merupakan putri mahkota dengan keahlian silat yang baik dan memiliki keteguhan hati yang kuat. Berkat animasi yang sangat bagus dalam menggambarkan ekspresi wajah, Raya tampak sangat hidup.

Lalu ada Awkwafina, artis berdarah Cina-Korea, yang suaranya sangat lucu dan sangat sesuai dengan karakter Sisu. Meski tampak konyol, tapi dia mampu menempatkan intonasi yang tepat sehingga tidak membuat Sisu terlalu komikal. Begitu juga dengan aktris keturunan Cina, Gemma Chan sebagai Namaari, yang berhasil menampilkan kesan perasaan yang tertekan karena ambisi ibunya.

Begitu juga pengisi suara lainnya yang menjaga ritme film dengan baik berkat sumbangan suara khas mereka. Satu karakter yang sangat menggemaskan ialah Little Noi yang lincah dan tidak takut dengan musuh yang dihadapi. Semua karakter yang mewakili suku masing-masing ini memiliki latar belakang yang sama, yaitu mereka kehilangan anggota keluarga karena keganasan Druun.

Dengan kisah yang menyiratkan pesan moral tentang rasa percaya, saling memaafkan dan keberanian ini, Raya and the Last Dragon menjadi suguhan komplit yang sangat layak ditonton oleh seluruh anggota keluarga. Dipastikan, selagi anak-anak menyukai animasi dan kelucuan karakternya, kita yang lebih dewasa akan terkesan dengan pesan moral yang nanti akan diajarkan kepada anak kita.

Tidak hanya itu, pesan persatuan juga didengungkan sepanjang film yang menjadi tujuan utama Raya dalam misinya mengumpulkan kepingan permata naga. Sifat yang tidak egois dan jiwa patriotisme Raya menjadi salah satu elemen positif film, selain itu Raya menjadi “putri Disney” yang tidak terlibat asmara di dalam ceritanya, tidak seperti “putri” lainnya.

Menyandang cap certified fresh dari Rotten Tomatoes, tentunya film ini menjadi wajib masuk daftar tonton kita. Pendapatan yang tidak maksimal di peredaran bioskopnya, hanya meraup $54 juta di Amerika dan $75 juta dari negara lain, sebenarnya karena terkendala adanya pandemi Covid-19. Tidak usah tunggu lama lagi, langsung simak film ini sekarang juga!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram