Sinopsis & Review Not Me, Series Tentang Isu Sosial & Kesetaraan


Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.
Not Me adalah lakorn GMMTV yang baru aja tamat pada akhir Maret 2022. Ditonton orang-orang dari berbagai dunia, serial Not Me selalu jadi trending topic di Twitter tiap ada episode terbarunya.
Not Me diperankan oleh artis-artis kenamaan dari GMMTV, yang tentunya menjadi daya tarik dramanya. Tapi, enggak cuma itu aja, loh, alasan banyak orang menonton Not Me.
Drama ini mengangkat tema yang belum pernah dibawakan series BL mana pun juga, yaitu politik dan isu sosial, yang mana masih tabu diperbincangkan di negaranya. Kamu jadi penasaran, kan? Simak sinopsis dan ulasan drama Thailand Not Me dari Bacaterus di bawah ini, yuk.
Sinopsis

Tahun Rilis | 2021 |
Genre | Action, Crime, Political, Romance, Thriller |
Sutradara | Nuchie Anucha Boonyawatana |
Pemeran | ∙ Gun Atthaphan Phunsawat ∙ Off Jumpol Adulkittiporn ∙ Mond Tanutchai Wijitwongthong ∙ First Kanaphan Puitrakul ∙ Sing Harit Cheewagaroon |
White dan Black (Gun Atthaphan Phunsawat) adalah saudara kembar dengan koneksi spesial, jika salah satu dari mereka sakit, maka kembarannya akan merasakannya juga. Beralasan itu, kedua orang tua mereka memutuskan bercerai dan memisahkan mereka berdua, dengan harapan koneksi antara mereka pun bisa 'putus' dan mereka enggak menyakiti satu sama lain.
White terbang ke Rusia dengan ayahnya, sementara Black menetap di Thailand dengan ibunya. Time skip hingga 15 tahun kemudian, di mana White akhirnya kembali ke Thailand untuk mengikuti pencalonan diplomat, mengikuti jejak ayahnya.
Baru sehari di Thailand, White tiba-tiba merasakan sakit di sekujur tubuhnya hingga pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Tapi, dokter enggak menemukan penyakit apa pun, sehingga White enggak perlu dirawat intensif.
Telepon masuk dari Todd (Sing Harit Cheewagaroon), teman masa kecil White dan Black, yang memberitahukan kalau Black koma akibat dikeroyok orang jahat. Todd mengatakan kalau Black mungkin saja dijahati oleh anggota gengnya yang urakan. White pun menyamar menjadi Black untuk menyusup ke geng dan menemukan siapa dalang dibalik pemukulan pada saudara kembarnya.

Saat menyamar sebagai kembarannya, White mencurigai banyak orang karena semuanya bisa menjadi tersangka. Terutama anggota gengnya yang tampak membenci dan takut pada Black. Mereka adalah Sean (Off Jumpol Adulkittiporn), Gram (Mond Tanutchai Wijitwongthong), dan Yok (First Kanaphan Puitrakul).
Geng tanpa nama ini (akhirnya dinamai ROL/Rule of Law oleh White kemudian hari). ROL selalu berkumpul di garasi milik Gumpha (Papang Phromphiriya), yang bertindak sebagai 'pelatih' geng. Semua orang enggak ada yang terkejut dengan kehadiran Black (yang sebenarnya adalah White), sehingga White berpikir mungkin pelaku pemukulan saudaranya bukan dari anggota geng.

Walau enggak ngeh banget, tapi geng Black menemukan kejanggalan. Soalnya, 'Black' yang ini kok enggak garang, ya? Terus, banyak takut dan enggak bisa apa-apa (dalam artian berbuat hal yang bertentangan dengan hukum).
Curiga, tapi anggota geng enggak ada yang mengira kalau itu bukan Black, karena baik Black dan White enggak ada yang pernah cerita ke siapa pun kalau mereka punya saudara kembar. Sambil mencari pelaku pengeroyokan Black, White belajar tentang saudara kembarnya yang enggak pernah saling kontekan lagi.
White juga belajar tentang geng Black, tentang Todd, tentang bobroknya pemerintahan Thailand, dan banyak hal lainnya. White juga belajar bagaimana untuk jadi lebih berani beraksi membela keadilan, terutama bagi rakyat kecil dan kaum tertindas, walau lewat jalan diluar hukum.

Di perjalanan, White dan Sean jadi tertarik satu sama lain dan tumbuh perasaan cinta di antara keduanya. White bahkan menjadi orang pertama yang mengetahui asal usul kebencian Sean terhadap Tawi, orang berpengaruh di Thailand. Rupanya, ayah Sean merupakan korban extra judicial killing—pembunuhan di luar proses hukum.
Ayah Sean bekerja sebagai supir truk pabrik Tawi, tapi dia enggak tahu truknya berisi narkotika. Saat kabur dari kejaran polisi, ayah Sean tertembak oleh polisi dan tewas di tempat. Seakan belum cukup, pihak kepolisian enggak ada yang memberi tahu Sean siapa yang menembak ayahnya, yang membuat kepercayaan Sean akan kepolisian Thailand menurun drastis.
Tapi, Sean sadar kalau musuh utamanya adalah Tawi, sehingga lewat aksi ROL, dia selalu menargetkan Tawi. Saat White sudah nyaman menjadi 'Black' dan memulai hubungan dengan Sean, bagaimana jika Black yang asli terbangun dari komanya? Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Drama tentang Social Awareness

Banyak sekali isu sosial yang disinggung dalam serial ini, di antaranya LGBTQ+, kemiskinan, power, hingga betapa sulitnya mencari pekerjaan bagi orang difabel. Lewat drama ini, penonton juga jadi belajar beberapa istilah hukum dan politik seperti impunitas, nepotisme, Rule of Law & Rule by Law, dan masih banyak lagi.
Menggunakan Teknik Red Herring

Not Me tampaknya menggunakan formulasi yang sama seperti cerita misteri. Ada istilah yang bernama red herring, yaitu teknik untuk mengalihkan perhatian/pembicaraan yang penting pada isu/hal lain yang sebenarnya nggak relevan. Red herring adalah logical fallacy (kekeliruan logika) yang mengarahkan penonton pada kesimpulan yang salah.
Pengikut drama selama masa penayangan real time sangat merasakan yang namanya dikecoh. Setiap episode baru selesai, penggemar Not Me selalu membuat teori dan menebak episode berikutnya bakal seperti apa.
Karena, walau diangkat dari novel, drama Not Me benar-benar digarap ulang dari ide cerita hingga karakternya. Yang sama dengan novel hanya karakter White dan Black yang kembar, sisanya anggap lah hanya 'meminjam nama' saja.
Setiap segmen episodenya, Not Me membuat plot twist yang mencengangkan. Sempat kesal karena di awal cerita seakan-akan mengacu ke A, tapi ternyata yang sebenarnya terjadi adalah L. Jauh banget, kan dari alfabet A ke L. Itulah yang akan kalian rasakan jika menonton Not Me.
Nggak ada yang salah dengan itu, justru jadinya bagus karena Not Me berhasil menggocek penonton, kan? Hanya disayangkan aja menghabiskan beberapa episode untuk hal yang ternyata jauh di luar perkiraan. Makanya banyak penonton Not Me yang kecewa karena durasi serial ini terbatas, jadi sebaiknya digunakan untuk scene yang penting-penting aja.
Banyak Makna Simbolis

Protes melalui karya seni dan media sosial, Not Me adalah perang melawan pemerintahan yang enggak adil dengan metode kekinian. Jadinya, sangat erat dengan kehidupan banyak orang di masa sekarang.
Selain melalui lukisan UNAR, street art Namo dkk, ada simbol-simbol lainnya juga yang disinggung. Seperti lambang burung phoenix dan penjelasannya yang dituturkan White pada episode terakhir, misalnya.
Real People

Bukan cuma karakterisasi para tokoh yang dibuat sangat nyata, serial ini juga mengajak para aktivis sungguhan, loh! Pemeran aktivis yang muncul di beberapa episode adalah orang sungguhan dan mereka memang benar-benar aktivis di negaranya. Bahkan, barcode yang ada di episode 7 pun barcode yang akan membawa kita ke homepage sungguhan tentang isu yang tengah dibahas.
Tokoh Perempuan Mandiri

Ada beberapa tokoh perempuan di serial ini:
- Namo
Setelah 'ditolak' Sean, Namo enggak tantrum. Dia bahkan 'menerima' Sean kembali saat teman dekatnya itu terpuruk setelah ditinggal oleh 'Black'. Reaksi yang ditunjukkan Namo sangat dewasa. Biasanya di cerita BL, tokoh wanita dijadikan objek pengganggu, yang kalau ditolak marah-marah. Tapi, di sini karakter Namo dibuat dengan sangat baik.
- Eugene