bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Overlord, Perang Dunia Kedua dan Zombie

Ditulis oleh Aditya Putra
Overlord
3.3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Perang dunia kedua seringkali diidentikan dengan perang melawan Nazi. Pasalnya, Nazi pimpinan Hitler melakukan invasi terhadap beberapa negara Eropa yaitu Prancis, Belanda, Belgia, Luksemburg dan Uni Soviet. Selain itu, Nazi juga mengembangkan berbagai inovasi yang kelak bisa mewujudkan tujuannya dengan lebih mudah.

Saking dahsyatnya Nazi, dibentuk aliansi negara yang sebagian besar merupakan korban invasi Nazi dengan dibantu beberapa negara lain. Salah satu negara yang turun tangan secara langsung adalah Amerika. Bahkan tentara Amerika diterjunkan ke Jerman. Kisah ini menginspirasi film Overlord yang menggabungkannya dengan elemen fiksi. Simak sinopsis dan reviewnya, yuk!

Sinopsis

Pada 6 Juni 1944, pasukan Amerika ditugaskan untuk menghancurkan menara radio milik Nazi. Di era perang dunia kedua, radio menjadi faktor penting sebagai sarana komunikasi jarak jauh. Pesawat yang ditumpangi pasukan Amerika ditembak dan terjatuh. Sebagian besar penumpang meninggal dunia dan hanya menyisakan empat orang yaitu Ford, Boyd, Tibbet dan Chase.

Keempat orang yang selamat memutuskan untuk melanjutkan misi walau berada di wilayah musuh yang artinya sangat berbahaya bagi keselamatan mereka. Di dekat lokasi menara radio, mereka bertemu seorang perempuan, Chloe, yang memberi mereka ijin untuk tinggal di rumah miliknya. Chloe tinggal bersama adiknya, Paul, dan tantenya yang menjadi korban eksperimen Nazi.

Tibbet dan Chase mengecek ke daerah sekitar menara radio. Mereka sangat berhati-hati karena kalau ketahuan mereka akan dibunuh. Pasukan Nazi di bawah pimpinan Wafner melakukan patroli dan mengunjungi rumah Chloe. Wafner memaksa Chloe untuk berhubungan seks dengan ancaman akan membawa adiknya untuk kembali dijadikan eksperimen.

Boyce nggak tahan melihat tindakan Wafner. Karena Wafner sudah menyuruh anak buahnya pergi, Boyce menyerang Wafner dan menahannya. Boyce kemudian mencari Tibbet dan Chase. Tapi yang dia dapati adalah pasukan Nazi membakar penduduk. Seekor anjing mengetahui keberadaan Boyce dan mengejarnya.

Boyce bersembunyi di sebuah truk yang membawa mayat menuju gereja, tempat menara radio Nazi beroperasi. Sesampainya di dalam gereja, Boyce memata-matai tempat sekitarnya. Dia menemukan bahwa di gereja itu bukan hanya tempat untuk radio beroperasi melainkan ada laboratorium di ruangan bawah tanah yang digunakan untuk eksperimen.

Boyce kemudian menyelinap demi membawa serum yang digunakan untuk eksperimen dan membebaskan Rosenfeld yang ternyata selamat dari kecelakaan pesawat dan diculik. Boyce dan Rosenfeld pulang ke rumah Chloe yang ternyata sudah ada Tibbet dan Chase. Ford menyiksa Wafner agar memberi tahu kegunaan serum tapi Wafner memilih tutup mulut.

Boyce dan rekan-rekannya bersiap-siap menyerang gereja, Wafner memanfaatkan kelengahan mereka. Wafner kemudian menembak Chase. Boyce yang melihat serum disuntikkan pada orang yang sudah mati di laboratorium, mencoba menyuntikan serum pada Chase. Chase kemudian bangkit tapi bermutasi dan bertindak kasar.

Merasa serum membawa efek buruk, Boyce memukul kepala Chase sampai tewas. Keributan itu ternyata memancing patroli ke rumah Chloe. Boyce dan rekan-rekannya menghabisi petugas patroli dan merusak wajah Wafner yang berhasil meloloskan diri. Merasa semakin terdesak, mereka memutuskan untuk segera mengeksekusi misi awal mereka, yaitu menghancurkan menara radio.

Rencana menghancurkan menara radio pun disusun. Boyce berencana meledakkannya dari dalam sehingga akan menghancurkan laboratorium. Sesampainya di gereja, mereka berpisah. Rosenfeld dan Tibbet menembaki penjaga agar Ford, Boyle dan Chloe bisa masuk ke dalam gereja. Boyce dan Ford menyimpan bom sementara Chloe membebaskan Paul yang disekap.

Rencana seperti berjalan dengan lancar sampai Wafner kembali muncul. Hanya saja kali ini dia sudah bermutasi menjadi semacam zombie dengan kekuatan yang jauh lebih besar. Ternyata eksperimen itu dibuat agar menciptakan kekuatan pasukan Nazi yang nggak bisa dihentikan oleh siapa pun. Bisakah Boyce dan rekan-rekannya mengalahkan Wafner dan menyelamatkan penduduk sekitar?

Memadukan Sejarah dan Fiksi

Sumber: theverge.com

Overlord hadir dengan keberanian memadukan unsur sejarah dan fiksi. Film-film bertema menggulingkan Nazi sudah banyak yang mengangkat. Begitu juga dengan eksperimen-eksperimen Nazi. Tapi Overlord memberi sajian yang segar dengan mengangkat zombie dengan kekuatan super sebagai hasil dari eksperimen Nazi dan menjadikannya musuh yang sepadan untuk ditampilkan.

Memasukkan unsur fiksi pada kejadian sejarah nggak membuat film ini terlampau jauh berkreasi. Tujuan eksperimen untuk membentuk tentara dengan kekuatan super masih terhubung pada tujuan utama Nazi. Dengan pasukan supernya, invasi yang dilakukan mereka bisa lebih mungkin untuk terwujud. Hal itu membuat film terasa punya keterkaitan dengan kejadian yang sebenarnya terjadi.

Baca juga: Film Zombie Terseram yang Bakal Membuat Kamu Ngeri

Dua Karakter yang Menonjol

Ada dua karakter yang menonjol di film Overlord. Pertama, ada Boyce yang diperankan oleh Jovan Adepo. Dalam cerita, Boyce baru direkrut selama tiga minggu sehingga pengalamannya belum banyak tapi harus dihadapkan pada situasi sulit. Oleh karena itu, kita melihat seorang anggota pasukan yang masih naif, penuh perhitungan, mudah khawatir tapi mau mengikuti perintah.

Seiring dengan berjalannya cerita, karakter Boyce pun berkembang. Awalnya dia nggak mau melakukan kekerasan tapi perlahan-lahan berubah menjadi lebih berani menggunakan kekerasan. Alasan perubahannya pun masuk akal yaitu dia melihat banyak ketidakadilan di sekitarnya. Dia berpikir kalau hal-hal seperti itu nggak bisa diselesaikan dengan cara baik-baik.

Satu karakter lain yang menonjol adalah Chloe yang diperankan Mathilde Oliver. Wanita satu-satunya di film ini bisa menunjukkan bagaimana kerapuhan memaksanya menemukan cara untuk membalas perlakuan Nazi padanya dan keluarganya. Dia yang awalnya bersikap submisif pun berkembang menjadi badass. Dia ikut mengangkat senjata untuk membantu Boyce dan kawan-kawannya.

Menyajikan Adegan-Adegan Brutal

Overlord dari awal sampai pertengahan film berjalan seperti film war lain yaitu upaya pasukan Amerika untuk melakukan misi ke wilayah berbahaya dan berhadapan dengan pasukan Nazi. Adegan memata-matai, sembunyi, penyiksaan dan saling menembak pun bertebaran di setiap adegan. Tapi itu semua merupakan distraksi karena tempo akan jauh lebih ditingkatkan pada sisa film.

Misteri tentang kegunaan serum di laboratorium eksperimental Nazi baru terungkap kenyataannya saat Wafner berubah menjadi sosok zombie dengan kekuatan super. Antagonis utama tersebut baru muncul menuju akhir film. Alhasil, puncak konflik terasa dinaikkan secara tajam karena Boyce dan rekan-rekannya harus melawan mahluk yang bisa dibilang kebal.

Dengan musuh yang kuat, rasanya akan salah kalau bermain-main di wilayah aman tanpa adegan-adegan brutal. Untungnya, film ini secara tegas menampilkan banyak adegan-adegan brutal. Gambaran adegan brutal itu seperti kepala yang ditembak, manusia yang digantung dengan menggunakan kail, cipratan darah. Bagi yang nggak menyukai adegan brutal, jelas film ini bukan rekomendasi yang tepat.

Overlord berhasil mengemas kombinasi baru yaitu menggabungkan unsur zombie dan perang dunia kedua. Ceritanya terasa believable, build up sampai munculnya sosok zombie bisa dibilang berhasil mengejutkan dan membuat berjalannya film lebih seru. Bagaimana menurutmu? Apakah film ini cukup menarik? Bagikan opinimu di kolom komentar, teman-teman!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram