bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Rasuk 2, Misteri di Balik Sebuah Kematian

Ditulis oleh Suci Maharani R
Rasuk 2
3.1
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Isabella berusaha menghilangkan kemampuan untuk melihat berbagai hal-hal gaib di sekitarnya. Mahasiswi kedokteran forensik ini, kerap diganggu dengan sosok-sosok menyeramkan saat ia melakukan coas. Ada sosok yang berusaha untuk tinggal di tubuhnya, sosok misterius mengatakan ingin mengungkapkan sebuah dosa yang penuh misteri.

Masih dalam satu universe, kisah yang ada dalam Rasuk 2 (2020) tetap ditulis oleh Risa Saraswati. Meski tidak terlalu memiliki hubungan dengan film pertamanya, sosok Isabella adalah adik kandung Inggrid dari grup “Putri Sejagat”. Kisah yang fresh ini membuat film besutan sutradara Rizal Mantovani terasa lebih baik, terutama dari kualitas alur dan aktingnya.

Sebenarnya gangguan seperti apa sih yang kerap dirasakan oleh Isabella, selama ia menjadi coas di rumah sakit? Untuk mengetahui kisah selengkapnya, kamu bisa membaca sinopsis dan review film Rasuk 2 (2020) hanya di Bacaterus.

Sinopsis

Review Rasuk 2

“Isabella.. ketika kamu tidak sadar, di situ lah aku akan tinggal”

Tak ingin terus menerima gangguan dari sosok-sosok aneh yang kerap dilihatnya sejak kecil, Isabella mencari cara untuk mengatasi hal ini. Dari buku yang dibacanya, Isabella berpikir bahwa fenomena yang dilihatnya terjadi karena ia mengidap Efek Barnum. Sebuah penyakit yang membuatnya berhalusinasi, menganggap semua deskripsi di otaknya nyata.

Isabella memilih untuk melakukan pengobatan untuk mengurangi penglihatan ini, gadis ini secara teratur menemui seorang psikolog. Awalnya lewat berbagai terapi dan obat-obatan yang diresepkan berhasil membuat Isabella lebih tenang. Namun pasca melakukan praktek otopsi pada salah satu jenazah yang tidak dikenal, Isabella kerap mendapatkan teror aneh.

Tidak hanya di rumah sakit, Isabella kerap melihat sosok perempuan itu hadis di kamar hingga kehidupan sehari-harinya. Bahkan suatu malam, Isabella yang sedang tertidur tiba-tiba kerasukan dan hampir mencelakai Radja. Isabella tidak tahu apa yang terjadi, yang jelas ia merasa ada sosok perempuan yang terus mengikutinya.

Hari demi hari, sosok itu terasa semakin dekat dengannya dan membuat Isabella merasakan keanehan Kenapa sosok itu terus mengganggunya? Isabella membuat penelitiannya sendiri dengan menyambungkan penampakan yang dilihatnya dengan hasil otopsi. Bersama dengan Radja, Isabella mulai mencari tahu mengenai sosok hantu tersebut, ia ingin mengetahui mengenai detail-detailnya.

Ditengah-tengah usahnya mencari tahu mengenai siapa sosok Mrs. X yang pernah diotopsinya, langkah Isabella terhenti. Pembimbingnya merasa muak dengan sikap gadis itu, di sisi lain sosok itu meminta Isabella untuk tidak menyerah. Gadis ini melihat sekelebat kejadian yang menimpa Mrs. X, Isabella yakin ada hal janggal dari tewasnya sosok perempuan tidak dikenal ini.

Isabella menelaah semua laporan dan tidak mengindahkan permintaan pembimbingnya, hingga seorang gadis mendatanginya. Isabella mengenal sosok itu, gadis bernama Daya itu mengatakan bahwa ia adalah sahabat dari Dara atau Mrs. X. Di tempat lain, Radja terlihat cemas dan kebingungan, saat Alma dan Nesya mengatakan seorang gadis berambut panjang mendatangi Isabella.

Daya mengisahkan bahwa Radja bukanlah sosok pria seperti yang dipikirkan oleh Isabella. Daya mengungkapkan hubungannya dengan Radja dan Dara di masa lalu. Isabella yang mendengar hal ini merasa sangat shock, ia tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Daya. Apakah benar Radja adalah dalang dibalik kematian Mrs. X atau Dara?

Alurnya Lebih Rapi, Jumpscare-nya Lumayan Mengagetkan

Alurnya Lebih Rapi, Jumpscare-nya Lumayan Mengagetkan

Jika harus berkata jujur, saya akan mengatakan lebih menikmati menonton Rasuk 2 (2019) dibandingkan dengan Rasuk 1 (2018). Kenapa bisa begitu? Alasannya karena saya lebih menyukai alur dan premis cerita yang diangkat di sekuelnya ini. Meski ceritanya masih ditulis oleh Risa Saraswati, ternyata sutradara dan penulis skenario sangat mempengaruhi kualitas ceritanya.

Skenario untuk Rasuk 2 (2019) ditulis oleh Haqi Achmad dan Baskoro Adi, sementara filmnya disutradarai oleh Rizal Mantovani. Fyi, Rizal Mantovani adalah sutradara untuk trilogi Kuntilanak (2006-2007), 5 cm (2012) dan Bulan Terbelah di Langit Amerika (2015-2016).

Memiliki opening yang membingungkan, awalnya saya pesimis untuk menikmati cerita yang diberikan. Pasalnya tidak ada intro mengenai apa yang sedang terjadi, film ini dibuka dengan adegan otopsi yang penuh darah. Tapi secara perlahan alurnya semakin jelas, setiap karakter baru yang hadir membawa kisah yang saling berhubungan.

Mulai dari kehadiran sosok pria bernama Radja di hidup Isabella, lalu korban tidak dikenal yang meneror Isabella hingga sosok Daya. Tiga karakter tadi datang dengan cerita dan motif masing-masing, tapi di akhir semuanya menjadi satu cerita yang saling berhubungan. Alur tadi diperkuat dengan jumpscare yang cukup mengagetkan, sehingga membuat tensi horornya meningkat.

Sebenarnya jumpscare ini sudah diperlihatkan dari trailer-nya, tapi efek suara yang mengagetkan membuat tensi horornya meningkat. Alhasil penonton tidak hanya kaget dengan penampakan hantunya saja, tapi kaget dengan efek suaranya juga. Hanya saja esensi Rasuk di film ini rasanya kurang kuat, karena Isabella hanya dirasuki sebanyak dua kali dan tidak sedramatis di film pertamanya.

Development Karakternya Kurang Maksimal

Development Karakternya Kurang Maksimal

Mengganti cerita dan para pemerannya, bagi saya hal ini menjadi keputusan yang sangat tepat. Bagi saya Nikita Willy terlihat jauh lebih ekspresif dan memiliki penjiwaan karakter yang baik. Saya bisa melihat berbagai ekspresi yang diperlihatkan oleh Nikita sebagai Isabella. Bagaimana perempuan itu stres dan terkejut, dengan kemampuannya yang bisa melihat penampakan.

Nikita Willy jelas bisa meningkatkan emosi para penonton, saya cukup terhanyut dengan aktingnya yang terlihat natural. Hal ini juga diperkuat dengan kualitas akting dari Achmad Megantara, yang memiliki dua pesona sebagai pria manis dan psikopat. Development karakter keduanya terlihat sangat baik, mereka menunjukkan perubahan yang signifikan dari awal hingga akhir.

Tapi untuk karakter lainnya, saya sangat menyayangkan kenapa karakter Alma dan Nesya tidak dimasukan dalam plot. Karakter sahabat dari Isabella ini hanya menjadi figuran yang tidak memiliki pengaruh untuk alurnya. Padahal akan lebih menyenangkan jika mereka bisa dimasukan kedalam alur cerita, sehingga unsur persahabatan dari film pertama juga terasa di sini.

Begitu pula untuk karakter Dara dan Daya, sebenarnya saya berharap ada kisah yang lebih dari keduanya. Setidaknya tunjukkan seberapa baik hubungan mereka hingga insiden di villa terjadi, sehingga perubahan karakter mereka semakin terasa. Tapi saya paham kenapa hal ini tidak terjadi, karena film ini hanya memiliki durasi sekitar 85 menit saja.

Ada Banyak Detail yang Menguatkan Cerita

Ada Banyak Detail yang Menguatkan Cerita

Hal lainnya yang ingin dipuji sekaligus saya dikomentari, saya sangat mengapresiasi usaha mereka untuk memberikan detail. Seperti yang kita ketahui, Isabella adalah dokter forensik yang sedang coas di sebuah rumah sakit. Alih-alih hanya memperlihatkan stetoskop dan jubah dokter, mereka memperlihatkan adegan bagaimana para dokter mengotopsi mayat.

Di bagian pembuka filmnya terlihat cukup jelas, ketika dokter pembimbing memulai membedah tubuh mayat. Ada adegan pemotongan kulit dan pengeluaran jantung dari tubuh mayat, semua ini terlihat cukup realistis dengan efek darah. Meski adegan otopsi ini kurang rapi, setidaknya ada kemajuan dan research yang dilakukan untuk memberikan kesempurnaan.

Lalu adegan kekerasan yang dilakukan oleh Radja, saya menyukai pendekatan karakternya. Tapi sangat disayangkan, adegan kekerasan ini hanya dilakukan begitu saja dan terlalu sederhana. Radja hanya mengejar, memukul dan meninju kekasihnya, sehingga sisi psikopatnya kurang terasa. Sebenarnya saya berharap adegan ini dibuat lebih serius, dengan adegan kekerasan yang lebih kejam.

Kalau soal sinematografi, jujur saja Rasuk 1 (2018) jauh lebih memanjakan mata para penonton. Rasuk 2 (2019) terasa kurang memiliki art, tapi sisi aesthetic-nya lumayan bagus. Hal ini terlihat dari desain rusun dengan desain kamar seperti apartemen. Apalagi luas ruangan rusun tersebut agak kurang masuk akal, tapi hal ini sepadan untuk mengganti keindahan alam dari film pertamanya.

Memiliki cerita dan pemeran baru, Rasuk 2 (2019) terbukti memberikan perubahan signifikan. Kualitas cerita, alur hingga akting para pemerannya jauh lebih baik dari film pertamanya. Rizal Mantovani berhasil menyelamatkan film ini dari kesalahan yang sama, meski masih belum sempurna.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram