bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Pay It Forward (2000), Drama Sentimental

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Pay It Forward
2.7
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Seorang anak laki-laki berupaya membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik setelah gurunya memberinya kesempatan itu. Film dengan pesan kebaikan ini merupakan adaptasi dari novel karya Catherine Ryan Hyde yang diterbitkan di tahun 1999.

Novelnya sendiri kemudian menjadi populer setelah film adaptasinya dirilis dan mendapat penghargaan sebagai salah satu Best Books for Young Readers pada tahun 2001 dari American Library Association. Ada beberapa perbedaan dari novelnya, yang nanti akan kami ulas juga, tetapi inti dari kisah dan pesan kebaikan yang ingin disampaikan tidak hilang.

Film ini dirilis pada 20 Oktober 2000 dan sekarang sudah bisa dinikmati di layar Netflix. Sebelum menontonnya, mari simak ulasan kami berikut ini sebagai bahan pertimbangan.

Sinopsis

Pay It Forward (2000)

Trevor (Haley Joel Osment) adalah seorang anak laki-laki cerdas berusia 11 tahun yang berasal dari keluarga bermasalah. Ibunya, Arlene (Helen Hunt), adalah seorang alcoholic mencoba bertahan di dua pekerjaan demi anaknya, sementara ayah Trevor meninggalkan mereka beberapa waktu lalu.

Di sekolah, kelas Trevor diperkenalkan kepada guru ilmu sosial baru mereka, Pak Simonet (Kevin Spacey), seorang pria yang penuh keteraturan hidup dengan bekas luka yang cukup parah pada wajahnya. Simonet memberikan kelasnya tugas yang tidak biasa, memikirkan konsep praktis untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik, dan mewujudkannya.

Trevor mengajukan sebuah gagasan yang dinamakannya Pay It Forward, yaitu melakukan bantuan yang dibutuhkan kepada tiga orang berbeda tanpa diminta, dan meminta mereka melakukan hal serupa kepada tiga orang lainnya. Trevor memulai dengan membiarkan Jerry, seorang pecandu yang hidup di jalanan, tinggal di rumahnya.

Kemudian, dia mencoba untuk memperkenalkan ibunya kepada gurunya, karena keduanya kesepian dan menurutnya guru yang bersih dan sadar mungkin bisa membantu ibunya menjauh dari minuman beralkohol. Dan terakhir, dia mencoba untuk menyelamatkan salah seorang teman sekolahnya, yang terus-menerus disiksa oleh murid yang suka melakukan tindakan perundungan.

Sementara itu, seorang jurnalis bernama Chris, mendapati dirinya terjebak di jalan tanpa mobil pada suatu malam setelah meliput sebuah peristiwa penyanderaan, lalu seorang pria berhenti dan memberinya kunci mobil barunya, memintanya hanya untuk memberikan bantuan kepada orang lain. Chris keheranan dan ingin mencari tahu dari mana filosofi ini berasal.

Makna Filosofi Pay It Forward

Makna Filosofi Pay It Forward

Pay It Forward adalah filosofi kebaikan yang diutarakan oleh Trevor di dalam film ini. Caranya yaitu memberikan bantuan yang tidak bisa dilakukan sendiri oleh orang yang dibantu sebanyak tiga orang, kemudian memberikan syarat kepada tiga orang itu untuk melakukan hal serupa kepada tiga orang lainnya, dan seterusnya.

Seperti kebaikan beranting, konsep ini tidak mudah dilakukan, bahkan oleh Trevor sekalipun sebagai penggagasnya. Dia berharap bisa menebarkan kebaikan sebanyak mungkin hingga mencapai ke seluruh dunia sesuai konsep tugas yang diberikan oleh gurunya. Uniknya, meskipun dia sendiri menganggap tugasnya ini gagal, karena hanya berhasil kepada ibunya saja, ternyata konsep ini telah menjadi “gerakan”.

Seperti yang kita saksikan, meski dalam alur non-linear, investigasi seorang jurnalis yang melacak penggagas ide ini dari Los Angeles akhirnya menemukan kreatornya di Las Vegas, setelah mewawancarai beberapa pelaku filosofi ini. Ternyata, dari garis ibunya, ke neneknya, kemudian ke seorang pelaku kriminal, dan terus ke seorang pejabat kehakiman yang memberikan mobilnya kepada Chris.

Pada dasarnya, berbuat baik tidaklah harus ditentukan ke segelintir orang saja dan harus tanpa syarat, alias ikhlas. Semakin banyak kebaikan yang kita lakukan, tentu akan menambah pundi-pundi pahala untuk bekal kita di hari paling akhir nanti. Harapannya, perbuatan baik itu bisa mempengaruhi orang lain untuk berbuat baik kepada yang lainnya, dan seterusnya, dan seterusnya.

Perbedaan Novel dengan Filmnya

Perbedaan Novel dengan Filmnya

Pay It Forward memiliki beberapa perbedaan antara novel dengan filmnya, antara lain lokasi cerita, dimana di dalam film diceritakan terjadi di Las Vegas, Nevada, sedangkan di novelnya diceritakan di Atascadero, California, kota kecil yang tidak jauh dari rumah Catherine Ryan Hyde, penulis novel.

Karakter Eugene Simonet di dalam novel bernama Reuben St. Clair yang diceritakan adalah seorang warga keturunan Afrika-Amerika. Luka bakar pada Simonet di dapat karena kejahatan yang dilakukan ayahnya yang membakar dirinya dengan menyiramkan bensin ke sekujur tubuhnya, tetapi di dalam novelnya luka bakar itu didapat akibat ledakan bom ketika Simonet bertugas di Perang Vietnam.

Di dalam novelnya, gerakan atas dasar konsep kebaikan Trevor ini sangat populer di seluruh Amerika, sehingga membuat dirinya diundang oleh Presiden ke Gedung Putih dan tewas setelahnya karena tertusuk akibat perkelahian preman di jalanan. Sedangkan di filmnya, popularitas Trevor hanya sampai berita di TV dan dia tewas tertusuk oleh siswa sekolah yang suka mem-bully temannya.

Perbedaan ini masih terlihat wajar, hanya berpindah lokasi dan pelakunya saja, sedangkan kejadian dan garis besar cerita tetap sama, sehingga pesan kebaikan yang dibawa tidak mengalami pengurangan makna apalagi berubah.

Talenta yang Disia-siakan

Talenta yang Disia-siakan

Saat film dirilis di tahun 2000, banyak harapan yang ditanamkan untuk Pay It Forward. Ada Kevin Spacey dan Helen Hunt sebagai aktor dan aktris peraih Oscar ditambah aktor cilik yang baru saja naik daun dan digadang-gadang akan sukses di masa depan, Haley Joel Osment. Dan bayangan akan aroma panggung Oscar seolah sudah siap tercium.

Tapi apa yang terjadi tidaklah sesuai harapan. Meski Kevin Spacey tampil dalam performa yang cukup baik dan Helen Hunt juga tidak terlalu buruk, tapi mereka berdua tidak bisa menampilkan chemistry yang menunjukkan jika mereka punya rasa cinta sebagai pasangan. Sedangkan Osment hanya menjual kepolosan anak kecil, jauh berbeda dengan yang ditampilkannya di The Sixth Sense setahun sebelumnya.

Hal ini kemudian diperparah dengan naskah yang seolah-olah hanya ingin memaksakan air mata penonton bercucuran, terlalu melodrama. Bahkan ending-nya sangat menyesakkan hati tanpa meninggalkan rasa empati. Seperti ada yang kosong dengan peristiwa yang dipaksakan untuk mengakhiri film ini dalam kondisi tragis. Sekali lagi demi air mata penonton.

Tapi ada satu aktor yang menjadi scene stealer, yaitu David Ramsey sebagai Sidney, seorang pelaku kriminal yang ikut menjalankan konsep ini. Ada dua adegan darinya yang membuat suasana segar dan lucu, yaitu ketika di rumah sakit dimana dia menolong seorang pasien asma dan narasi yang berbeda dengan adegan yang menceritakan awal mula dia mengikuti konsep kebaikan ini.

Manipulasi emosi penonton ini hampir saja menutup pesan kebaikan yang ingin disampaikan Pay It Forward, tapi paling tidak kita akan dibuat paham bahwa kebaikan sekecil apapun ternyata bisa memberikan dampak yang besar pada orang lain tanpa kita sadari. Rekomendasi kami, paling tidak masukkan dulu film ini ke watchlist dan layak ditonton saat waktu kalian luang.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram