bacaterus web banner retina

Review & Sinopsis Peter Rabbit, Kisah Kelinci Nakal Berbaju Biru

Ditulis oleh Siti Hasanah
Peter Rabbit
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Untuk yang suka nonton film 3D live action seperti Christopher Robin, Paddington Bear, Mowgli: Legend of the Jungle, pasti tahu film yang satu ini, Peter Rabbit yang sekuelnya baru saja dirilis tahun ini. Peter Rabbit merupakan film 3D live action yang berdasarkan karakter dalam buku berjudul The Tales of Peter Rabbit yang ditulis oleh Beatrix Potter.

Tokoh utamanya adalah seekor kelinci bernama Peter yang suaranya diisi oleh James Corden, seorang aktor, host TV, komedian juga penyanyi asal Inggris. Sedangkan tokoh manusianya diperankan oleh Domhnall Gleeson dan Rose Byrne yang juga akan muncul di sekuel keduanya. Kalau penasaran seperti apa filmnya, yuk baca dulu reviewnya berikut ini!

Baca juga: Sinopsis & Review Paddington, Petualangan Beruang di London

Sinopsis

Sinopsis
  • Tahun Rilis: 2018
  • Genre: Comedy, Fantasy, Adventure, Kids & Family
  • Produksi: Olive Bridge Entertainment, Animal Logic Entertainment
  • Sutradara: Will Gluck
  • Pemeran: Domhnall Gleeson, Rose Byrne, James Corden, Elizabeth Debicki, Daisy Ridley, Sam Neill, Margot Robbie

Peter Rabbit menceritakan kisah mengenai Peter dan saudara-saudaranya yang kembar tiga Flopsy, Cottontail dan Mopsy serta sepupunya Benjamin Bunny. Mereka tinggal di sebuah kota kecil yang bernama Bowness-on-Windermere. Di sana mereka berteman dengan Bea, seorang perempuan juga pelukis yang baik hati. Bea sangat suka kelinci dan sering melukis mereka.

Berbanding terbalik dengan Bea adalah Mr. McGregor. Dia yang bertetangga dengan Bea tersebut sangat tidak suka kelinci karena Peter dan saudara-saudaranya suka mencuri sayur-sayuran dan buah-buahan yang ada di kebun rumahnya. Bahkan ayah Peter juga mati dibunuh oleh dirinya saat hendak mengambil sayuran di kebunnya karena Peter dan adik-adiknya kelaparan.

Seperti biasa hari itu Peter berusaha untuk mengambil sayuran di kebun Mr. McGregor. Dibantu saudara-saudaranya, Peter masuk ke dalam kebun dan hampir sukses mengambil sayuran tapi kemudian sempat tertangkap. Untungnya dia bisa melarikan diri, tapi jaket biru yang menjadi pakaiannya tersangkut di kawat dan terpaksa dia harus melepaskannya untuk bisa kabur.

Mr. McGregor dengan sengaja memajang baju birunya sebagai jebakan. Peter pun masuk untuk mengambil baju itu. Sayangnya Peter tertangkap dan saat terjadi pergumulan, tiba-tiba Mr. McGregor tersungkur.

Ternyata dia terkena serangan jantung dan meninggal dunia. Peter dan teman-temannya pun langsung berpesta dan mengambil semua sayuran bahkan masuk ke dalam rumahnya.

Sayangnya pesta Peter tidak bertahan lama karena tiba-tiba datang seorang pria muda ke dalam rumah tersebut. Pria itu adalah keponakan buyut dari Mr. McGregor yang bernama Thomas. Dia tinggal di London dan bekerja di Harrods sebelum akhirnya dipecat. Thomas yang suka keteraturan merasa tidak suka melihat keadaan rumah milik paman buyutnya.

Rumah sang paman buyut itu rencananya akan dijual oleh Thomas saat tahu harga jualnya tinggi agar dia bisa membeli toko mainan di dekat tempat kerjanya dulu, Harrods.

Ternyata tak beda dari paman buyutnya, Thomas juga tidak suka dengan Peter dan teman-temannya. Sempat bertemu Bea yang memintanya untuk membuka pintu kebunnya, Thomas malah menutupnya rapat-rapat.

Peter dan Benjamin kembali beraksi. Mereka berencana menyelinap lagi ke kebun Thomas tapi kali ini gagal. Benjamin tertangkap dan sempat akan dibuang ke sungai tapi berhasil diselamatkan oleh saudara-saudara Peter. Thomas malah menjatuhkan teropong pemberian Bea. Dia murka dan langsung membeli peralatan untuk menyingkirkan Peter dan saudara-saudaranya.

Bea dan Peter saling jatuh cinta Ini membuat Peter murka. Dia tidak ingin Bea direbut oleh Thomas. Peter menyatakan perang dengan Thomas.

Aksi saling balas pun terjadi sampai akhirnya peledak yang akan digunakan oleh Thomas meledak dan menghancurkan tempat tinggal Peter dan rumah Bea. Bea yang menyaksikan hal ini berpikir Thomas yang melakukannya sehingga meninggalkan dirinya.

Mereka pun berpisah, Thomas kembali ke London sebelum akhirnya dibawa kembali oleh Peter karena merasa bersalah. Bea yang akan pergi akhirnya tidak jadi dan rumah Thomas pun tak jadi dijual. Bea dan Thomas bersama lagi dan impian Thomas membuka toko mainan terkabul. Peter dan teman-temannya sekarang boleh masuk ke kebun Thomas.

Adaptasi yang Tak Mengikuti Cerita Bukunya

Adaptasi yang Tak Mengikuti Cerita Bukunya

Meskipun Peter Rabbit diadaptasi dari cerita The Tale of Peter Rabbit, tapi film yang disutradarai Will Gluck dan naskahnya ditulis bersama dengan Rob Lieber tak sepenuhnya mengikuti cerita dalam buku. Hanya di 10 menit pertama saja yang sama dengan cerita versi buku. Ini tak mengherankan karena cerita bukunya cukup pendek.

Versi Gluck dibuat lebih kekinian dengan burung yang rapping atau kelinci yang twerking. Selain itu ada juga musik dari Rachel Platten dan Vampire Weekend. Bagi sebagian orang mungkin ini dirasa kurang pas.

Selain itu, latar belakang orang tua peter yang begitu mengerikan sepertinya tidak cocok untuk ditonton anak-anak. Meski ini sebuah lompatan tapi rasanya lompatan ceritanya terlalu jauh.

CGI dengan Fotorealistik yang Mengesankan

CGI dengan Fotorealistik yang Mengesankan

Film yang merupakan produksi Amerika Serikat dan Australia ini produksinya nampak sangat bagus. Latar belakang live-action-nya terlihat alami, yang mengambil tempat di Lake District, Inggris dan juga Sydney, Australia. Setting-nya membuat dunia dalam cerita karya Beatrix Potter terlihat indah.

Sementara itu CGI di film ini menghasilkan fotorealistik yang mengesankan. Misalnya saja bulu kelinci yang bergerak-gerak saat diterpa angin pedesaan yang lembut terlihat meyakinkan. Tokoh Peter pun terlihat menyatu dengan tokoh manusia yang berperan dalam film itu. Ini mungkin seperti tokoh beruang dalam film Paddington Bear.

Referensi Adegan dari Film Lain

Referensi Adegan dari Film Lain

Beberapa adegan dalam film ini sepertinya mengambil referensi dari film lain. Ingat burung terbang yang bernyanyi? Itu adalah salah satunya. Gaya burung-burung penyanyi yang rap yang meluncurkan tomat seperti granat tangan sambil melompat melintasi layar ke samping, itu adalah gaya Bayhem alias gaya ledakan dari sutradara Michael Bay.

Selain itu adalah gaya jalan Peter dan saudara-saudaranya saat jalan dengan gaya slo-mo seperti gangster dalam film “Reservoir Dogs”. Untuk adegan tokoh babi dan ayam jantan yang berkokok yang hampir sama seperti dalam adegan film “Babe”.

Lelucon yang Diulang-Ulang

Lelucon yang Diulang-Ulang

Beberapa lelucon sepertinya menjadi favorit sehingga diulang-ulang oleh sutradara. Contoh paling menonjol adalah adegan ayam jago yang berulang-ulang mengulang hal yang sama tiap pagi saat matahari terbit.

Komentar Peter saat mencemooh jaket cokelat Benjamin karena terlalu "serasi" dengan bulunya yang berwarna sama. Itu juga diucapkan berkali-kali. Ada juga adegan rusa yang selalu mematung saat berhadapan dengan mobil. Ini juga diulang berkali-kali. 

Pengisi Suara Peter yang Kurang Pas

Pengisi Suara Peter yang Kurang Pas

Beberapa kritikus mengomentari pengisi suara untuk Peter. Peter yang digambarkan sebagai kelinci kecil yang nakal dan menggemaskan ini membutuhkan suara yang lebih menyenangkan dan agak nakal. Mungkin suaranya dari Tom Holland dengan sedikit kenakalan dalam suaranya juga kekanak-kanakan dan sedikit insecure.

James Corden memang aktor yang baik tapi dia usianya sudah 43 tahun dan salah satu kepribadiannya adalah kepercayaan diri yang tinggi bahkan agak angkuh.

Sepertinya pilihan sutradara untuk pengisi suara Peter agak aneh karena Peter jadi terdengar lebih dewasa dan cukup matang untuk tahu mana yang baik dan buruk. Ini menjadikan tokoh Peter jadi tidak menarik.

Kontroversi Alergi Blackberry

Kontroversi Alergi Blackberry

Film ini menimbulkan kontroversi pada minggu pertama rilisnya. Beberapa kelompok di beberapa negara mengkritiknya film ini karena mengolok-olok "gangguan alergi". Mereka sampai menyerukan agar Sony sebagai salah satu produsen film dan juga distributornya meminta maaf.

Fokus dari kritik mereka adalah pada adegan saat Thomas McGregor, yang diketahui memiliki alergi terhadap blackberry, justru malah dilempari dengan blackberry yang diluncurkan ke mulutnya oleh Peter dan saudara-saudaranya. Gara-gara menelan blackberry, Thomas menderita reaksi alergi yang membutuhkan penggunaan epipen-nya.

Sony pun merespon kritik tersebut dengan menerbitkan sebuah pernyataan yang menyebutkan bahwa mereka dengan tulus menyesal tidak lebih sadar dan peka terhadap masalah ini. Mereka pun benar-benar minta maaf.

Menurut salah satu kritikus film Robbie Collin, adegan tersebut mengerikan dan bukan karena alergi tidak dapat disentuh secara komedi, tapi karena itu membuat Peter jadi karya film yang sangat buruk.

Menonton Peter Rabbit memang menyenangkan, terutama saat menyaksikan CGI-nya. Semua hewan-hewan itu terlihat begitu nyata. Setting-nya juga menawan, sebuah pedesaan di Inggris yang begitu damai membuat orang ingin tinggal di sana.

Harus diakui film ini mengandung beberapa adegan kekerasan yang sepertinya kurang cocok untuk ditonton oleh anak kecil karena mereka akan menirunya. Tapi semuanya kembali lagi pada penonton. Apakah kamu sudah cukup puas dengan film Peter Rabbit ini?

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram