showpoiler-logo

Sinopsis & Review Pride and Prejudice, Cinta Beda Kasta

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Pride and Prejudice
4.3
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Elizabeth Bennet merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Dia suka sekali membaca hingga punya pandangan dan pola pikir berbeda. Walau tidak mendapat pendidikan formal karena kemiskinan keluarga, Lizzie tetap bisa percaya diri. Hingga suatu hari dia bertemu dengan pemuda kaya raya bernama Mr. Darcy.

Sikapnya sangat dingin dan kaku hingga mengusik Lizzie dan membuat mereka kerap berselisih. Namun, siapa sangka, Darcy dan segala kelebihannya jatuh cinta pada gadis dari keluarga miskin. Bisakah Darcy mengubah pandangan Lizzie tentangnya? Bisakah mereka bersama menghadapi banyak hal?

Sinopsis

Elizabeth Bennet (Keira Knightley) terlihat sedang membaca buku sambil berjalan menikmati suasana di sekitar rumah. Adik-adiknya, Lydia Bennet (Jena Malone) dan Kitty Bennet (Carey Mullgian) sepertinya sedang berada dalam suasana hati yang baik karena riang berlarian di dalam rumah, mengacuhkan sang kakak Jane Bennet (Rosamund Pike). Rupanya Lydia dan Kitty menguping pembicaraan kedua orangtua mereka tentang seorang pemuda single kaya raya bernama Charles Bingley (Simon Woods).

Mrs. Bennet (Brenda Blethyn) begitu antusias membicarakan Bingley dan berharap bisa menjodohkannya dengan salah satu putri mereka. Berita baik datang karena pada pesta dansa besok, Tuan Bingley akan hadir. Esoknya semua terlihat bergembira di pesta dansa, apalagi Lydia dan Kitty, sementara Elizabeth dan Jane menikmati pesta dari pinggir.

Tak lama tiga orang datang dan seketika membuat orang-orang berhenti berdansa. Mereka adalah Caroline Bingley (Kelly Reilly), Mr. Darcy (Matthew Macfadyen), dan Mr. Bingley sendiri. Darcy datang dengan alis mengkerut sehingga cukup menarik perhatian Elizabeth. Mr. Darcy berpenghasilan 10 ribu per tahun dan pemilik dari separuh tanah di Derbyshire. Orang-orang di sana memberi jalan untuk mereka.

Saat melewati Elizabeth, Darcy sedikit menoleh, tetap dengan ekspresinya yang dingin. Mrs. Bennet tidak membuang-buang waktu untuk mengenalkan putri-putri mereka pada Mr. Bingley dan rombongan. Dia langsung membawa Elizabeth, Jane dan Mary Bennet (Talulah Riley) ke hadapan mereka. Kebetulan di sana juga ada Charlotte Lucas (Claudie Blakley), teman Elizabeth dan Jane, yang turut diperkenalkan oleh sang ayah. 

Di antara tiga orang itu, hanya Mr. Bingley yang menyambutnya dengan tersenyum. Jane dan Elizabeth kemudian mendapat kesempatan untuk berbincang dengan Mr. Bingley. Sejurus kemudian Jane berdansa dengan si pemuda kaya raya tersebut. Sementara itu, Elizabeth yang ditinggalkan sendiri berusaha mengajak Mr. Darcy berdansa tapi ditolak.

Menjauh dari pesta bersama Charlotte Lucas, Elizabeth menguping pendapat Bingley dan Darcy tentang dirinya dan Jane. Jane disebut sebagai wanita tercantik oleh keduanya, sementara Elizabeth dianggap tidak menarik oleh Darcy. Elizabeth dan Charlotte kembali menikmati pesta. Begitu halnya dengan Jane yang masih berdansa dengan Bingley sebelum pemuda itu berpindah pasangan ke  Charlotte. Bingley dan Charlotte saling memuji sebelum musik akhirnya berhenti.

Bingley kembali memuji Charlotte sebagai gadis yang menyenangkan di depan Elizabeth dan Jane tapi Mr. Bennet yang ada di sana menimpali bahwa dia kurang cantik dan Jane jauh lebih cantik. Pendapatnya membuat Elizabeth dan Jane merasa tak enak pada mereka. Lizzie buru-buru memotong pembicaraan sang ibu dan menggantinya dengan topik lain. Rupanya topik tersebut tampak menarik minat Mr. Darcy.

Esok harinya topik mengenai Mr. Bingley masih jadi pembicaraan yang hangat di keluarga Bennet. Jane kemudian terlihat menerima surat dari Netherfield Hall yang ternyata adalah undangan makan malam dari Caroline Bingley bukan dari Charles Bingley karena si tuan akan makan malam di luar. Hal ini sepertinya cukup mengganggu Mrs. Bennet.

Jane pun pergi ke kediaman Bingley dan tampaknya cukup lama tinggal di sana karena dia mengabarkan lewat surat bahwa dirinya belum bisa pulang karena flu. Lizzie kemudian pergi menyusul sang kakak. Sesampainya di sana, Darcy dan sedang makan dengan Caroline terlihat kaget melihat kedatangan Lizzie hingga spontan berdiri.

Kini, Caroline, Bingley, Darcy dan Lizzie berada di satu ruangan. Perbincangan tentang wanita cakap mengalir di antara mereka bertiga sementara Lizzie mendengarkannya sambil membaca. Lizzie menilai bahwa standar kecakapan seorang wanita bagi Darcy terlalu tinggi.

Caroline menimpali dengan syarat wanita cakap menurutnya, yaitu harus pintar bermusik, bisa menyanyi, menggambar, berdansa dan tahu banyak bahasa. Darcy menambahkan bahwa wanita cakap adalah yang banyak membaca untuk menambah wawasan. Lizzie yang ketika itu sedang membaca buku segera menutup bukunya.

Dua orang ini mulai sering beradu pendapat. Darcy yang dingin, kaku dan terkesan sombong mengusik Lizzie. Tak lama, Mr. Bennet dan tiga putrinya yang lain mengunjungi rumah tersebut untuk menjemput Jane dan Lizzie. Selama bertamu, Lydia dan Kitty tetap dengan sikap mereka yang centil sementara Mary lebih diam. Dia juga tidak begitu suka dengan ide pesta yang akan digelar Mr. Bingley.

Sesampainya di rumah, keluarga Bennet disibukkan dengan kabar kedatangan Mr. Collins (Tom Hollander). Dia adalah saudara jauh mereka sekaligus pewaris rumah yang kini ditempati keluarga Bennet. Suasana makan malam dengan kehadiran Mr. Collins tampak kaku. Lelaki itu tak henti bicara, termasuk mengenai Lady Catherine de Bourgh (Judi Dench) yang disebut-sebut sebagai sponsornya.

Cerita berlanjut saat Mr. Collins terang-terangan membahas calon istri sekaligus menyatakan ketertarikannya pada Jane terhadap Mrs. Bennet. Tanpa basa-basi wanita pertama keluarga Bennet tersebut menyampaikan bahwa putri tertuanya akan bertunangan dengan orang lain. Dia lalu menjodohkan Mr. Collins dengan sang putri kedua, Lizzie, dan disetujui olehnya. Lalu akankah Lizzie juga setuju dengan rencana sang ibu?

Kisah Keluarga dengan Lima Anak Perempuan

Premis dalam film Pride and Prejudice (2005) cukup sederhana yaitu mengangkat kisah satu keluarga besar yang memiliki lima anak perempuan. Tumbuh dewasa, putri-putri tersebut mulai menghadapi pilihannya masing-masing, termasuk pasangan dan menikah. Berangkat dari sini, cerita dalam film mengalir dengan konflik-konflik seputar kebimbangan, penerimaan dan penolakan.

Memiliki lima anak putri di dalam keluarga jadi satu perhatian sendiri, apalagi itu terjadi di abad ke 18. Agenda yang dibicarakan berputar pada rencana tentang perjodohan dan pernikahan. Anda akan diajak melihat kegelisahan semacam itu di dalam cerita film ini. Benarkah anak perempuan hanya ‘bisa’ dinikahkan?

Baca juga: Rekomendasi Film yang Mirip dengan “Little Women”

Angkat Tema Perempuan dan Pernikahan

Sepanjang dua jam lebih, Anda akan disuguhi sebuah cerita yang sarat dengan isu-isu mengenai perempuan, seperti standar perempuan yang dinilai cakap oleh orang-orang tertentu, pilihan hidup perempuan dan pernikahan. Pusat cerita dalam film ini adalah perempuan dan dunianya.

Anda akan melihat bahwa melalui film ini kecakapan seorang perempuan dinilai dari kemampuan yang didapat dari proses belajar. Pada abad 18, perempuan yang bisa bermain piano, bisa menggambar dan terpelajar adalah perempuan cakap. Jika tidak memenuhi hal tersebut, perempuan dianggap tidak pantas. Standar yang berpatokan pada hal-hal semacam itu masih terjadi hingga sekarang, bukan?

Film ini juga memperlihatkan pandangan perempuan mengenai pernikahan, bahwa prosesi tersebut bisa sangat mendebarkan dan antusias untuk ditunggu, tapi di sisi lain bisa menjadi ancaman bagi kebebasan perempuan itu sendiri. Namun, oleh beberapa perempuan lainnya, pernikahan juga dianggap sebagai cara untuk menyelamatkan diri dari keadaan yang tidak menyenangkan.

Penggambaran Karakter yang Cukup Jelas Sejak Awak

Pride and Prejudice (2005) tidak buang-buang waktu untuk sekadar mengenalkan karakter-karakternya. Sejak awal film Anda sudah dikenalkan dengan para karakter utama yang menonjol. Elizabeth Bennet atau Lizzie merupakan anak kedua dari keluarga Bennet yang suka membaca sehingga punya cara pandang lebih luas dibanding saudari-saudarinya yang lain.

Kemudian ada karakter Jane Bennet yang digambarkan berhati lembut, pemalu bahkan untuk mengungkapkan perasannya sendiri. Sementara pada karakter Mr. Darcy, Anda akan menemukan pengecualian karena character development untuknya sangat menarik. Di awal Anda akan digiring untuk beranggapan bahwa Darcy adalah pria yang kaku dan dingin, tapi di pertengahan pandangan terhadap karakter ini akan berubah.

Film Romantis Bergaya Victorian

Hal menarik lainnya dari film Pride and Prejudice (2005) adalah penggambaran suasana abad 18 ketika banyak elemen bernuansa Victorian diperlihatkan secara detail. Dibungkus menggunakan dialog beraksen British yang kental, nuansa Inggris zaman dulu sangat terasa melalui kostum, gaya rambut, gaya arsitektur pada bangunan, lukisan-lukisan megah hingga gaya hidup yang sangat menggemari pesta.

Kisah cinta pada film ini jadi semakin terasa romantis pula berkat musik-musik instrument berupa suara piano yang dimainkan. Unsur scoring jugaturut membangun kisah romantis antara Lizzie dan Darcy dan itu semua akan membuat Anda semakin menikmati film ini.

Pride and Prejudice (2005) dengan durasinya yang panjang akan mengesankan Anda secara keseluruhan. Mulai dari jalinan cerita, karakter-karakter, setting tempat, terutama jika Anda menyukai film-film bernuansa Inggris tempo dulu. Pastikan Anda tak boleh melewatkan akting Keira Knightley di sini. Sudah siap menyaksikan kisah cinta Lizzie dan Darcy?

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram