bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Film Drama Komedi Paddleton [2019]

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Paddleton
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Sebuah persahabatan unik antara dua tetangga yang memiliki banyak perbedaan menjadi satu perjalanan tak terduga yang penuh emosi ketika salah satu dari mereka didiagnosis menderita kanker ganas. Paddleton adalah sebuah drama komedi yang unik dengan dua karakter utama yang memiliki sifat dan sikap yang tidak biasa.

Pertama kali ditayangkan di Sundance Film Festival pada 1 Februari 2019, Netflix kemudian menjadikannya original film dengan rilis streaming pada 22 Februari 2019. Film ini menuai banyak pujian dari para kritikus film. Sebaik apa kualitas yang ditampilkan Paddleton? Simak review kami kali ini tentang film produksi Duplass bersaudara yang terkenal di perfilman indie Hollywood.

Sinopsis

Sinopsis

Mike didiagnosis oleh dokter menderita kanker ganas di perutnya. Dalam renungannya, dia ingin menyudahi hidupnya saja daripada kesakitan karena penyakit itu. Tapi niat ini ditentang oleh Andy, tetangganya, yang ingin terus memberikan motivasi hidup kepada temannya ini meski dia tidak tahu harus bagaimana menyampaikannya.

Sebagai tetangga, Andy tinggal di lantai atas kamar Mike, mereka sangat akrab dan sering melakukan aktifitas bersama di luar kesibukan kerja mereka. Meski aktifitas yang dilakukan cenderung aneh, seperti makan pizza yang gosong, menonton film kung fu klasik, bermain puzzle dan paddleton, olahraga semacam tenis yang mereka ciptakan sendiri.

Andy yang bersikeras tidak setuju dengan niat Mike terhadap penyakitnya, tetap bersedia menemani Mike untuk menebus resep obat di kota lain yang berjarak 6 jam perjalanan. Setelah menebus obat di apotik, yang rencananya akan dibayar oleh Andy hanya saja kartu kreditnya terblokir, mereka menginap di sebuah hotel kecil.

Andy kemudian membeli brankas mini untuk menyimpan obat Mike agar dia tidak bisa meminumnya yang membuat Mike marah dan menganggap sikap Andy keterlaluan dan kekanak-kanakan. Malamnya mereka mengunjungi bar dan Mike melakukan open mic dengan menceritakan film kung fu klasik favorit mereka yang disambut dengan pandangan aneh dari mata-mata pengunjungnya.

Setelahnya mereka berendam di jacuzzi di luar jam operasi hotel dan ketahuan oleh pemilik hotel yang malah kemudian bergabung bersama mereka. Terjadi situasi yang canggung, Mike memilih kembali ke kamar dan meninggalkan Andy yang sedang dirayu oleh pemilik hotel. Esok paginya Andy terbangun dan tidak menemukan Mike di kasurnya, juga dengan brankas mini di atas meja.

Andy berlari mencari Mike keliling kota dan menemukannya di lobby hotel tempat mereka menginap sedang menunggu Andy untuk sarapan bersama. Perselisihan tentang brankas semakin memuncak dan membuat emosi Mike meluap. Sesampai di rumah, Andy meletakkan brankas itu di tangga depan kamar Mike sebagai tanda dia setuju dengan niat Mike.

Mereka kemudian menghabiskan waktu bersama lebih sering, seiring kondisi fisik Mike yang semakin melemah. Akhirnya Mike memutuskan untuk meminum obat dengan dosis mematikan untuk mengakhiri hidupnya. Sambil menunggu obat tersebut larut, mereka berbicara tentang bagaimana jika Mike menjadi hantu, dan Mike menghibahkan barang-barangnya kepada Andy.

Setelah meminum obat mematikan itu, Mike sempat khawatir dan cemas yang kemudian ditenangkan oleh Andy dan akhirnya Mike meninggal dunia dengan tenang. Setelahnya, Andy merasa sendiri meski masih terus melakukan aktifitas yang biasa mereka lakukan. Beberapa hari kemudian ada penghuni baru yang mengisi kamar Mike, seorang janda dengan putranya.

Komedi Datar dengan Tema Berat

Komedi Datar dengan Tema Berat

Mengangkat tema penyakit kanker ke dalam film komedi sebenarnya bukanlah hal yang bijak, karena pasti mengundang rasa sensitifitas yang tinggi bagi para penderitanya. Tapi Paddleton tidak membuat penyakit ganas ini sebagai lelucon pemancing tawa, bahkan kita merasa lebih dekat dengan apa yang dirasakan oleh para penderita penyakit ini yang diwakili oleh karakter Mike.

Kelucuan film ini terdapat pada sosok Andy yang unik dan memiliki “wawasan” tak biasa yang teramat luas sebagai bahan pembicaraan. Simak obrolan mereka tentang lampu ajaib yang bisa mengabulkan permintaan, atau bagaimana jika Mike nanti menjadi hantu, dan banyak hal lainnya lagi yang tidak pernah terlintas di benak kita untuk menjadikan itu sebagai bahan obrolan.

Uniknya, meski selalu berbeda pendapat, Mike bisa menanggapi bahan obrolan Andy yang jika diteruskan akan semakin absurd. Disinilah letak keahlian Alex Lehmann dan Mark Duplass dalam mengolah naskah sehingga bisa memunculkan dialog-dialog ringan nan absurd yang akhirnya menjadi pengikat emosi cerita tentang persahabatan dua pria paruh baya ini.

Kita diperlihatkan sebuah kisah persahabatan yang kuat dan seolah melihat diri mereka sendiri pada sosok sahabatnya, dimana mereka menunjukkan perhatian dan kasih sayang yang besar, meski pada praktiknya tampak aneh dan canggung. Puncak emosi dari kisah ini adalah saat dimana Mike telah meminum obat mematikan itu dan mereka saling menenangkan satu sama lain.

Gaya Bercerita Khas Duplass Bersaudara

Gaya Bercerita Khas Duplass Bersaudara

Mark Duplass, selain sebagai aktor di film Paddleton ini, dia juga bertindak selaku penulis naskah bersama sutradara Alex Lehmann. Mark Duplass, bersama kakaknya Jay Duplass, adalah sosok paling dikenal di dunia film indie di Hollywood. Mereka memiliki gaya bercerita yang unik, dilengkapi dengan berbagai karakter aneh yang sederhana, baik sebagai sutradara juga penulis naskah.

Mereka mendirikan perusahaan film Duplass Brothers Productions pada tahun 1996 dan sudah menghasilkan banyak film indie berkualitas. Film pertama mereka The Puffy Chair [2005] menuai pujian dari kritikus film, begitupun Cyrus [2010] yang dibintangi oleh John C. Reilly dan Jonah Hill. Sedangkan sebagai penulis naskah, Mark lebih banyak menulis dibandingkan Jay.

Creep [2014] dan sequel-nya, Creep 2 [2017], menampilkan Mark dengan naskah dan aktingnya di dalam film horror. Kedua film ini disukai oleh banyak kritikus film yang memberikan nilai positif untuk film horror indie ini. Di genre drama, Blue Jay [2016], bisa jadi salah satu karya terbaik Mark, selain Paddleton tentunya, yang juga menampilkan akting menawan Mark di kedua film tersebut.

Paddleton bisa jadi adalah film terbaik hingga kini dari salah satu Duplass bersaudara ini yang menampilkan nuansa dan penceritaan khas mereka yang lambat, penuh dengan bahasa gambar serta editing yang cepat dengan menampilkan banyak gambar dalam satu adegan montage penuh kebisuan yang membuat kita merenung dan mencoba mengerti maksudnya.

Kesederhanaan adalah kunci utama mereka agar bisa melekatkan karakter dan kisahnya kepada para penonton, ditambah dengan dialog ringan yang aneh yang biasanya menjadi sumber kelucuan datar khas mereka. Dan ketika memasuki ranah drama, emosi yang ditampilkan sangat terasa pekat berkat akting piawai dari para pemerannya.

Bagi yang tidak terbiasa, film-film mereka akan terasa aneh. Oleh karena itu, rating film-film mereka di IMDb berada di area rata-rata saja, lagi-lagi hanya Paddleton yang berhasil meraih rating tertinggi. Gaya penuturan yang tak biasa memang akan sulit dimengerti oleh penonton umum, tetapi disinilah letak kualitas yang Duplass bersaudara ini miliki.

Jalan Terburuk Menghadapi Kanker

Jalan Terburuk Menghadapi Kanker

Euthanasia yaitu tindakan mengakhiri hidup seseorang secara sengaja untuk menghilangkan penderitaannya. Cara inilah yang dipilih Mike untuk menghadapi penyakit kanker yang dideritanya. Tindakan ini masih mengundang pro dan kontra di dunia medis di berbagai negara. Tindakan ini dilakukan atas dasar permintaan dari pasien atau keluarga pasien.

Dalam film Paddleton, Mike memilih cara membeli obat dengan dosis mematikan untuk mengakhiri hidupnya yang termasuk ke dalam tindakan euthanasia. Tentu ada pertentangan atas pilihannya ini, tidak hanya Andy, bahkan dirinya pun masih mengalami keraguan akan tindakan yang termasuk bunuh diri ini. Tapi pada akhirnya, Mike melakukannya juga dan meninggalkan Andy dalam kesedihan.

Cara ini adalah jalan terburuk dalam menghadapi penyakit, bahkan yang mematikan sekalipun. Kita seharusnya percaya, bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, bahkan sekelas kanker. Buktinya, banyak juga orang yang bisa sembuh dari penyakit ganas ini. Memang akan membutuhkan proses lama dan menyakitkan, resiko kegagalan pun tetap ada, tapi setidaknya kita harus berusaha untuk sembuh.

Pada akhirnya, Paddleton adalah sebuah drama sederhana yang berat karena temanya, yang diimbuhi dengan humor datar nan skeptis dari kedua karakternya yang dibawakan dengan apik oleh Ray Romano dan Mark Duplass. Film ini bisa menjadi bahan renungan juga bagi kita tentang arti persahabatan, kehidupan dan menggunakan waktu dengan sebaik mungkin.

Seperti sudah disinggung sekilas, rating film ini berada di atas rata-rata. IMDb memberikan 7,2 dengan metascore sebesar 70 dan Rotten Tomatoes memberikan cap certified fresh untuk film yang proses syutingnya bertempat di California dan sekitarnya ini. Meski sedikit agak aneh, tapi film ini patut disimak, terlebih karena chemistry kedua aktornya yang padu. Selamat menonton.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram