bacaterus web banner retina

Review & Sinopsis Perahu Kertas, tentang Cinta, Teman, & Cita-Cita

Ditulis oleh Syuri K.N.
Perahu Kertas
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Kugy adalah seorang gadis yang periang, tomboy, dan meyakini dirinya sebagai 'agen' Dewa Neptunus. Kugy sering melakukan ritual unik. Dia akan mencurahkan isi hatinya ke selembar kertas, lalu kertas tersebut dia lipat jadi perahu, yang kemudian dihanyutkan ke air. Entah itu sungai, parit, pokoknya sumber air mengalir manapun yang dia temukan.

Kugy meyakini kalau perahunya akan sampai ke laut, tempat Dewa Neptunus berada. Hobi berimajinasinya itu mendukung cita-cita sebagai pendongeng handal. Sedangkan Keenan, dia sangat berbakat dalam melukis. Tetapi, ayahnya memaksa dia untuk kuliah jurusan ekonomi agar dapat meneruskan perusahaan keluarga.

Kisah dua sahabat yang saling mengagumi lalu diam-diam saling jatuh cinta ini dihalangi oleh pencarian jati diri, masalah keluarga, dan takdir. Mampukah mereka melalui semua itu? Yuk, cari tahu dengan membaca sinopsis dan ulasan film Perahu Kertas dari Bacaterus di bawah ini.

Sinopsis

Kugy (Maudy Ayunda) sedang mencurahkan hatinya ke selembar kertas merah untuk 'lapor' ke Dewa Neptunus. Di Dalam suratnya, Kugy menceritakan rencananya untuk melanjutkan studi di Bandung. Setelah surat itu selesai, dia lipat menjadi perahu lalu dia hanyutkan di parit dekat tempat tinggalnya. Karena, setiap air yang mengalir akan berakhir di laut. Kugy pergi ke Bandung diantar Joshua alias Ojos (Dion Wiyoko), pacarnya sejak SMA.

Sebagai sahabat Kugy, Noni (Sylvia Fully) adalah sosok yang paling bisa diandalkan. Noni sangat mahir 'mengurus' Kugy yang cuek, santai, dan cenderung eksentrik. Dia juga menjaga dan menyayangi Kugy layaknya kakak atau bahkan mungkin seperti seorang ibu.

Selama Kugy di perjalanan, Noni telah menata barang-barang miliknya di dalam kamar yang nantinya akan menjadi kostannya. Dibantu Eko (Fauzan Smith), yaitu pacar Noni, yang membawa barang-barang lainnya milik Kugy dengan mobilnya yang 'unik'. Kenapa unik? Karena, setiap dipakai, pasti lebih sering mogok dan harus didorong dari pada jalannya.

Suatu hari, Kugy, Noni, dan Eko pergi menjemput sepupu Eko dari Belanda, yaitu Keenan. Eko tak dapat menghubungi Keenan, lalu bagaimana bisa mereka bertemu? Akhirnya Kugy turun tangan. Dia meminta kekuatan dari Dewa Neptunus untuk mencari orang yang bahkan belum pernah dia lihat wajahnya. Kugy pun menaikkan kedua jarinya di atas kepala bagai antena, menutup mata, dan berjalan mengikuti 'sinyal' yang dia rasakan.

Dan, betapa ajaibnya antena Neptunus itu mengantarkan Kugy pada Keenan dengan selamat. Eko pun mengenalkan Keenan (Adipati Dolken) pada Kugy. Ternyata, Keenan juga akan berkuliah di kampus yang sama dengan mereka, tapi jurusan ekonomi, sesuai keinginan ayah Keenan (August Melaz). Padahal, Keenan sangat tertarik dengan dunia seni terutama melukis.

Seiring waktu berjalan, mereka berempat menjadi sahabat dekat. Kugy memanggil kelompok mereka dengan nama Pura-Pura Ninja. Kugy meminjamkan buku dongeng tulisannya sendiri pada Keenan, yang menarik minat Keenan untuk membuat ilustrasi gambar dari buku dongeng Kugy. Setelah selesai, Keenan memberikan gambarnya pada Kugy yang merasa sangat terharu.

Kugy pun memotong-motong ilustrasi Keenan dan dongengnya, lalu ditempelkan ke buku baru. Dia berencana memberikan 'dunia'nya itu sebagai kado ulang tahun Keenan yang akan datang sebentar lagi. Tapi, itu semua batal karena disaat bersamaan, Noni mengenalkan sepupunya yaitu Wanda (Kimberly Rider), kepada Keenan.

Maksudnya, Noni mau menjodohkan mereka berdua, karena Wanda adalah seorang art curator sehingga pasti cocok dengan Keenan yang suka melukis. Noni juga tidak mengetahui perasaan Kugy, dan lagi, Kugy kan punya pacar. Karena kesibukan masing-masing, mereka jadi jarang bertemu. Lebih tepatnya, Pura-Pura Ninja jadi 'berganti member' jadi Wanda, karena Kugy menghindar dari mereka.

Selama liburan kampus, Keenan menyibukkan dirinya dengan belajar melukis bersama Pak Wayan (Tio Pakusadewo), teman ibunya (Ira Wibowo), di Ubud. Sedangkan Kugy menjadi relawan di sebuah sekolah untuk anak-anak kurang mampu, Sekolah Alit, di Garut.

Di sisi lain, Wanda berhasil meyakinkan kedua orangtuanya untuk memamerkan lukisan Keenan di galeri mereka. Keluarga Keenan datang ke pameran, tapi ayah Keenan yang memang tidak menyukai jika Keenan melukis, hanya menyapa dan kemudian pergi menunggu di mobil. Kugy yang diam-diam hadir pun, mengurungkan niatnya untuk masuk dan kembali pulang.

Keenan dan Wanda nampak semakin dekat dan terlihat sangat cocok di mata semua orang. Sementara, Kugy merasa hubungannya dengan Joshua menjadi kurang menyenangkan. Dia sendiri ragu siapa yang berubah. Dirinya, atau keduanya.

Ketiga lukisan Keenan yang dipamerkan di galeri milik keluarga Wanda ternyata laku terjual. Keenan merasa sangat senang dan bangga. Itulah yang mendorong dia untuk berhenti kuliah dan terus melukis. Tentu saja hal ini membuat ayah Keenan murka. Mereka bertengkar hebat dan Keenan meninggalkan rumah.

Keenan langsung menghadiri pesta ulang tahun Noni yang dirayakan di halaman belakang rumah Wanda. Keenan dan Wanda sama-sama tinggal di Jakarta, ya. Sayangnya, Kugy memilih untuk tidak hadir, yang tentu saja membuat Noni sedih dan marah karena Kugy menghilang tanpa kabar.

Di pesta, Wanda menjadi sangat mabuk karena Keenan selalu cuek padanya. Keenan pun membawa Wanda ke kamarnya. Dan, di situ lah Keenan akhirnya mengetahui kebohongan Wanda soal lukisan Keenan. Ternyata, Wanda lah yang telah membeli lukisan-lukisan Keenan. Jadi, selama ini lukisannya tidak pernah laku terjual. Hal ini membuat Keenan sangat terluka dan kehilangan kepercayaan dirinya.

Entah setelah berapa lama, Keenan menggunakan 'radar'nya untuk menemukan Kugy di Sakola Alit. Di sana, Kugy memperlihatkan buku dongeng buatannya yang terbaru tentang anak-anak di Sakola Alit. Buku catatan itu Kugy beri judul "Jenderal Pilik dan Sakola Alit". Dalam kesempatan itu, Keenan pun menceritakan tentang kebohongan Wanda soal lukisannya.

Keenan yang sedang dalam kondisi terpuruk tentu saja kurang bisa menerima pendapat Kugy yang sebenarnya ingin menyemangati Keenan. Dan, akhirnya mereka bertengkar. Kugy meninggalkan Keenan begitu saja, melupakan buku dongeng yang masih dipegang oleh Keenan.

Kemudian, Kugy harus menghadapi dilema dengan Joshua. Nampaknya, dedikasinya sebagai guru untuk anak-anak Sekolah Alit begitu besar. Dia bersikeras untuk tetap menemani anak-anak untuk mengikuti perlombaan drama. Sedangkan Joshua menginginkan Kugy untuk pergi liburan bersamanya.

Joshua memang mencintai Kugy, tapi sayangnya dia tidak memahami cita-cita dan mimpi Kugy dalam dunia dongengnya. Hal ini membuat mereka akhirnya berpisah. Kehilangan Keenan dan Joshua, persahabatan Kugy dan Noni pun makin renggang semenjak dia tidak menghadiri pesta ultah sahabatnya itu.

Kugy tenggelam dalam kesibukannya kuliah, mengajar di Sakola Alit, dan buku-buku dongengnya. Sedangkan Noni masih tetap bersama Eko dan memiliki teman-teman ngumpul yang baru. Sementara Keenan akhirnya tinggal dengan Pak Wayan, tapi dia datang dengan minat melukis yang sudah nol.

Keenan belajar budaya Bali, menjadi lebih dekat dengan Pak Wayan dan keluarganya. Dia mencoba berdamai dengan keengganannya untuk melukis, tapi itu sulit. Luhde (Elyzia Mulachela), keponakan Pak Wayan, yang memang sejak pertama bertemu terlihat menaruh hati pada Keenan, memberikan semangat kepada Keenan untuk kembali melukis. Dan, dari buku dongeng milik Kugy yang tertinggal lah Keenan memulai lukisan pertamanya.

Lukisan Keenan tersebut dipajang di galeri dan langsung dibeli oleh Remy (Reza Rahardian), pengunjung istimewa di Galeri Pak Wayan. Setelah lulus kuliah, kakak Kugy yaitu Karel (Ben Kasyafani), menemani Kugy ke sebuah perusahaan untuk magang di perusahaan milik teman Karel. Siska (Sharena Rizky), partner dari sang pemilik perusahaan, yang juga teman Karel, mengantar Kugy berkeliling kantor.

Siska mengenalkan Kugy pada seluruh tim di perusahaan yang bernama Advocado tersebut. Diantara sesi itu, Kugy tertarik dengan sebuah lukisan besar di selasar tangga. Itu adalah lukisan Keenan yang dibeli oleh Remi, tapi tentu Kugy tidak mengetahuinya. Dan, akhirnya Kugy pun bertemu dengan sang pemilik perusahaan, Remi.

Pekerjaan Kugy sebagai copywriter pun dimulai. Walaupun, dia lebih banyak menghabiskan waktunya di mesin photocopy. Hingga, di suatu kesempatan, Kugy diminta mengemukakan idenya untuk iklan suatu produk. Ternyata, klien produk tersebut menyukai konsep iklan Kugy, dan akan memberikan proyek-proyek lainnya ke perusahan Remi. Hal ini membuat Kugy naik jabatan menjadi karyawan tetap.

Remi dan Kugy mulai jadi dekat dan berpacaran. Meski awalnya Kugy merasa nyaman, lama kelamaan dia merasa tidak menjadi dirinya sendiri.

Remi lebih banyak memutuskan segala sesuatu tanpa bertanya terlebih dulu pada Kugy. Seolah Kugy tidak memiliki hak untuk memilih bahkan untuk menjadi diri sendiri. Di lain tempat, Keenan semakin dekat dengan Luhde dan menjalin hubungan. Walau, Luhde jadi seperti rebound untuk Kugy.

Kemudian, Ibu Keenan (Ira Wibowo) datang ke Ubud. Dia membawa kabar kalau ayahnya Keenan terkena stroke. Keenan pun terpaksa kembali ke Jakarta untuk menggantikan pekerjaan ayahnya selagi sang ayah menjalani terapi. Di lain tempat, Noni yang akan segera keluar dari kostannya menemukan kotak yang nampaknya milik Kugy. Ternyata, kotak itu berisi kado yang tidak jadi Kugy berikan pada Keenan.

Di dalam buku dongeng Kugy terdapat surat seperti pernyataan cinta untuk Keenan. Noni pun mengerti kenapa sikap Kugy berubah saat kuliah, dan kenapa dia menjauh. Noni merasa sangat bersalah dan telah menjadi sahabat yang buruk. Waktu berselang, Noni mengunjungi rumah Kugy dan mereka pun berbaikan. Noni juga memberi undangan, ternyata sebentar lagi dia akan menikah dengan Eko.

Bisa ditebak selanjutnya, Kugy dan Keenan tentu bertemu di pesta pernikahan Noni dan Eko. Kugy hanya bisa menunggu takdir, ke mana kiranya ia akan membawa kisah Kugy dan Keenan. Cerita pun dilanjut ke film Perahu Kertas 2.

Sedikit Berbeda dengan Buku

Saya salah satu orang yang membaca novel Perahu Kertas. Novelnya menarik cukup banyak pembaca, sehingga menjadi salah satu novel best seller dari Dewi "Dee” Lestari.

Selayaknya film-film yang diadaptasi dari novel, biasanya akan ada pengurangan maupun penambahan adegan. Bahkan, terkadang ada alur atau plot yang dibuat berbeda. Yang, tentu bisa mengecewakan para pembaca buku aslinya sebelum menonton filmnya.

Dan, ya, hal ini menjadikan saya dan mungkin banyak pembaca novel ini memiliki ekspektasi lebih terhadap filmnya. Menurut saya visualisasi Maudy Ayunda dan Adipati Dolken dalam memerankan sosok Kugy dan Keenan masih ada yang kurang. Dari penampilan dan feel-nya. Chemistry di antara mereka berdua pun masih kurang 'nendang'.

Beberapa adegan pun ada yang 'kurang greget'. Mungkin karena pada novel dijelaskan dengan detail, sedangkan di film hanya jreng begitu saja. Contohnya proses pertemuan pertama Kugy dan Keenan.

Di novel entah kenapa begitu romantis dan magical, sedangkan di film terlihat kurang berkesan. Begitu pula pertemuan mereka berikutnya di kereta menuju Jakarta, yang kesannya biasa saja.

Sinematografi Cantik

Khas Hanung Bramantyo, film ini sering menyorot alam dan kegiatan orang-orang dari budaya yang sedang disyuting. Seperti daerah Bandung yang dipenuhi orang-orang hangat dan Ubud yang menangkan jiwa, Hanung benar-benar dapat menangkap semua keindahan itu dengan baik.

Namun, karena itu pula, dibanding ceritanya sendiri saya pikir penonton lebih dimanjakan oleh sinematografi dari film ini. Begitu pula alunan scoring musik dan OST lagu film yang membuat kita lebih mengerti perasaan karakter-karakternya.

Ketika Kenaifan & Realita Beradu

Baik Kugy dan Keenan sama-sama remaja yang memiliki mimpi tinggi. Kugy sangat ingin menjadi penulis buku anak-anak, lebih tepatnya dongeng. Tapi, untuk menggapai itu, dia merasa perlu sekolah dulu, mendapatkan gelar, kerja, mapan, baru bisa menulis buku.

Keenan pun begitu, dia sangat suka melukis dan ingin bisa hidup dari lukisannya saja. Padahal ayahnya kaya raya dan merupakan seorang pemilik perusahaan. Sang ayah ingin Keenan meneruskan posisinya, sedangkan Keenan tak berminat sama sekali, walau dia mampu.

Dalam film Perahu Kertas ini, dua tokoh protagonis utamanya sama-sama memiliki dilema akan masa depan. Mereka memiliki mimpi namun hambatannya terlihat jelas. Sebagai remaja yang masih labil, tentu Keenan bisa merasa percaya diri bisa terlepas dari keluarganya dan melukis hingga dia mati. Akan tetapi, realita tidak semudah itu.

Setelah Keenan dibohongi oleh 'pacar'nya yang berpura-pura membeli lukisan miliknya, dia merasa patah semangat. Padahal dia sudah dengan 'keren'nya cabut dari kampus dan pergi dari rumah untuk melukis. Dia menemui Kugy dan menceritakan kalau mimpi melukisnya telah usai. Itu membuat Kugy marah, karena Keenan telah menjadi salah satu sumber inspirasinya untuk berani bermimpi.

Kejadian itu membuat hubungan Kugy dan Keenan renggang. Keenan pergi ke Bali, ke kediaman kenalan ibunya. Selama tinggal di sana, dia memperdalam seni, terutama melukis. Sedangkan Kugy benar-benar mengikuti plan-nya. Dia lulus kuliah, kerja, dan untuk mencapai cita-citanya sebagai penulis dongeng justru baru terwujud nanti. Poin ini bisa banget dijadikan pelajaran buat kita sebagai penonton.

Ending Menggantung

Pembaca novel Dee Lestari pasti tahu kalau novel Perahu Kertas hanya terdiri dari satu buku saja. Tapi, filmnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu Perahu Kertas 1 dan Perahu Kertas 2. Menurut saya, pembagian ini tidak diperlukan.

Karena, jika permasalahannya terletak di 'durasi', kenapa film Perahu Kertas 1 menghabiskan 3/4 halaman bukunya? Ya, sekuelnya itu hanya sisa 1/4 dari bukunya saja, loh. Jadi, menurut saya film ini dipanjang-panjangkan saja, mungkin demi melebarkan franchise?

Dan, seharusnya judulnya itu bukan "Perahu Kertas 2", melainkan 'Part 2'. Soalnya, banyak dari orang-orang mengira film yang kedua itu adalah sekuel dari film pertama, padahal hanya perlanjutan saja. Mungkin karena mereka tak membaca bukunya, kali, ya.

It's a Big Franchise, Indeed..

Saya ingat betul, this movie becomes a very big phenomenon, terutama dikalangan ABG. Banyak remaja dan orang dewasa yang tiba-tiba ikutan jadi 'agen Neptunus', menuliskan surat pada dewa laut itu dan menghanyutkannya ke air. Semoga tidak menimbun sampah saja, sih, harapan saya waktu itu. Bahkan tidak sedikit kelahiran bayi laki-laki di era Perahu Kertas yang dinamai Keenan, mengikuti karakter utama yang dimainkan oleh Adipati Dolken.

Jadi, kalau anak-anak kecil berusia kurang dari 10 tahun di tahun 2021 dan bernama Keenan, kemungkinan besar orang tua kamu dulu bucin film ini. Hahaha. Keenan bukan nama yang lumrah di Indonesia, kan, kecuali keluargamu ada turunan Belanda.

Soalnya, novel Perahu Kertas itu dirilisnya sudah cukup lama, yaitu tahun 2009. Sedangkan baru difilmkan 3 tahun kemudian. Dan baru muncul fenomena seperti ini setelah filmnya rilis. Eh, tapi Dee pun menamai anak lelakinya Keenan, loh. Nampaknya Dee sangat menyayangi tokoh fiksi buatannya itu, ya.

Memang, film Perahu Kertas tuh se-booming itu. Bahkan saya ingat men-tab Twitter Hanung Bramantyo dipenuhi oleh tweet orang-orang yang meminta sang sutradara membuat film dari novel favorit mereka. Padahal, kiprah Hanung di dunia perfilman sudah lama sekali dan beliau juga sudah sering mengangkat cerita dari novel ke layar lebar.

Tapi, sepertinya baru kali itu saja saya melihat benar-benar banyak sekali orang yang request ke beliau untuk membuat film lagi. Itu karena orang-orang yang kena 'demam Perahu Kertas' merasa film ini bagus banget, makanya mereka berekspektasi tinggi buat karya Hanung selanjutnya. Well, bisa dibilang, film Perahu Kertas 1 ini sangat sukses secara komersial, ya.

Selayaknya perahu kertas yang akan mengikuti arus air dimana ia berlayar, film ini akan membawa kita menyusuri kehidupan dan romansa dua insan yang mengalir secara kronologis, kompleks, dan unik. Tentunya, dalam timeline yang cukup panjang, karena filmnya sampai harus dibagi menjadi dua bagian.

Meski tidak terlalu banyak diberi bumbu-bumbu klise khas film romansa masa sekarang, kita sebagai penonton tidak akan menemukan bagian cerita yang dilebih-lebihkan. Alur dan plot disajikan apa adanya sesuai dengan realita kehidupan modern.

Sinematografinya pun apik, dapat menampilkan set-set dan lokasi yang indah. Musiknya pun sangat indah. Scoring (backsound musik) buatan Andhika Triyadi bahkan masih digunakan sampai saat ini untuk FTV SCTV, loh. Saya berani mengatakan film Perahu Kertas adalah salah satu film romansa yang baik, walau bukan yang terbaik.

Bagaimana kisah Kugy dan Keenan selanjutnya, ya? Apakah takdir akan menyatukan mereka dalam perahu yang sama? Untuk film Perahu Kertas yang pertama saya beri rating 3.5/5. Apakah kamu setuju dengan pendapat saya?

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram