bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Perfect Strangers, Handphone Jadi Bom Waktu

Ditulis oleh Suci Maharani R
Perfect Strangers
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Punya sahabat karib yang menemani sejak kecil memang jadi keberuntungan yang luar biasa. Tapi, apakah kamu yakin sudah mengenal sahabatmu dengan baik?

Fakta inilah yang akan kamu temukan saat menonton film Indonesia berjudul Perfect Stranger (2022). Remake dari film karya Paolo Genovese ini akan menunjukkan realita kehidupan masyarakat urban Indonesia yang cukup vulgar.

Untuk versi Indonesianya, film ini digarap oleh sutradara Rako Prijanto dan diproduseri oleh Frederica. Sementara untuk jajaran pemerannya, film ini dibintangi oleh tujuh selebriti papan atas Indonesia seperti Vino G. Bastian, Adipati Dolken, Jessica Mila hingga Darius Sinathrya. Meski tampil sangat menjanjikan, ternyata ada beberapa hal yang terasa miss dari film viral ini.

Mau tahu hal apa yang bikin filmnya terasa kurang memuaskan? Biar nggak penasaran lagi, kamu bisa membaca sinopsis dan ulasan Perfect Stranger (2022) hanya di Bacaterus.

Sinopsis

perfect strangers-2_

“Hampir semua rahasia kehidupan kita itu, adanya di sini (handphone) – Enrico”

Enrico (Darius Sinathrya) dan Eva (Nadine Alexandra) berniat membuat pesta housewarming, pasca mereka pindah ke apartemen barunya.

Di tengah-tengah persiapan, pasangan dokter bedah plastik dan psikolog ini dipusingkan dengan perilaku putri mereka. Emosi Eva tersulut, saat mengetahui putrinya yang beranjak dewasa berpacaran dengan pria yang tidak karuan.

Di rumah lain, ada Imelda (Clara Bernadeth) yang mengkritik ibu mertuanya saat melihat anak-anaknya berleha-leha di rumah. Hal ini membuat sang suami Wisnu (Adipati Dolken) yang seorang pengacara kondang, kesal karena sikap sang istri pada ibunya.

Sementara pasangan pengantin baru, Anjas (Deni Sumargo) dan Kesha (Jessica Mila) terlihat penuh gairah, karena ingin segera mendapatkan anak.

Satu-satunya sosok paling santai dalam kerumunan ini adalah Tomo (Vino G. Bastian). Guru olahraga yang berbadan gempal ini, hanya diketahui memiliki kekasih yang bernama Daniela.

Makan malam di bawah gerhana bulan ini terasa sangat meriah dan menyenangkan. Berawal dari membicarakan perselingkuhan salah satu teman mereka, Eva mencetuskan sebuah permainan gila.

Wanita ini ingin menguji kejujuran dan kepercayaan semua orang dengan membaca semua chat, telepon email, dan apapun yang masuk bersama-sama.

Awalnya banyak orang yang merasa keberatan. Namun ego masing-masing membuat mereka tidak ingin terlihat kalah dan payah. Permainan aneh ini pun dimulai dan secara perlahan ketegangan menghantui tujuh orang di meja makan ini.

Awalnya semua terasa baik-baik saja, hingga satu persatu masalah muncul. Berawal dari prank Enrico pada Anjas, rencana operasi payudara Eva hingga usaha Wisnu bertukar hp dengan Tomo.

Dari sini, topik perbincangan dan pemikiran setiap orang yang terlalu gamblang membuat tensi menjadi naik. Ketegangan membludak pada pasangan Wisnu dan Imelda. Karena kebodohannya bertukar hp dengan Tomo secara diam-diam, Wisnu malah dikira sebagai seorang gay.

Rahasia Imelda yang diam-diam mencari panti jompo untuk ibu Wisnu, benar-benar menghancurkan perasaan pria itu.

Tak hanya itu, teman dunia maya Imelda yang memintanya mengirimkan foto celana dalamnya membuat hubungan Imelda dan suaminya hancur. Sementara itu, Enrico dan Eva akhirnya bisa memahami isi hati masing-masing yang membuat hubungan mereka lebih baik.

Di sisi lain, hubungan pengantin baru Kesha dan Anjas, setiap waktunya terasa semakin bergejolak. Bukan karena cinta, tapi Anjas ternyata diam-diam berselingkuh dibelakang Kesha.

Lebih gilanya lagi, wanita yang jadi selingkuhan Anjas adalah orang yang dikenalnya. Tak hanya itu, wanita itu sampai mengandung anak Anjas yang membuat Kesha semakin muak.

Sementara untuk Tomo, pria ini akhirnya mengakui bahwa dirinyalah yang Gay, bukan Wisnu. Tomo merasa kecewa dengan reaksi sahabat-sahabatnya, terutama Anjas.

Tomo merasa sakit hati saat Anjas mengatakan ia “najis” berteman dengan seorang gay. Tomo juga berkata bahwa ia ingin melindungi Deni dari pandangan sinis para sahabatnya.

Menurutnya, arti cinta adalah ketika kita berusaha keras melindungi orang yang kita cinta dari hal buruk. Itulah kenapa Tomo tidak mau mengatakan orientasi seksualnya dan membawa Deni.

Open minded yang dikatakan teman-temannya hanya omong kosong belaka. Berkat permainan bodoh ini, setiap orang yang ada di meja makan ini malah berakhir saling bunuh dan menjatuhkan.

Adaptasi yang Pas dengan Realita di Indonesia

perfect strangers-3_

Menonton Perfect Stranger (2022) membuat saya merasa dejavu, pasalnya film ini seperti membuat penontonnya masuk sebagai salah satu karakternya.

Dalam persahabatan masyarakat urban, rasanya sudah tidak aneh melihat sosok paling mencolok atau paling disisihkan. Namun yang membuat persahabatan ini terasa unik, adalah kehadiran sebuah telepon genggam saja.

Berbagai masalah yang dibawa oleh telepon genggam ini terasa sangat sensitif, vulgar, dan dekat dengan realita banyak orang.

Salah satu yang paling menonjol dalam film ini adalah isu perselingkuhan dan masalah-masalah yang terjadi di rumah tangga tiga pasangan ini. Mulai dari kehadiran mertua yang bikin hubungan renggang, hingga mencari teman maya untuk mendapatkan gairah baru.

Selain itu ada pula problematika sulitnya mengontrol anak yang sedang puber di zaman serba bebas ini, hingga perselingkuhan yang dilakukan oleh si playboy dalam empat bersahabat ini.

Jujur saja, kepekaan sutradara dan penulis cerita akan isu-isu rumah tangga seperti ini memang jadi nilai utama. Apalagi di akhir, mereka juga menambahkan isu mengenai seorang gay yang tidak bisa jadi dirinya sendiri.

Sikap Tomo yang pasrah menerima berbagai diskriminasi ketika semua orang tahu bahwa dirinya gay ini memang pasti banyak terjadi di Indonesia.

Saya sangat mengapresiasi riset yang dilakukan oleh sutradara Rako Prijanto dan penulis Alim Sudio dalam membuat ceritanya. Apalagi alurnya dibangun dengan cukup rapi dan memberikan ketegangan dan kejutan dengan level yang berbeda-beda.

Penampilan Pemeran Utamanya yang Luar Biasa

perfect strangers-4_

Perfect Stranger (2022) membuat saya sangat terkejut dengan kualitas akting dari seluruh pemerannya. Untuk Adipati Dolken, Darius Sinathrya, dan Denny Sumargo, saya sudah sering melihat akting mereka.

Dalam film ini, ketiganya menampilkan karakter masing-masing dengan sangat baik dan meyakinkan. Mereka menunjukkan kepribadian yang sejalan dengan profesi masing-masing.

Adipati Dolken yang memerankan karakter seorang pengacara kondang digambarkan sebagai sosok yang memang berpikir cepat dan selalu bisa memutar perkataan.

Sedangkan untuk Denny Sumargo yang berprofesi sebagai pengusaha, sikapnya sombong dan selalu membual soal peluang bisnis. Kenyataannya, Anjas malah menjerumuskan sahabatnya ke bisnis bodong yang merugikan.

Tapi karakter para perempuan dalam film ini, mulai dari Nadine Alexandra, Jessica Mila, dan Clara Bernadeth terlihat sangat menjanjikan.

Saya cukup kaget dengan kualitas akting mereka yang berhasil mengimbangi kebrilianan para pria. Terutama untuk Nadine Alexandra, bagi saya aktingnya lebih matang dan pembawaan karakternya benar-benar anggun.

Sementara untuk Vino G. Bastian, sangat disayangkan kenapa pihak produksi memaksakan sang aktor memakai makeup prostetik.

Kalau aktingnya sih, memang tidak perlu diragukan lagi. Tapi visual yang ditampilkannya terasa sangat mengganggu. Terlihat sekali penampilannya dibuat-buat, bahkan dari cara Tomo berjalan saja sudah terlihat kalau penampilannya palsu.

Hal-Hal yang Terasa Agak Mengganggu

perfect strangers-5_

Secara keseluruhan, sebenarnya saya sangat menyukai alur cerita yang disampaikan oleh Perfect Stranger (2022).

Film ini menunjukkan, bahwa orang yang kita anggap kenal ternyata memiliki sisi lain yang sangat mengejutkan. Tapi, ada satu hal yang membuat saya merasa kurang puas, yaitu ending ceritanya yang terasa di cut begitu saja dan bikin penonton tanda tanya.

Lalu untuk kualitas audio, entah mengapa saya merasa ada beberapa gerakan bibir dan audio yang tidak sejalan.

Lalu untuk dialognya, pemilihan kata yang digunakan oleh Alim Sudio terasa agak kagok, karena mengkombinasikan bahasa baku dan modern. Contohnya penggunaan kata “toket”, agaknya kata ini terlalu dangkal untuk tipe pertemanan kelas menengah ke atas.

Lalu untuk sinematografi, bisa dikatakan 70% gambar yang diberikan dalam film ini terlihat baik. Hanya saja ada beberapa editing yang terasa nanggung, contohnya saja soal visualisasi langit dari apartemen.

Saya sendiri merasa background tersebut terlihat sekali buatan dan bukan langit asli. Detail-detail kecil ini, sebenarnya bikin rasa excited saya jadi menurun.

Itu dia ulasan singkat saya setelah menonton film Perfect Stranger (2022). Kini saya sadar kenapa film ini gagal tayang di bioskop. Mungkin karena alurnya terasa cukup vulgar.

Meski begitu, saya cukup menyukai kepekaan alur dan camera work di film garapan Rako Prijanto ini. Jadi, apakah kamu tertarik untuk menonton film ini? Bagikan jawabannya di bawah ini.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram