bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Film One Day, Satu Hari yang Berarti

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
One Day
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Persahabatan antara perempuan dan laki-laki konon adalah sebuah mitos. Salah satunya pasti merasakan cinta, tapi di saat bersamaan merasa terhalang oleh banyak hal. Seperti kisah Emma dan Dexter pada film One Day yang tayang pada 2011 lalu ini. Tak bisa bersama sekaligus tak bisa berpisah, keduanya menjalin sebuah hubungan yang unik.

Pada tanggal 15 Juli setiap tahunnya, mereka mengagendakan untuk bertemu. Namun, perlu waktu belasan tahun agar masing-masing mengakui dan menyadari bahwa mereka saling membutuhkan. Di saat semua rasanya mulai berjalan baik, tiba-tiba kejutan datang menghantam kepala. Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya pada Emma dan Dexter? Kelanjutan film One Day hanya bisa Anda ketahui saat menontonnya nanti tapi sebelum itu baca sinopsis dan ulasannya yuk!

Sinopsis

Pada hari kelulusan setelah keduanya menamatkan kuliah di Edinburgh University, yaitu tanggal 15 Juli 1988, Emma Morley (Anne Hathaway) dan Dexter Mayhew (Jim Sturgess) berkenalan. Perkenalan mereka boleh dikatakan tidak direncanakan karena sahabat Emma  yang bernama Tilly (Jodie Whittaker) dan Callum (Tom Mison), sahabat Dexter, malah asyik berciuman mengabaikan keduanya.

Di tengah kecanggungan Emma dan Dexter mulai bicara. Pemuda itu pun mengantarkan Emma pulang. Dexter yang memang flamboyan rupanya punya niat terselubung. Dia ingin mengajak Emma bercinta. Namun, Emma yang merasa gugup butuh waktu untuk meyakinkan diri. Dia mencari alasan dan membiarkan Dexter menunggu dalam keadaan setengah telanjang.

Saat merasa sudah siap, Emma keluar dari kamar mandi tapi dia terkejut karena Dexter sudah kembali mengenakan celananya. Betul! Dexter sudah kadung hilang hasrat dan memutuskan pulang. Tahu hal tersebut bukan sifat yang mengesankan, Dexter memutuskan tidak jadi pulang lalu keduanya berbincang di atas tempat tidur sebagai teman.

Satu tahun kemudian di tanggal yang sama, Dexter membantu Emma pindahan ke London. Dia menyempatkan diri sebelum berangkat ke India. Walau terpisah jarak yang jauh, Dexter ingin Emma terus mengiriminya surat. Di London Emma bekerja menjadi penulis dan akhirnya menjadi pelayan di sebuah restoran Meksiko.

Saat bekerja sebagai pelayan itulah dirinya bertemu dengan Ian Whitehead (Rafe Spall), rekan kerja sekaligus komedian yang terlihat menyukainya. Ian mengundang Emma menyaksikan pertunjukannya tapi gadis itu menolak. Emma masih terus berhubungan dengan Dexter, sama seperti hari itu. Dia menelepon Dexter yang rupanya sudah ada di Paris sebagai tenaga pendidik. Emma menceritakan banyak hal, sementara Dexter mendengarkan sambil ditemani seorang gadis lain.

Pada 15 Juli 1991, Dexter mengunjungi Emma di tempat kerjanya. Lelaki yang gemar bermain perempuan itu terlihat mencium salah satu pelanggan di restoran dan membuat Emma kesal. Sejurus kemudian Dexter mengajak Emma berlibur. Dexter sendiri sebenarnya tidak suka jika Emma bekerja sebagai pelayan. Dia ingin temannya itu menjadi penulis.

Emma tidak menanggapi karena merasa kurang percaya diri. Padahal Dexter melihat bakat yang besar pada diri gadis tersebut. Keduanya kemudian pergi berlibur tapi Emma punya beberapa peraturan yang harus dipatuhi. Pertama, tempat tidur mereka harus dipisah, kedua tidak boleh saling menggoda, ketiga tidak boleh tanpa busana. Nyatanya mereka malah mendatangi sebuah pantai yang didatangi para nudis     

Di sebuah klub, Emma terbawa suasana hingga mengungkapkan perasaannya pada Dexter. Gadis itu mengakui sudah lama menyukainya bahkan sebelum mereka saling bicara. Emma juga suka membuat puisi karena perasannya tersebut. Pernyataan ini tidak membuat Dexter terkejut karena dia sudah menyadarinya.

Lelaki ini lantas mengajak Emma berenang. Pertahanan Emma pun hancur dan gadis itu tergoda untuk terjun ke kolam renang tanpa busana sehelai pun. Di sana, Dexter mengungkapkan perasaan bahwa sebenarnya sejak kejadian malam itu dia juga tidak berhenti memikirkan Emma, tapi bingung. Oleh karena itulah dia mengajak Emma berlibur. Sial, malam itu pakaian Dexter dicuri sehingga dia harus bertelanjang dada untuk sampai ke kamarnya. Pada liburan itu, semua aturan yang Emma buat, dilanggarnya sendiri.

Cerita berlanjut saat Dexter sudah menjadi seorang presenter televisi yang sukses. Dia pindah ke London dan hidupnya semakin penuh dengan hura-hura, pesta dan wanita. Namun, sang ibu, Alison (Patricia Clarkson) tidak menyukai kehidupan anak lelakinya ini, apalagi Alison sedang sakit kanker.

Suatu hari Dexter mengunjungi ibunya dalam keadaan mabuk. Dia mencoba menghabiskan waktu bersama Alison karena hubungannya dengan sang ayah, Steven (Ken Stott) tidak terlalu baik. Dia bahkan melarang Dexter menemui Alison atau datang ke rumah. Dalam keadaan hancur, Dexter mencoba menghubungi Emma. Sayangnya Emma yang kini berprofesi sebagai guru sedang menghabiskan waktu bersama Ian.

Berulang kali lelaki itu meninggalkan pesan tapi Emma tak kunjung menghubunginya. Di tempat lain Emma dan Ian menikmati kebersamaan mereka. Emma lalu memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Ian walau sebenarnya tidak memiliki keterikatan emosi.

Tahun berlalu Alison diceritakan meninggal dunia. Hidup Dexter semakin hancur di dalam. Dia terus menghubungi Emma saat dirinya ada dalam kesulitan, tapi perempuan itu juga tidak bisa banyak membantu apalagi bertemu karena dirinya punya kesibukan. Setelah beberapa tahun tidak bertemu, Dexter dan Emma akhirnya bisa kembali berjumpa. Namun, Emma tidak melihat ada perubahan berarti pada diri Dexter yang masih saja hobi menggoda dan tebar pesona.

Gara-gara hal itu keduanya terlibat perdebatan yang membuat Emma sangat tersinggung dan marah. Dexter berusaha mengejar tapi Emma menolak karena dia membenci segala perubahan yang terjadi di diri Dexter semenjak dia menjadi presenter. Emma mengungkapkan bahwa dia masih mencintai tapi tidak lagi menyukainya. Mereka pun berpisah dan mulai menjalani hidup sendiri-sendiri.

Karir Dexter terlihat mulai meredup sementara itu dia mulai dekat dengan seorang perempua bernama Sylvie Cope (Romola Garai). Namun, kedua orangtua Sylvie terlihat tidak menyukainya. Di sisi lain kehidupan Emma dan Ian pun mulai ramai pertengkaran. Lantas, apakah mungkin Dexter dan Emma kembali bersama?

Perubahan Penampilan Tiap Karakter Menguatkan Alur Cerita

Secara singkat, film One Day akan mengajak kita untuk menyaksikan persahabatan antara Emma dan Dexter dari 1988 hingga delapan belas tahun kemudian. Alur dalam film ini menceritakan bagaimana keadaan hubungan mereka setiap tahunnya. Dalam satu tahun, Emma dan Dexter mengkhususkan satu hari untuk bersama. Hal yang menarik dari alur ini adalah Anda akan melihat terjadinya perubahan demi perubahan penampilan pada Emma dan Dexter.

Dimulai saat keduanya baru lulus kuliah, Anda akan melihat penampilan Emma berambut curly dengan potongan pendek dan berkacamata. Penggambaran tersebut menguatkan kepribadiannya yang canggung dan tidak percaya diri. Kemudian ada Dexter yang sudah tampil tampan dan percaya diri sejak awal.

Tahun demi tahun berganti dan melalui penampilan mereka yang berubah jadi semakin dewasa Anda akan ngeuh bahwa hubungan mereka sudah berjalan bertahun-tahun. Terutama saat melihat perubahan demi perubahan pada karakter Emma; dari mulai rambut panjang, panjang berponi hingga pendek ala-ala Demi Moore.

Perubahan penampilan pada karakter Emma dan Dexter dalam film ini diiringi dengan perubahan cara pandang mereka terhadap cinta, wakau status antara keduanya tidak berubah dalam waktu lama. Secara keseluruhan Anda seperti diajak menjadi saksi perjalanan hidup kedua karakter utama dalam film ini.

Perlu Waktu Lama untuk Mantap Bersama

Melihat konflik-konflik atau hubungan Emma dan Dexter, sedikit banyak Anda mungkin akan bosan sekaligus gemas. Karakter Emma yang menjalin hubungan dengan Ian, terasa tidak memiliki keterikatan emosional tapi di sisi lain, Emma dan Dexter juga tidak mengalami perubahan yang berarti. Mereka menghabiskan waktu satu tahun untuk bertemu satu hari dan terasa berlalu begitu saja.

Perubahan berarti hanya terlihat melalui penampilan yang berganti-ganti serta konflik di kehidupan pribadi masing-masing. Anda akan menyaksikan Dexter yang sukses lalu tak lama karirnya meredup. Dia kemudian jatuh lantas bangkit lagi. Di sisi lain Emma perlahan mulai percaya diri dan berhasil menerbitkan buku. Dari sana, terasa sekali bahwa dua karakter ini berproses. Sayangnya, ketika alur kembali fokus pada hubungan Dexter dan Emma, Anda akan merasa sedikit bosan.

Namun, alur ini pastilah memiliki pesan buat siapa pun yang menontonnya. Anda diajak memahami bahwa sebuah perasaan bisa terhalang banyak hal, terutama ego. Cinta saja tidak cukup untuk membuat dua orang bersama. Namun, cinta juga yang membuat mereka bertahan dalam waktu lama untuk selalu ada bagi masing-masing.

Menyentuh dengan Akhir yang Tragis

Diadaptasi dari sebuah novel bestseller berjudul sama karya David Nicholis, film One Day akan membekas di benak Anda karena akhirnya yang tragis. Bukan plot twist yang memberi efek kejut melainkan sebuah kejutan yang menyesakkan.

Akhir film yang semacam ini seperti dibuat untuk menebus kebosanan selama film berlangsung. Entah bagaimana, walau sedih, akhir cerita yang demikian adalah alur terbaik yang bisa disuguhkan One Day. Jika Emma dan Dexter diceritakan berakhir bahagia, tidak ada yang terlalu istimewa dari film ini. Hanya romansa antara dua orang yang terjalin selama belasan tahun dan keraguan mereka untuk hidup sama-sama.

Sebagai film romantis, One Day adalah tontonan dengan chemistry yang baik antara Anne dan Jim. Walau banyak yang mengeluhkan aksen British Anne, secara keseluruhan aktingnya bisa menutupi itu semua. Satu lagi, film ini punya soundtrack-soundtrack terbaik yang dibuat untuk menguatkan alurnya. Daripada semakin penasaran, Anda bisa menonton film secara langsung! Selamat menyaksikan!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram