bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Perempuan Bergaun Merah, Urban Legend Asal Tiongkok

Ditulis oleh Suci Maharani R
Perempuan Bergaun Merah
3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Perempuan Bergaun Merah (2022) ikut menyemarakan bulan November dengan genre horor yang dibawanya. Saga ketiga dari film Sebelum Iblis Menjemput (2018-2020) ini, mungkin terkesan biasa saja.

Sejujurnya hal ini memang tidak salah, toh dari sisi alur dan premisnya memang sangat sederhana. Hanya membicarakan sosok hantu perempuan berbaju merah yang hadir di mimpi Tatjana Saphira.

Tapi alur yang lekat dengan kebudayaan masyarakat Tionghoa di Indonesia ini, terasa berbeda berkat kehadiran Refal Hady. Aktor tampan yang sedang naik daun ini, akhirnya memberikan kualitas akting yang luar biasa dan bikin penonton kaget bukan main.

Dari sisi kualitas, bisa dikatakan bahwa film garapan William Chandra ini cukup standar dan ada beberapa hal yang kurang memuaskan.

Bagi kamu yang penasaran dengan kisah Tatjana Saphira dan Refal Hady dalam film Perempuan Bergaun Merah (2022). Kamu bisa mencari tahu informasi lengkap mengenai sinopsis dan ulasan filmnya hanya di Bacaterus.

Baca juga: 10 Film Horor Terbaik di Tahun 2022

Sinopsis

Sinopsis

Dinda (Tatjana Saphira) adalah sosok gadis muda yang sangat pendiam dan tidak mudah untuk bergaul dengan orang lain. Ia hanya tinggal bersama sang adik pasca kedua orang tuanya meninggal dan memiliki satu sahabat baik bernama Tara (Stella Cornelia).

Malam itu, Kara mengajak Dinda untuk bergabung bersamanya dan beberapa kawan lainnya pergi clubbing. Sebelum mereka pergi ke club, Gerry (Ibrahim Risyad), Rosa (Faradina Mufti) dan Marko (Aufa Assagaf) datang ke rumah Kara.

Tak lupa, mereka membawa Wisnu (Jordy Rizkyanda) untuk ikut berpesta miras di rumah Kara yang kosong. Tapi pesta miras ini malah membuat mereka kepayahan, pastinya semua orang mabuk berat dan hampir tidak sadarkan diri.

Malam itu Dinda memilih untuk pulang ke rumahnya, gadis ini merasa ketakutan karena Wisnu berusaha memperkosanya. Keesokan harinya, ibu Kara tiba-tiba menelponnya dan menanyakan keberadaan sang putri.

Dinda merasa bingung, pasalnya gadis ini juga tidak mengetahui kemana perginya Kara setelah malam itu berlalu. Sudah satu bulan lebih Kara menghilang tanpa jejak, hal ini membuat ibu Kara merasa sangat frustasi.

Wanita ini sampai nekat mendatangi paranormal dan hasilnya, paranormal itu mengatakan kalau Kara telah meninggal. Sebagai usaha terakhirnya untuk mencari keberadaan sang putri, ibu Kara meminta Dinda untuk menemuinya dan meminta gadis itu untuk mengakui segalanya.

Namun Dinda tetap bersikukuh, bahwa ia tidak mengetahui apapun dan sejak hari itu ibu Kara berjanji akan membalas dendam. Berawal dari mimpi buruk, Dinda mulai melihat sosok seorang wanita bergaun merah yang menyeramkan. Sejak saat itu, satu persatu teman-temannya yang ada di pesta mulai tewas dengan cara yang sangat mengenaskan.

Awalnya Wisnu ditemukan tewas dengan keadaan kepala terputus di elevator apartemennya. Dari video cctv yang tersebar luas, Dinda yakin bahwa Tara yang sudah membunuh Wisnu.

Namun ketiga temannya tidak percaya, hanya Putra (Refal Hady) kekasih dari Tara yang mempercayai Dinda. Teror dari perempuan bergaun merah ini semakin menjadi, ketika Gerry tewas dengan cara yang mengenaskan.

Tak tahan dengan gangguan yang terus dirasakannya, Dinda mengajak Rosa dan Putra untuk menemui paranormal. Dari sinilah mereka tahu bahwa Tara memang sudah tewas dan sosok yang menghantui mereka disebut dengan nama Nu Gui.

Dalam urban legend masyarakat Tionghoa, Nu Gui adalah perempuan yang bunuh diri mengenakan gaun merah dan berharap arwahnya bisa bangkit kembali.

Nu Gui akan membalaskan dendamnya dan tidak akan berhenti hingga semuanya terselesaikan. Bahkan hari itu Dinda juga bisa berkomunikasi dengan arwah Tara dan mengetahui apa yang terjadi padanya. Namun, sang paranormal telah dirasuki oleh arwah jahat itu hingga membuat Rosa terluka parah.

Mengikuti petunjuk yang diberikan sang paranormal, Dinda dan Putra pergi ke tempat dimana semuanya berawal untuk menemukan Tara.

Namun pemandangan yang dilihatnya sangat mengejutkan, ibu Tara ditemukan gantung diri menggunakan gaun merah. Berpikir semuanya telah berakhir, ternyata arwah perempuan bergaun merah itu hampir saja membuat adik Dinda menjadi korban.

Dinda berpikir bagaimana caranya untuk menemukan Tara, agar teror hantu perempuan bergaun merah ini berakhir. Hingga Dinda menyadari clue yang diberikan oleh Tara saat keduanya terhubung.

Dinda langsung pergi ke apartemen Tara dan bergegas pergi ke tangki air yang berada di rooftop. Benar saja, Dinda berhasil menemukan jasad Tara yang sudah membusuk di dalam tangki air.

Namun seseorang tiba-tiba memukul kepalanya dari belakang, ternyata orang itulah adalah Putra. Tapi kenapa Putra melakukan hal itu? Bahkan, pria ini sampai nekat menenggelamkan Dinda di tangki tersebut.

Tak hanya itu, Dinda juga mendengarkan suara Marko yang berdebat dengan Putra. Sebenarnya apa yang terjadi di antara Putra, Tara dan Marko?  

Lekat dengan Budaya Tionghoa

Lekat dengan Budaya Tionghoa

Salah satu hal yang membuat Perempuan Bergaun Merah (2022) terasa berbeda dengan kebanyakan film horor Indonesia adalah soal budayanya. Kebanyakan film horor Indonesia biasanya mengambil urban legend yang berkembang di tanah Jawa yang dekat dengan masyarakat.

Sementara untuk film garapan William Chandra ini, justru mengambil urban legend yang lekat dengan masyarakat Tionghoa Indonesia. Hal ini menjadi kelebihan, sekaligus nilai jual dari film Perempuan Bergaun Merah (2022).

Apalagi urban legend yang diangkat merupakan hal yang jarang banget diketahui orang awam. Sosok Nu Gui yang diadaptasi dalam film ini, menjadi urban legend yang bikin penonton penasaran. Mengutip dari China Beast and Legend, Nu Gui atau Hong Yi Nü Gui adalah sosok hantu mitologi yang penuh dendam.

Sosok ini dikisahkan sebagai perempuan yang melakukan aksi bunuh diri, setelah ia mengalami penyiksaan atau mengalami ketidakadilan selama hidup. Ada beberapa versi mengenai sosok ini, ada yang mengatakan memakai gaun merah atau putih.

Namun dari namanya Hong Yi Nü Gui, kata Hong Yi sendiri jika diterjemahkan langsung memiliki arti “baju merah”. Bahkan dari kisah yang berkebang, jika wanita itu bunuh diri dengan mengenakan pakaian warna merah maka besar kemungkinan ia akan jadi Nu Gui.

Dalam sejarah Tiongkok, warna merah adalah lambing kebahagiaan, keadilan dan kemulian. Ketika roh-roh yang memasuki alam bayangan memakai warna merah, maka mereka sering disalah artikan sebagai jiwa yang hidup.

Development Karakternya Mines, Refal Hady Jadi Kuncinya

Development Karakternya Mines, Refal Hady Jadi Kuncinya

Premis cerita yang di bawa oleh Prempuan Bergaun Merah (2022) memang terlihat sangat menarik dan berbeda. Sayangnya, saya tidak bisa memungkiri kalau development karakter yang ada dalam film ini terasa kurang memuaskan.

Hampir seluruh karakter pendukung dalam film ini, memiliki pengembangan karakter yang nanggung dan kurang meyakinkan bagi para penonton. Karakter paling buruk dalam film ini adalah Wisnu yang diperankan oleh Jordy Rizkyanda.

Lalu Marko yang diperankan oleh Aufa Assagaf, karakter ini dihilangkan begitu saja dan dimunculkan kembali di akhir. Alhasil bonding antara pemeran pendukung dan utamanya terasa kurang klop dan kuat. Setidaknya, penampilan Refal Hady dalam film ini berhasil menyelamatkan situasi dan filmnya.

Sang aktor membawakan karakter Putra dengan sangat baik dan begitu meyakinkan. Pembawaan karakternya terlihat sangat simpel dan tidak mencolok di awal. Namun di bagian akhirnya, Refal Hady memperlihatkan sosok yang berseberangan, bikin penonton kaget dan merinding.

Tak sendiri, Tatjana Saphira dan Dayu Wijanto juga tampil sangat menjanjikan dan luar biasa. Terutama untuk Dayu Wijanto, aktis senior ini berhasil mengambil spotlight dari dua pemeran utamanya. Penampilannya sebagai sosok ibu yang stres pasca ditinggalkan sang putri, terasa menyesakkan.

Penampilan akhirnya ketika ia hanya memakai pakaian dalam dengan rambut panjang yang terurai. Adegan ini bikin penonton merasa merinding, pasalnya sense klasik seperti ini memang jarang ditampilkan.

Alurnya Simpel, Meski Ada Banyak Plot Hole

Alurnya Simpel, Meski Ada Banyak Plot Hole

Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, alur film Perempuan Bergaun Merah (2022) memang sangat simpel. Tapi kalau ditelisik, sebenarnya cerita ini memiliki banyak plot hole dan terasa kurang mengalir lho.

Hal pertama yang bikin saya kurang puas, sutradara sekaligus penulis William Chandra kurang mengeksplore materi soal Nu Gui atau “Perempuan Bergaun Merah”.

Bagi saya, urban legend ini hanya pelengkap saja dari kejadian tragis yang menimpa Dinda dan Tara. Plot mengenai ibu Tara yang bunuh diri, lalu jadi Nu Gui memang sangat menarik.

Tapi, sosok perempuan bergaun merah yang kejam ini tiba-tiba hilang begitu saja di akhir. Kita tidak tahu, apakah dendamnya benar-benar terbalaskan atau tidak?

Plot hole lainnya, saya penasaran dari mana ibu Tara mengetahui mengenai Dinda, Wisnu, Gerry dan Rosa dalam pesta ini. Apalagi, notabennya Wisnu adalah orang baru dalam kelompok Tara.

Lalu, kenapa Marko tidak tersentuh hantu perempuan bergaun merah sama sekali? Kekurangan ini, membuat ceritanya terasa sangat standar, meski plot twist akhirnya memang berhasil bikin saya terkejut.  

Efek Visualnya Terasa Amatir dan Kurang Memuaskan

Efek Visualnya Terasa Amatir dan Kurang Memuaskan

Beralih ke kualitas filmnya, harus saya akui bahwa Perempuan Bergaun Merah (2022) memang tidak se-wah film horor lainnya. Dari segi sinematografi, bisa dikatakan gambar yang diambil terasa seperti cukup mencekam dengan mengandalkan cahaya natural.

Tapi ada kalanya saya terganggu dengan pencahayaannya, salah satunya saat ibu Tara mendatangi paranormal. Cahaya merah yang memang lekat dengan budaya Tionghoa ini, justru terasa agak mencolok dan kurang enak untuk dilihat.

Pengambilan gambarnya juga tidak ada yang benar-benar membuat saya kagum, bisa dikatakan sinematografinya cukup standar. Begitu juga dengan skoring dan tata suara, jujur tidak ada dialog dan background musik yang membekas di kepala saya.

Tapi yang bikin saya sangat terganggu adalah efek visualnya yang benar-benar terasa amatir dan kurang mulus. Hal ini bisa kamu temukan ketika adegan tewasnya Wisnu di elevator, potongan kepala hingga darah yang ditampilkan jelas tempelan.

Begitu pula dengan wajah ibu Tara sebelum prosedur kremasi, saya berpikir akan lebih baik jika mereka memakai makeup prostetik.

Inilah sinopsis dan review lengkap saya setelah menonton film Perempuan Bergaun Merah (2022). Jika harus membandingkan dengan Sebelum Iblis Menjemput (2018-2020), film ini memang lebih ringan.

Premis utamanya memang tidak terlalu ngena, tapi alur ceritanya worth to watch. Penampilan akting dari para pemainnya juga sangat luar biasa dan bikin penonton cukup merinding.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram