showpoiler-logo

Sinopsis & Review One Night in Miami, Pertemuan Empat Legenda

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
One Night in Miami
4.2
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Malcolm X, Muhammad Ali, Jim Brown, dan Sam Cooke bertemu di sebuah kamar hotel di Miami untuk merayakan gelar juara tinju yang baru saja diraih oleh Ali.

Obrolan ringan berubah menjadi serius dengan tensi emosi yang tinggi membuka semua keresahan hati dan peran mereka dalam pergerakan warga Afrika-Amerika untuk mendapatkan kesetaraan haknya.

One Night in Miami adalah film drama yang merupakan original movie Amazon yang menjadi film debut penyutradaraan bagi aktris Regina King.

Tayang perdana di Venice Film Festival pada 7 September 2020, film ini kemudian dirilis terbatas pada 25 Desember 2020 dan sudah tersedia di Amazon Prime Video sejak 15 Januari 2021.

Film ini menampilkan kembali sosok Malcolm X yang terakhir kali diperankan oleh Denzel Washington di film biografinya pada tahun 1992, juga sosok Muhammad Ali yang terakhir kali diperankan oleh Will Smith di film biografinya pada tahun 2001.

Selain itu, film ini masuk sebagai nominator di ajang Academy Awards di tiga kategori. Sudah siap menyimak apa yang mereka perbincangkan? Baca review berikut terlebih dahulu.

Sinopsis

one-night-in-miami-1_

Tahun 1963. Cassius Clay hampir kalah dari Henry Cooper dalam pertandingan tinju di Stadion Wembley, London. Sam Cooke kesal dengan promotor acara di kota New York dimana dia tampil menyanyi di depan penonton yang semuanya kulit putih dengan respon yang dingin.

Jim Brown mengunjungi teman ayahnya dan berbincang di teras, tapi tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah saat hendak membantu Mr. Carlton memindahkan barang. Malcolm X pulang ke rumah dan berbicara kepada istrinya tentang niatnya keluar dari organisasi Nation of Islam.

Tahun 1964. Empat sosok terkenal di kalangan warga kulit hitam di Amerika ini bertemu untuk menonton pertandingan tinju Cassius. Sebelum ke arena, Cassius mengunjungi Malcolm di kamar hotel dan melakukan shalat berjama’ah terlebih dahulu.

Di malam kemenangan Cassius sebagai juara tinju itu, Jim menjadi salah satu komentator, sedangkan Sam dan Malcolm duduk di kursi penonton.

Setelahnya, Malcolm mengundang ketiga sahabatnya itu untuk datang ke kamar hotelnya. Dikira akan berpesta, ternyata yang hadir hanya mereka berempat saja dimana Malcolm ingin menggunakan malam ini untuk berbincang.

Mereka membahas dan merenungi pencapaian mereka saat ini dan juga kenyataan diskriminasi terhadap warga kulit hitam di Amerika yang diperjuangkan oleh Malcolm.

Terjadi ketegangan antara Malcolm dan Sam karena Malcolm ingin mengajak Sam turut serta dalam perjuangannya dengan menyumbangkan suara dan lagu yang pasti akan didengar oleh warga mereka.

Sam menyangkal jika dirinya berusaha untuk menjadi “penghibur” bagi warga kulit putih dan mengabaikan apa yang terjadi pada warga kulit hitam.

Sedangkan Jim diam-diam hendak masuk ke dunia film dan Cassius ingin mengumumkan dirinya sebagai seorang Muslim. Tensi semakin meninggi ketika Sam menuduh Malcolm ingin memanipulasi mereka dengan segala popularitas yang mereka miliki.

Sam keluar dari kamar dan diikuti oleh Cassius yang ingin menenangkannya. Mereka membeli minuman dan makanan di minimarket terdekat.

Sekembalinya ke kamar hotel, Malcolm dan Sam sudah sedikit tenang dan bisa berbicara lagi. Malcolm bercerita jika dia sudah sejak lama menonton penampilan Sam, terutama di Boston, dimana Sam berhasil mengajak seluruh penonton bernyanyi bersamanya tanpa musik karena ada sabotase dari artis lain.

Malcolm juga mengatakan bahwa dirinya berencana keluar dari Nation of Islam yang memicu emosi Cassius yang baru saja akan menyatakan dirinya telah masuk Islam.

Akankah persahabatan mereka pecah karena pertikaian demi membela pemikiran masing-masing? Ataukah mereka bisa menyamakan persepsi dan membela perjuangan warga kulit hitam? Tonton sampai habis filmnya dan dapatkan jawabannya!

Empat Legenda dalam Satu Ruangan

one-night-in-miami-2_

One Night in Miami adalah sebuah kisah fiktif dari kejadian nyata yang terjadi pada 25 Februari 1964 yang pertama kali hadir sebagai drama yang dipentaskan pertama kali di tahun 2013. Penulis naskah Kemp Powers, yang juga kemudian mengadaptasi naskah pentasnya ke film, menghadirkan dialog yang cepat dan rapat dengan ritme dan pace yang baik.

Powers mampu menghadirkan situasi menarik dengan kalimat-kalimat yang menghantam pemikiran kita, terutama tentang perjuangan warga kulit hitam di Amerika.

Uniknya, film ini dirilis berdekatan dengan Ma Rainey’s Black Bottom (2020) yang juga memiliki setting lokasi hanya di satu ruangan saja, dan Judas and the Black Messiah (2021) yang memiliki tema tentang perjuangan warga kulit hitam.

Pembagian Porsi yang Seimbang

one-night-in-miami-3_

Faktor penting dalam menampilkan lebih dari dua tokoh utama dalam film ialah bagaimana membagi porsi secara seimbang kepada semua karakternya. Berkat naskah yang apik, Regina King mampu menempatkan keempat karakternya dengan baik dan proporsional.

Diawali dengan latar belakang kehidupan masing-masing yang mencerminkan adanya diskriminasi kepada mereka.

Masing-masing dari mereka memiliki argumentasi yang kuat tentang peran dan pemikiran mereka di kalangan warga kulit hitam, terutama Malcolm X yang memang dikenal sebagai salah satu aktivis paling giat di organisasi Nation of Islam dalam memperjuangkan kesetaraan hak bagi warga kulit hitam khususnya. Tapi ketiga rekannya juga tidak kalah penting.

Cassius Clay, yang kemudian kita kenal dengan nama Muhammad Ali, adalah pujaan hati rakyat Amerika dengan prestasinya, gaya tinju yang menghibur, dan kepribadiannya yang menyenangkan.

Begitupun Sam Cooke yang dijuluki “King of Soul” dengan deretan lagu-lagu hits-nya, dan begitu juga dengan Jim Brown yang merupakan pemain football paling populer saat itu dan sukses sebagai bintang film.

Hebatnya, mereka berempat adalah sahabat. Meski berbeda bidang dan pemikiran, tapi mereka memiliki semangat yang sama dalam menempatkan diri di kalangan warga kulit hitam di Amerika.

Karena itulah, Malcolm ingin mengajak mereka berjuang bersamanya agar bisa berada di garda depan dalam meruntuhkan sistem yang diskriminatif di Amerika.

Untuk ditampilkan menjadi sebuah film, cakupan setting-nya sedikit diperluas. Adegan-adegan seperti keluar dari ruangan kamar, dengan menghadirkan beberapa adegan yang menjadi latar belakang materi perbincangan mereka di awal film.

Beberapa kejadian setelah pertemuan ini terjadi di ending-nya. Semuanya terasa proporsional dan bisa menggugah hati dan pemikiran kita setelah menontonnya.

Akting Menawan berkat Pengarahan yang Apik

one-night-in-miami-4_

Memerankan seorang tokoh nyata memang tidak mudah. Selain harus memiliki kemiripan dari segi fisik, sang aktor juga pasti “diminta” untuk menghidupkan tokoh yang dibawakannya, baik dari gaya bicara sampai gestur badannya. Dan di film ini, keempat aktor utamanya tampil prima dan seolah lekat dengan tokoh yang diperaninya.

Masing-masing dari aktor ini sukses dalam film maupun serial yang mereka bintangi, terutama Leslie Odom Jr. yang juga tampil di pentas teater dan merupakan peraih Tony Awards sebagai Best Actor untuk penampilannya di pentas drama Hamilton.

Dan di One Night in Miami ini, dia juga menulis dan menyanyikan lagu yang masuk nominasi Best Original Song, berjudul “Speak Now”.

Berkat pengarahan yang apik dan telaten dari Regina King, sangat terlihat sentuhan keibuannya di setiap adegan, yang membuat drama dengan kemungkinan membosankan yang besar menjadi sebuah kisah menarik yang penuh inspirasi.

Jadi wajar saja jika King mendapat banyak pujian karenanya. Meski tidak tercantum sebagai nominasi di ajang Oscar, setidaknya Golden Globes menominasikannya.

One Night in Miami menjadi salah satu film terbaik di tahun 2020 yang wajib ditonton. Dengan setting lokasi yang mayoritasnya berada di satu ruangan saja sehingga memunculkan kesan keintiman dengan empat karakter utamanya.

Film berdurasi 1 jam 54 menit dengan sinematografi yang cukup apik ini juga mengusung tema yang berat tapi bisa kita cerna dengan baik.

Dengan tiga nominasi Oscar, yaitu Best Supporting Actor untuk Leslie Odom Jr., Best Adapted Screenplay dan Best Original Song, membuat film ini sangat harus masuk daftar wajib tonton kita. Langsung simak saja di Prime Video.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram