showpoiler-logo

Sinopsis & Review Profile (2018), Ketegangan di Depan Laptop

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Profile
3
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Seorang jurnalis Inggris mengambil tugas berbahaya untuk meliput proses perekrutan wanita asal Eropa untuk dijadikan bagian dalam perjuangan kelompok teroris di Suriah. Dengan membuat akun medsos palsu, dia berhasil menarik perhatian salah satu pejuangnya yang kemudian semakin lama melibatkan perasaan, meski dia menyadari ancaman kepadanya sangatlah besar.

Profile adalah film thriller karya Timur Bekmambetov yang dirilis oleh Focus Features pada 14 Mei 2021 setelah sebelumnya tayang perdana di Berlin International Film Festival pada 17 Februari 2018. Film dengan presentasi unik ini memang sederhana, tetapi tetap bisa menimbulkan ketegangan dari berbagai aspek dalam ceritanya.

Sudah siap menelusuri dunia maya untuk menuntaskan misi pencarian fakta yang sangat berbahaya? Simak review berikut ini terlebih dahulu.

Sinopsis

sinopsis_

Amy Whittaker mulai membuat akun Facebook baru sebagai umpan untuk menarik perhatian para pejuang ISIS. Dia membagikan video-video tentang perjuangan ISIS yang tersebar di internet.

Semua ini dia lakukan untuk mendapatkan berita tentang proses perekrutan wanita Muslim dari Eropa ke dalam ISIS, salah satunya adalah gadis dari Inggris yang kini berada di Suriah, bernama Taylor.

Amy hanya diberikan waktu yang sedikit untuk meliput berita ini. Tiba-tiba, ada salah satu akun menyapanya. Perbincangan singkat di chat, lalu berlanjut ke Skype, di mana Amy harus memakai hijab karena untuk menjaga penyamarannya sebagai wanita yang baru saja masuk Islam.

Bilel, pejuang ISIS yang menghubunginya, ternyata pernah tinggal di London sebelum pindah ke Suriah. Semakin hari, komunikasi mereka semakin intens seiring kuatnya rayuan Bilel untuk mengajak Amy, yang menyamar menggunakan nama Melody Nelson, ke Suriah dan menjadi istrinya.

Setiap hari, mereka selalu menjadwalkan percakapan di Skype di mana tanpa sepengetahuan Bilel, Amy merekamnya dan menghubungkannya ke perangkat lain milik teknisi dari kantornya, Lou.

Amy merasa semakin dekat dengan Bilel untuk mendapatkan informasi proses perekrutan dari Eropa menuju Suriah, tapi karena perbincangan mereka yang akrab, hati Amy pun mulai terlibat dan merasa nyaman berbincang dengan Bilel. Salah satunya ketika mereka berbicara tentang ibu mereka yang sudah sama-sama wafat tanpa mereka sempat mengucapkan permintaan maaf.

Saking dekatnya, Amy sampai mengunjungi toko permen yang menjadi tempat favorit Bilel saat masa kecilnya dahulu di London.

Saat berbicara melalui Skype, Bilel sedang berada di jalan dan ingin mengakhiri pembicaraan tapi selalu ditahan oleh Amy yang hatinya sedang berbunga-bunga. Tiba-tiba terdengar suara ledakan dahsyat dan Bilel terjatuh di jalan. Amy histeris menyadari bahwa Bilel sudah tewas.

Pikiran Amy menjadi kacau. Dia bahkan tidak ingin mengirimkan hasil liputannya ke kantor meski sudah didesak oleh atasannya, bahkan kekasihnya, Matthew, mulai tidak nyaman dengan pekerjaan Amy dalam liputan berbahaya ini. Amy pun sempat salah menuliskan status di Facebook pribadinya, bukan di akun palsu bikinannya yang mengundang amarah Matthew.

Tiba-tiba Bilel menghubungi lagi dengan menampilkan video dirinya terbaring di lantai seperti orang mati. Ternyata Bilel hanya bercanda.

Hubungan mereka kembali intens dan Amy memutuskan untuk menjalani proses pertemuan dengan Bilel di Suriah. Bilel kemudian memberikan rincian teknis, di mana Amy harus terbang ke Amsterdam terlebih dahulu.

Amy sampai di Amsterdam dan menghubungi Bilel kembali untuk langkah selanjutnya. Bilel berkata bahwa besok Amy harus terbang ke Urfa dan nanti akan dijemput di sana olehnya. Tapi kemudian Bilel mengubah rencana yang membuat Amy bingung. Bilel menyerahkan teknis penjemputan kepada rekannya.

Sudah sejauh ini, apakah keputusan yang akan diambil oleh Amy? Apakah dia akan kembali ke London atau justru melanjutkan rencana untuk menemui Bilel?

Akankah penyamarannya diketahui oleh Bilel? Apakah Amy berani untuk mempublikasikan hasil investigasinya? Untuk mendapatkan jawabannya, kalian harus menonton film yang semakin menegangkan ini hingga akhir.

Menggunakan Format Screenlife

screenlife_

Sutradara Timur Bekmambetov yang angkat nama lewat dwilogi kisah vampire di film Night Watch (2004) dan Day Watch (2006), seringkali dianggap sebagai pencetus penuturan terbaru di dunia sinema, yaitu menyuguhkan film lewat layar komputer yang kini dinamakan dengan istilah Screenlife, sebagai bagian dari sub-genre horror atau thriller.

Kita dikejutkan saat pertama kali film Unfriended (2014) muncul. Ketegangan demi ketegangan pembunuhan dihadirkan dengan hanya memperlihatkan layar komputer saja di sepanjang film.

Bekmambetov meningkatkan lagi tensi dan kualitas film jenis ini lewat Searching (2018), sehingga membuat kita benar-benar terperangah seolah sedang menyaksikan fakta nyata di depan mata.

Begitu pun ketika kita menyimak film berdurasi 1 jam 46 menit ini, kita disuguhkan kenekatan seorang jurnalis untuk mendapat berita dari pihak yang dikenal kekejamannya oleh seluruh dunia. Tentu saja ketegangan baru mengemuka menjelang akhir film, tapi semua tidak akan terasa apabila atmosfer tidak dibangun sejak awal.

Menonton film ini membuat kita sedikit iri dengan betapa cepatnya Amy mencari berita, menggunakan software dan aplikasi yang ada di komputernya, dan tentu saja akses internet yang cepat.

Tidak kalah dengan Amy, Bilel yang sedang perang di Suriah pun tidak gagap dengan teknologi, karena memang dia adalah perekrut yang beraksi di dunia maya. Layar komputer adalah sisi sinematografi film ini.

Berdasarkan Buku Non-Fiksi

NON FIKSI

Satu hal yang membuat film sederhana seperti ini terasa menegangkan adalah fakta bahwa kisah yang diceritakan dalam film ini diangkat dari sebuah buku non-fiksi berjudul In the Skin of Jihadist karya Anna Erelle. Itu menceritakan langkah demi langkah yang dilakukannya untuk mengungkap proses perekrutan wanita Muslim Eropa untuk menjadi bagian dari ISIS di Suriah.

Anna juga menggunakan nama samaran Melody yang sama digunakan oleh Amy di dalam film. Meski ada beberapa cerita yang merupakan dramatisasi saja, tapi sebagian besar langkah Amy yang dipaparkan dalam film sama seperti yang dilakukan Anna dahulu, salah satunya adalah terbang ke Amsterdam demi bisa mencapai Suriah dan bertemu dengan pejuang ISIS penghubungnya.

Anna sampai saat ini menggunakan nama samaran dan disembunyikan keberadaannya terkait ancaman dari ISIS setelah bukunya terbit. Kita pun dibuat sangat tegang dengan ancaman yang disebar Bilel untuk Amy di akhir film.

Investigasi Tanpa Persiapan

investigasi_

Berhasil menampilkan jenis film dengan gaya penuturan baru yang menggunakan pendekatan teknologi sebagai bagian utamanya, memang membuat kita terkesima. Apalagi jika kita menonton film ini di komputer atau laptop, seolah-olah kitalah yang menjadi tokoh utamanya. Perspektif seperti ini bisa dengan mudah membuat penonton terikat kepada kisah dalam film.

Tapi sayangnya naskah yang ditulis oleh Bekmambetov, Britt Poulton dan Olga Kharina ini memiliki banyak lubang dalam cerita yang jika didalami akan terasa cukup mengganggu.

Sosok Amy sebagai jurnalis terlihat ceroboh dengan memulai investigasi tanpa ada persiapan yang cukup dan baru mempelajari semuanya secara singkat ketika Bilel ingin memulai percakapan lewat Skype.

Meski bisa dimaklumi, karena diceritakan Amy bukanlah jurnalis tetap melainkan seperti freelancer bagi Vick, tapi setidaknya dia tidak boleh gegabah, mengingat berita yang ingin digalinya bersumber dari pihak yang dikecam oleh seluruh dunia.

Amy mempelajari menggunakan hijab dan hal-hal lain seputar wanita yang baru masuk Islam secara singkat hanya dari video-video di YouTube saja.

Setidaknya, karakter Amy dipaparkan dalam banyak segi dan cukup menyentuh ketika dia bercerita tentang hubungan kurang baik dengan ibunya.

Selain mendekatkan diri dengan Bilel, Amy juga harus membayar tagihan yang sudah jatuh tempo, hubungan yang renggang dengan kekasihnya, tekanan pekerjaan, juga kecanggungannya dengan teknisi berdarah Arab yang membantunya.

Profile menjadi tambahan baru lagi dalam khazanah perfilman era modern, terutama di film berjenis Screenlife ini. Dengan mudah kita dibuat larut dan terpaku dengan apa yang dilakukan tokoh utamanya dalam beraksi menggunakan komputernya untuk segala hal, meski banyak celah yang berpotensi mengurangi tensi film.

Bagi kalian yang sudah terkesan dengan film Unfriended dan Searching, maka film Profile ini tidak boleh dilewatkan. Tagline film “The connection is virtual, the danger is real” memang benar-benar menggambarkan isi film secara keseluruhan. Segera tonton dan persiapkan diri kita dengan ketegangan yang bersumber dari ancaman di dunia maya ini.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram