bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Warkop DKI Pencet Sana Pencet Sini (1994)

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Pencet Sana Pencet Sini
3.3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Paman Dono yang kaya raya datang ke Jakarta untuk beberapa hari. Dia membawa serta dua keponakan perempuan yang cantik-cantik bernama Nela dan Selvi. Mengetahui paman salah satu sahabatnya itu punya banyak uang, Indro dan Kasino memberi Dono ide untuk meminta dibelikan mobil. Permintaan tersebut langsung ditolak oleh sang paman.

Tak hilang akal, Indro merencanakan sesuatu. Dia bekerjasama dengan penjahat untuk pura-pura menculik Dono guna mendapatkan uang tebusan. Kira-kira paman Dono yang kaya tapi pelit itu mau memenuhinya atau enggak?

Film DKI berjudul Pencet Sana Pencet Sini (1994) akan menjawabnya untukmu. Sebelum bernostalgia baiknya baca sinopsis dan ulasannya di bawah ini yuk!

Sinopsis

  • Tahun Rilis: Maret 1994
  • Genre: Comedy
  • Produksi: Soraya Intercine Films (Distributor)
  • Sutradara: Arizal
  • Pemeran: Wahyu Sardono, Kasino Hadiwibowo, Indrojoyo Kusumonegoro, Sally Marcellina

Kasino tidak setuju jika pamannya Dono tinggal bersama mereka. Berbeda dengan Indro yang mengatakan bahwa hidup di Jakarta harus saling tolong-menolong, karena itu harus punya banyak teman. Indro mengingatkan bahwa bagaimanapun Dono lah yang menolong Kasino saat dirinya susah.

Namun, menurut Kasino prinsip semacam itu tidak berlaku. Baginya hidup harus ada rencana, target dan sasaran yang harus dicapai. Indro ternyata punya niat di belakang perkataannya barusan. Menurutnya mereka justru bisa memanfaatkan kekayaan paman Dono. Targetnya adalah bagaimana cara mengambil hati pamannya Dono agar mereka bisa ikutan kaya.

Sikap Kasino yang semula tak setuju dengan kedatangan paman Dono berubah manis. Kasino bahkan menawarkan kamarnya untuk ditempati sang paman. Sedetik kemudian, paman Dono, Dewo Sastro (Tisna S. Brata) datang bersama dua gadis cantik, Nela dan Selvi (Sally Marcellina). Kasino dan Indro yang menyambut kedatangan mereka langsung memperkenalkan diri dan cari perhatian.

Sikap ramah keduanya tidak bersambut hangat. Paman Dono menunjukkan kegarangannya. Nela dan Selvi membujuk agar Kasino dan Indro tak memasukkan sikap tersebut ke dalam hati. Katanya, walau galak, paman Dewo berhati baik. Dewo kemudian menghampiri Nela dan Selvi lalu memperingatkan keduanya untuk tidak sembarangan bersikap baik dan hati-hati karena ini Jakarta.

Menurutnya orang-orang seperti Kasino dan Indro tidak bisa dikasih hati karena nanti akan ngelunjak. Paman Dewo lalu meninggalkan mereka dan masuk ke dalam kamar. Di sana sudah ada Dono yang sedang menyiapkan tempat tidur. Paman Dewo tak habis pikir mengapa Dono bisa berteman dengan dua pria yang menurutnya terlihat mata keranjang.

Di luar, Kasino dan Indro mulai meluncurkan rayuan mautnya pada Nela dan Selvi. Mereka bersedia mengantar gadis-gadis kemana saja. Indro mengajak Nela mojok. Lelaki itu bertanya apakah Nela sudah punya pacar. Menurut Nela dia tak punya pacar karena setiap lelaki yang mendekat, tak berani menghadapi paman Dewo yang galak.

Indro tentu ingin terlihat luar biasa dengan mengatakan bahwa dirinya siap menghadapi paman Dewo. Tanpa disadari Dewo sudah ada di belakangnya. Esok harinya, Kasino dan Indro membujuk Dono untuk meminta mobil pada pamannya yang kaya. Menurut Indro wanita zaman sekarang akan lebih tertarik pada pria bermobil.

Kasino lalu menyuruh Dono untuk meminta dibelikan mobil. Jika ide itu tak berhasil, Indro akan memberikan ide lain. Dono lalu mencoba dan seperti yang sudah ditebak, paman Dewo keberatan untuk membelikannya. Secara mengejutkan seekor kingkong tiba-tiba masuk ke ruang makan rumah Dono yang tampaknya berada di ruang terbuka.

Sang paman menjerit meminta tolong. Dono yang mendengarnya bergegas menghampiri tapi tak percaya dengan penjelasan paman Dewo. Baru setelah kingkong tersebut menampakkan diri, Dono percaya dan lari ketakutan. Saat menenangkan diri di pantai, Kasino dan Indro datang. Mengetahui permintaan Dono ditolak, Indro punya rencana.

Dia akan menciptakan sebuah cerita seolah Dono diculik lalu penculik tersebut meminta uang tebusan pada paman Dewo. Untuk memuluskan aksinya, Indro merasa mereka harus bekerjasama dengan penjahat. Mereka lalu berencana untuk bertemu. setelah menunggu sekitar 3 jam, Seorang penjahat kenalan Indro yang dikenal dengan sebutan Mata Satu (S. Parya) akhirnya datang.

Indro kemudian menjelaskan rencana pada si Mata Satu bahwa tugasnya adalah pura-pura menculik Dono lalu minta uang tebusan untuk mengakali paman Dono yang kaya tapi pelit. Mata Satu setuju asal uang tebusan yang mereka minta sejumlah 30 juta dengan ketentuan 10 juta untuk mereka, 20 juta untuknya.

Ketentuan ini membuat Dono keberatan dan meminta untuk batal saja tapi si Mata Satu langsung mengancamnya. Saat pergi Dono langsung dibawa oleh si Mata Satu. Beberapa waktu kemudian paman Dewo menerima telepon. Telepon tersebut rupanya dari si Mata Satu yang memang sudah ditunggu-tunggu.

Mata Satu lalu mengatakan bahwa dirinya menculik Dono tapi paman Dewo balik mengancam untuk jangan berlaku sembarangan padanya. Mata Satu melanjutkan bicaranya dengan meminta Dewo menyiapkan uang sebesar 50 juta sebagai tebusan. Mendengar jumlah yang melebihi kesepakatan Kasino dan Indro mulai khawatir.

Jika dalam 30 jam tidak ada jawaban, keselamatan Dono akan terancam. Paman Dewo menutup telepon dalam keadaan bingung. Kasino, Indro, Nela dan Selvi membujuk paman Dewo untuk menyerahkan uang tebusan. Tak lama telepon kembali berdering dan paman Dewo minta bicara pada Dono agar dia yakin.

Dono pun bicara dalam keadaan takut. Dia meminta pamannya untuk mengikuti permintaan si Mata Satu demi keselamatannya. Dono memelas minta diselamatkan karena hanya paman Dewo yang mampu. Akankah paman Dewo menyanggupi uang tebusan yang diminta Mata Satu?

Dono Diculik, Kasino dan Indro Bertindak

Dalam film kali ini, cerita utama yang dilakoni oleh Dono, Kasino dan Indro adalah skenario penculikan untuk menuntut uang tebusan. Pencet Sana Pencet Sini (1994) mempertontonkan bagaimana ketiganya membuat sebuah sandiwara untuk mendapatkan sejumlah uang yang nantinya akan dipakai membeli mobil.

Alurnya dibuat cukup rapi dimulai dengan keresahan Indro dan Kasino yang ingin mendapatkan mobil dan kekayaan dari paman Dono. Dari sana, mereka merencanakan sesuatu yang cukup berisiko.

Menyewa penculik bermata satu, ketiganya berusaha mendapatkan uang walau tak berhasil. Berangkat dari ide Indro dan Kasino yang cukup berisiko, konflik itu diselesaikan juga dengan ide lain milik Indro dan Kasino.

Berkenalan dengan Paman Dono yang Kaya Raya

Saat menonton Pencet Sana Pencet Sini (1994) yang berdurasi sekitar 1 jam 18 menit, selain menyaksikan dengan gadis-gadis cantik yang kerap menemani mereka, kamu juga akan berkenalan dengan salah satu anggota keluarga DKI. Dalam film ini yang diceritakan adalah paman Dono bernama Dewo Sastro. Dewo Sastro seorang yang kaya raya, perhitungan dan tegas.

Paman Dono datang ke Jakarta dengan membawa dua keponakan yang lain. Paman Dono tak ingin dua ponakannya kena perangkap buaya Indro dan Kasino. Dia juga tak ingin memberikan uang tebusan yang diminta oleh penculik Dono. Menariknya, di balik sisi tegas Dewo Sastro, paman Dono sebenarnya penyayang.

Masih dengan Formula Sama

Setting tempat yang dipakai untuk pengambilan gambar film Pencet Sana Pencet Sini (1994) cukup asyik. Rumah Dono diceritakan berada di dekat pantai. Beberapa kali kamera terlihat mempertontonkan suasana pantai yang menyenangkan. Sinematografi pada bagian ini terbilang cantik walau tidak terlalu disuguhkan secara maksimal.

Hanya, film ini masih pakai formula yang sama. Pencet Sana Pencet Sini (1994) masih mengandalkan komedi slapstick dan humor seksis yang sangat terasa dari awal film dimulai hingga akhir. Pada salah satu scene, yang tampak sebagai pengisi jeda menuju fragmen cerita selanjutnya, kamu akan melihat banyak gadis-gadis berbikini menari-nari.

Visual semacam itu tentu saja bukan hal baru di film-film Warkop DKI, termasuk sikap mata keranjang Dono, Kasino dan Indro yang mengganggu untuk beberapa penonton. Apakah tertarik nonton Pencet Sana Pencet Sini (1994) dan melihat perut Dono juga Indro yang mulai buncit? Salah satu film legenda Indonesia ini bisa kamu saksikan di Netflix!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram