showpoiler-logo

Sinopsis & Review Pinocchio (2022), Remake Animasi Klasik Disney

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Pinocchio
1.9
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Siapa yang menyangka boneka kayu ciptaan Geppetto bisa hidup? Bahkan pembuatnya pun terheran-heran dibuatnya. Dia bahagia sekaligus khawatir dengan hidupnya boneka bocah yang diberinya nama Pinocchio itu.

Dan ternyata, Pinocchio sangat berharap dirinya bisa menjadi manusia seutuhnya dengan menempuh petualangan dalam menjalani tiga sifat utama yang disyaratkan oleh Blue Fairy.

Pinocchio adalah film fantasi musikal karya Robert Zemeckis yang dirilis di Disney+ pada 8 September 2022. Merupakan remake live-action dari film animasi klasik Disney yang dirilis pada tahun 1940, film ini menampilkan banyak bintang papan atas Hollywood, terutama Tom Hanks.

Namun, muncul tanda tanya besar, mengapa film ini tidak ditayangkan di bioskop terlebih dahulu? Apakah kualitas film ini sedikit kurang baik?

Simak review berikut untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, serta ulasan mendalam tentang film yang kisahnya diambil dari buku The Adventures of Pinocchio ini.

Baca juga: 20 Film Disney Terbaru untuk Ditonton Bersama Keluarga

Sinopsis

Sinopsis

Tahun 1895. Di sebuah desa kecil di Italia, hiduplah Geppetto seorang diri. Dia hanya ditemani oleh kucing peliharaan bernama Figaro dan ikan hias bernama Cleo.

Saat seekor belalang bernama Jiminy Cricket masuk ke rumahnya, Geppetto sedang menyelesaikan boneka tali ciptaannya yang dibuat mirip dengan mendiang putranya. Sebelum tidur, dia memanjatkan doa kepada bintang jatuh.

Keajaiban pun datang. Boneka yang diberi nama Pinocchio itu pun hidup. Blue Fairy datang menyempurnakan keajaiban itu.

Dia memberikan syarat kepada Pinocchio apabila dia ingin menjadi manusia seutuhnya, yaitu dia harus berani, jujur dan tidak egois. Blue Fairy juga menunjuk Jiminy sebagai hati nurani Pinocchio agar tetap berada pada jalan yang benar.

Geppetto sangat terkejut ketika mendapati Pinocchio hidup dan bisa berbicara. Dia seketika itu sangat bahagia. Setelah beberapa hari, Geppetto mengizinkan Pinocchio untuk pergi ke sekolah seperti anak kecil lainnya.

Di perjalanan, Pinocchio bertemu dengan seekor rubah bernama Honest John dan rekannya, Gideon si kucing. Honest John bilang bahwa Pinocchio harus menjadi terkenal agar bisa menjadi manusia. Jiminiy dengan bantuan Sofia si burung camar berusaha membujuk Pinocchio agar tetap ke sekolah. Dan mereka pun berhasil.

Tapi sayangnya, di sekolah Pinocchio tidak diterima karena dia hanyalah sebuah boneka. Honest John membujuk Pinocchio sekali lagi dan mengurung Jiminiy di dalam toples kaca agar tidak bisa mengikuti Pinocchio.

Hari mulai malam, Geppetto pun resah karena Pinocchio tidak kunjung pulang. Bersama Figaro dan Cleo, dia mencari Pinocchio ke sekolah. Namun mereka gagal menemukan Pinocchio di sana.

Pinocchio tampil dalam pertunjukan boneka milik Stromboli. Dia berteman dengan Fabiana dan bonekanya, Sabina. Mereka tampil bagus.

Namun Stromboli justru mengurung Pinocchio di dalam sangkar burung agar tidak bisa melarikan diri. Jiminy yang terbebas dari toples kaca mengikuti iring-iringan kereta Stromboli dan menemui Pinocchio.

Demi bisa mencapai kunci sangkar, Pinocchio harus berbohong agar hidungnya menjadi panjang. Mereka berhasil bebas. Namun Pinocchio terbawa kereta kuda milik Coachman yang penuh dengan anak kecil. Mereka semua menuju Pleasure Island, dimana anak kecil bebas melakukan apa saja.

Namun ternyata, anak-anak itu diubah menjadi keledai setibanya di pulau itu setelah diberi minuman. Telinga Pinocchio pun berubah menjadi telinga keledai dan dia tumbuh ekor.

Sementara itu, Geppetto menemukan selebaran tentang Pleasure Island. Menduga Pinocchio pasti ke tempat itu, Geppetto pun langsung pergi ke pulau tersebut.

Pinocchio dan Jiminiy berhasil melarikan diri dari pulau itu dan kembali ke rumah. Namun mereka tidak menemui Geppetto, bahkan seluruh jam dinding kesayangannya pun tidak ada yang tersisa. Sofia bilang bahwa Geppetto menjual semua jamnya agar bisa membeli perahu untuk menuju Pleasure Island.

Bisakah Pinocchio mengejar Geppetto sebelum sampai di pulau mengerikan itu? Lalu, dengan cara apa Pinocchio hendak menyusul ayahnya itu? Simak terus keseruan petualangan Pinocchio hingga selesai dan temukan jawabannya yang penuh dengan keharuan.

Visualisasi yang Mempesona

Visualisasi yang Mempesona

Robert Zemeckis adalah sutradara yang populer berkat trilogi Back to the Future. Tapi di film Pinocchio ini, bukan kehandalannya dalam mengolah film sci-fi yang hendak ditonjolkan, melainkan keahliannya dalam memadukan animasi dengan manusia. Who Framed Roger Rabbit (1988) adalah salah satu karyanya di bidang ini.

Lalu kemudian dia membuat terobosan baru di bidang animasi dengan membesut film The Polar Express (2004), Beowulf (2007) dan A Christmas Carol (2009). Ketiga film itu menampilkan hasil rekayasa animasi para pemerannya yang dimasukkan ke dalam dunia animasi secara utuh yang menakjubkan.

Dan kemampuannya ini dia tampilkan lagi di film Pinocchio dengan balutan teknologi terbaru. Tidak ada perbedaan antara pemeran manusia dan karakter animasinya. Seolah memang mereka hidup secara nyata.

Karakter Pinocchio tampak hidup dan penggambarannya sangat mirip dengan yang ada di film versi tahun 1940 lalu. Tidak hanya karakternya, bahkan latar lokasi yang kental dengan polesan animasi, juga terlihat nyata. Terutama adegan di Pleasure Island.

Cerita Klasik yang Dibuat Kurang Bernyawa

Cerita Klasik yang Dibuat Kurang Bernyawa

Namun sayangnya, keindahan visualisasi film berdurasi 1 jam 45 menit ini tidak diiringi dengan suguhan jalan cerita yang bisa dinikmati.

Memang tidak ada yang berubah dengan alur kisahnya, karena film ini tetap setia dengan cerita dalam film tahun 1940 juga buku aslinya. Namun, ritme film yang dibuat cepat dan dinamis justru menghilangkan beberapa elemen inti dari ceritanya sendiri.

Salah satu yang mencolok adalah kisah hidung Pinocchio yang menjadi panjang jika berbohong. Di dalam cerita aslinya, Pinocchio berkali-kali berbohong hingga membuat hidungnya panjang dan kemudian kembali seperti semula setelah dia berkata jujur.

Namun di film ini, kisah hidung Pinocchio hanya dihadirkan di satu adegan saja! Cukup mengherankan, karena justru kisah hidung Pinocchio ini sudah sangat masyhur di kalangan anak kecil yang mengenal karakter boneka bocah dari Italia ini.

Dan kebohongan Pinocchio disini dibuat sebagai unsur kesengajaan dalam arti positif, yaitu untuk mencapai kunci sangkar burung dimana dia disekap.

Dengan begitu, pesan moral yang menjadi inti petualangan mencari jati diri Pinocchio ini menjadi bias dan tidak berkesan. Kebohongan ini dibuat seolah adalah tindakan yang boleh dilakukan selama digunakan di jalan yang benar.

Padahal kejujuran adalah salah satu syarat mutlak dalam hidup manusia dan kebohongan adalah dosa. Hal ini juga sempat disinggung oleh Blue Fairy.

Performa Apik Para Pemeran dan Pengisi Suaranya

Performa Apik Para Pemeran dan Pengisi Suaranya

Tapi untungnya, film yang melangsungkan syuting di Cardington Film Studios ini memiliki para pemeran dan pengisi suara yang tampil dalam performa yang bagus.

Tom Hanks sebagai Geppetto berhasil membawakan keriangan, kerinduan dan rasa cinta yang besar dari sosok seorang ayah. Sementara Benjamin Evan Ainsworth menampilkan keluguan Pinocchio lewat suaranya.

Jiminy Cricket yang menjadi narator dan sudut pandang cerita film ini dibawakan dengan sangat menarik dan menyegarkan oleh Joseph Gordon-Levitt.

Uniknya, Tom Hanks dan Joseph Gordon-Levitt sebelumnya pernah bermain di film-film terbaik arahan Robert Zemeckis. Tom Hanks di Forrest Gump (1994) dan Cast Away (2000), sedangkan Joseph Gordon-Levitt di film The Walk (2015).

Namun yang paling mencuri perhatian dan tampil paling apik adalah Keegan-Michael Key sebagai Honest John si rubah merah. Dia tampil penuh kesigapan sebagai sosok antagonis yang komikal, sehingga memompakan sedikit energi yang nyaris hilang dari film ini secara keseluruhan.

Pinocchio memang bukanlah salah satu proyek remake animasi Disney ke versi live-action terbaik. Kualitasnya masih jauh dari Cinderella (2015), The Jungle Book (2016), Beauty and the Beast (2017), Aladdin (2019), dan The Lion King (2019). Bahkan juga dari film Mulan (2020) yang sama-sama langsung dirilis di Disney+.

Mungkin karena kualitasnya yang bermasalah inilah yang membuat Disney tidak merilisnya di bioskop. Film ini seolah tampil tidak percaya diri, padahal telah didukung nama-nama populer di semua lini.

Tapi bagi kalian yang merupakan fans Disney sejati, Pinocchio harus masuk daftar film yang wajib ditonton. Sudah tersedia di Disney+ Hotstar, jangan sampai dilewatkan, ya!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram