bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Film Once Upon a Time in The West (1968)

Ditulis oleh Sri Sulistiyani
Once Upon a Time in The West
3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Seperti apakah kehidupan para koboi yang identik dengan kuda, pistol, dan topi khasnya? Bagi kamu yang menyukai film-film dengan tema kehidupan koboi, kamu bisa coba menonton film berjudul Once Upon a Time in The West ini.

Meski sudah dirilis sejak tahun 1968, film Once Upon a Time in The West ini masih menjadi salah satu film yang cukup seru untuk kamu tonton saat ini. Penasaran dengan ceritanya? Berikut review dan sinopsisnya!

Sinopsis

once-upon-a-time-in-the-west-1_
  • Tahun Rilis: 1968
  • Genre: Western / Drama
  • Produksi: Euro International Films / Paramount Pictures
  • Sutradara: Sergio Leone
  • Pemeran: Claudia Cardinale, Henry Fonda, Jason Robards

Film Once Upon a Time in The West dibuka dengan adegan saat tiga orang koboi menghadang seorang koboi misterius yang selalu bermain harmonika di stasiun kereta. Si harmonika mencari seorang koboi bernama Frank, namun tiga koboi yang menemuinya hanyalah anak buahnya. Si koboi harmonika kemudian menembak tiga koboi tersebut.

Di wilayah lain yang bernama Sweetwater, Frank dan anak buahnya melakukan pembantaian dan membunuh keluarga McBain yang terdiri dari ayah dan tiga anaknya. Padahal keluarga tersebut tengah menanti kehadiran Jill, istri baru dari sang ayah. Frank kemudian membuat pembunuhan itu seolah-olah dibuat oleh Cheyenne, seorang buronan kriminal.

Jill yang tak dijemput di stasiun pun memutuskan untuk pergi ke Sweetwater. Di perjalanan, kusir kuda yang ditumpanginya berhenti sejenak di bar.

Di bar tersebut terjadilah pertemuan antara si harmonika dan Cheyenne yang sempat bersitegang di depan Jill. Setelah bertemu Cheyenne, si harmonika tahu bahwa Frank tak menemuinya karena tengah membunuh dan menjebak Cheyenne.

Pasca meninggalnya keluarga McBain, Jill yang sudah berstatus sebagai nyonya McBain pun mendapat semua warisannya.

Rupanya, McBain memiliki sebidang tanah yang akan ia bangun menjadi kota kelak saat rel kereta sampai di tempat tersebut. Hal itu juga diketahui oleh Borton, pengusaha rakus yang tinggal di dalam kereta api dan menganggap jika jalur kereta tersebut adalah miliknya.

Borton bekerja sama dengan Frank untuk menghabisi McBain, namun kini mereka juga harus mengurus Jill yang menjadi ahli waris McBain. Setelah itu, si harmonika kemudian mulai bekerja sama dengan Cheyenne untuk melindungi Jill, Frank, dan Borton. Si harmonika dan Cheyenne juga telah mengetahui mengenai tanah yang diwarisi oleh McBain.

Di sisi lain, si harmonika juga seolah memiliki misi dan dendam tersendiri terhadap Frank. Ia tak pernah mengungkap identitasnya setiap kali bertemu Frank.

Dalam berbagai kesempatan, mereka sering berhadapan dan melakukan adu tembak yang membunuh banyak anak buah Frank ataupun Cheyenne. Sementara Frank mulai tertarik melakukan kesepakatan dengan Jill dan melawan Borton.

Frank mulai merayu Jill hingga memaksanya melelang properti McBain tersebut, dimana anak buahnya sudah mengatur agar properti di lelang itu jatuh ke tangan Frank. Namun si harmonika yang sudah bekerja sama dengan Cheyenne berhasil menggagalkan strategi tersebut. Tuan Borton kemudian membayar anak buah Frank untuk membunuhnya.

Frank diincar oleh anak buahnya sendiri namun si harmonika membantunya untuk lolos. Saat Frank kembali ke kereta, ia menemukan anak buahnya telah dibunuh dalam pertempuran dengan geng Cheyenne, begitu pula dengan Tuan Borton. Frank kemudian mencari si harmonika dan bertanya mengenai siapakah ia sebenarnya.

Ketika keduanya siap berduel, muncul adegan kilas balik yang menunjukan latar belakang si harmonika. Di masa lalu, Frank pernah menyiksa si harmonika dan kakaknya serta memaksa si harmonika meniup harmonika tersebut saat kakaknya sekarat. Kembali ke masa sekarang, si harmonika kemudian menembak Frank dan menyumpal mulutnya dengan harmonika.

Si harmonika dan Cheyenne kemudian datang ke rumah Jill untuk berpamitan dan pergi dari tempat tersebut. Namun di tengah jalan, diketahui jika Cheyenne sudah terluka parah akibat pertarungan dengan geng Frank. Ia pun terbunuh dan si harmonika pergi meninggalkannya.

Sinematografi Unik Khas Film Klasik

once-upon-a-time-in-the-west-2_

Film berdurasi 166 menit ini memiliki teknik sinematografi yang cukup unik dan berbeda dibanding film-film saat ini. Film ini banyak menggunakan shot-shot panjang dengan durasi yang lama dalam setiap adegannya.

Bahkan, opening scene film ini berdurasi cukup panjang, yaitu sekitar 15 menit tanpa dialog apapun dan hanya menggunakan ciri khas shot-shot diam dengan durasi panjang.

Selain shot-shot berdurasi panjang, kita juga akan banyak melihat shot-shot medium close up yang menunjukan ekspresi setiap pemain. Visualisasi ini juga dilakukan dengan dialog yang minim atau musik-musik latar lainnya.

Selama menontonnya, kamu akan kembali terbawa suasana ke masa-masa film klasik di tahun 60-an.

Alur Cerita dan Karakter yang Kompleks

once-upon-a-time-in-the-west-3_

Dengan durasi yang cukup panjang bagi sebuah film, Once Upon a Time in The West terasa memiliki alur cerita maupun karakter yang cukup kompleks.

Film ini memiliki cukup banyak karakter utama yang memiliki latar belakang dan tujuannya masing-masing dalam cerita di film ini, mulai dari si harmonika yang misterius, Frank dan kelompok banditnya, hingga Cheyenne dan anak buahnya.

Di awal-awal film pada bagian eksposisi atau pengenalan tokoh, kamu mungkin akan kebingungan dengan hubungan antar karakter ini yang seolah tak memiliki keterkaitan apa pun. Namun seiring dengan berjalannya cerita, kamu akan mengetahui bahwa mereka semua saling berhubungan dan alur ceritanya pun akan semakin seru hingga menuju akhir film.

Tata Suara yang Khas di Sepanjang Film

once-upon-a-time-in-the-west-4_

Selama menonton film Once Upon a Time in The West ini, kamu akan mendengar musik backsound yang cukup khas dan sering muncul di sepanjang film.

Salah satunya adalah alunan harmonika khas yang membangun suasana tersendiri dalam film ini. Suara harmonika tersebut mengalun pelan, namun cukup membuatmu merasakan tensi ketegangan dalam film ini.

Selain alunan suara harmonika, film ini tak banyak menggunakan efek-efek suara lainnya. Bahkan sering kali kita hanya melihat adegan yang sunyi tanpa dialog atau musik latar belakang apapun selama beberapa detik lamanya. Hal semacam ini memang membuat tempo film terasa berjalan lambat dan mungkin membosankan bagi sebagian orang.

Namun secara perlahan cerita yang dibangun dari satu scene ke scene lainnya akan membuat kita semakin tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai kesinambungan cerita dari film ini.

Hingga pada klimaksnya, kita pun akan ikut dibuat tegang meski sang sutradara mem-visualisasikan adegan klimaks dengan adegan yang dibuat pelan dan lambat.

Di bagian konklusi, kita pun akan melihat adegan penutup yang sebelumnya sudah disinggung di bagian awal hingga pertengahan film. Jadi, pastikan kamu menonton filmnya sampai akhir supaya bisa memahami keseluruhan cerita ya!

Itulah review dari film Once Upon a Time in The West, sebuah film klasik produksi tahun 60-an yang masih cocok kamu tonton saat ini. Meski termasuk film klasik, jangan khawatir juga dengan kualitas gambarnya ya, karena film ini sudah melalui proses restorasi sehingga bisa ditonton dengan kualitas terbaik.

Apakah kamu sudah selesai menonton filmnya? Apa hal yang paling kamu sukai dari film yang memiliki konsep cukup unik ini? Ceritakan di kolom komentar ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram