showpoiler-logo

Sinopsis & Review Noktah Merah Perkawinan, Runtuhnya Rumah Tangga

Ditulis oleh Suci Maharani R
Noktah Merah Perkawinan
4.3
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Banyak pasangan yang berpikir, pernikahan adalah akhir dari perjuangan cinta mereka. Kenyataannya, pernikahan adalah awal dari kehidupan baru bersama dengan pasangan. Noktah Merah Perkawinan menjadi bukti, bahwa nikah itu tidak selalu indah dan mudah untuk dijalani.

Contohnya seperti rumah tangga Marsha Timothy dan Oka Antara yang berada di ujung tanduk. Pasangan ini menunjukkan, bahwa retaknya rumah tangga tidak hanya terjadi karena faktor eksternal. Bahkan sikap diam yang disebut emas, sama saja dengan makian dalam rumah tangga tidak sehat ini.

Meski terkesan simpel, siapa sangka film adaptasi sinetron tahun 90-an ini begitu relate. Bahkan, Sabrina Rochelle Kalangie bisa membuatnya begitu dekat dengan kehidupan pasangan zaman sekarang.  

Lalu, apa yang terjadi pada pernikahan Marsha Timothy dan Oka Antara? Benarkan Sheila Dara Aisha sebagai orang ketiga adalah penyebab utamanya? Biar enggak penasaran lagi, kamu bisa membaca sinopsis dan ulasan filmnya hanya di Showpoiler.

Baca juga: 9 Film Indonesia tentang Perselingkuhan dan Orang Ketiga

Sinopsis

review noktah merah perkawinan_Sinopsis_

Apa yang membuat saya ingin menikah dengan Gilang? Dan lucunya, saya tidak ingat alasannya apa. 

Ambar

Hari itu, Yuli (Sheila Dara Aisha) sudah membuat janji bertemu dengan tantenya yang bernama Kartika (Ayu Azhari). Di hadapan sang tante yang berprofesi sebagai penasihat pernikahan, Yuli mengutarakan perasaan yang mengganggunya.

Ia mengisahkan bagaimana dirinya bisa masuk dalam kemelut rumah tangga orang lain sebagai orang ketiga. Inilah rumah tangga Ambara (Marsha Timothy) dan suaminya Gilang (Oka Antara).

Jika dilihat sekilas, siapa pun tidak akan menyangka bahwa rumah tangga ini sedang dilanda masalah. Sudah satu bulan, keduanya terjebak dalam silent treatment pasca pertengkaran hebat.

Masalah ini bermula ketika Ambar merasa kesal lantaran sang suami tidak pernah berbagi masalah dengannya. Ambar muak ketika Gilang menyembunyikan permasalahan ibunya yang selalu meminta uang untuk menghidupi sang kakak di Jerman.

Alih-alih membicarakan masalah ini dengannya, Gilang malah menceritakan hal ini kepada ibu kandungnya. Sontak, hal ini membuat sang mertua kerap menyindirnya sebagai sosok istri yang membebani suaminya.

Tak hanya itu, Ambar juga merasa tersinggung karena ibu mertuanya kerap mengkritik caranya mendidik anak. Ambar berpikir untuk meminta bantuan seorang penasihat pernikahan karena berharap langkah ini akan memperbaiki hubungan dan komunikasi mereka.

Gilang menolak mentah-mentah ide ini karena merasa bisa menyelesaikan masalah ini berdua saja. Gilang mengakui kesalahannya dan berniat untuk menjauhi ibu dan mertuanya. Tapi bagi Ambar, hal tersebut bukanlah jalan keluar terbaik, karena masalah mereka lebih fundamental; tidak bisa terbuka satu sama lain.

Dari sinilah, Yuli masuk dalam kemelut rumah tangga Ambar dan Gilang. Murid Ambar di kelas lokakarya ini malah jadi sumber masalah baru yang memperkeruh suasana.

Pertemuan Yuli dengan Gilang bermula ketika Ambar meminta Yuli untuk mengantar kedua anaknya ke rumah sang ibu. Karena memiliki ketertarikan yang sama terhadap tanaman, Gilang yang seorang arsitek berakhir membantu Yuli menyelesaikan proyek taman di kafe milik kekasihnya.

Sering bertemu dan bercengkerama, secara tidak sadar Gilang dan Yuli saling kagum dengan kepribadian masing-masing. Gilang merasa nyaman saat menghabiskan waktu bersama Yuli.

Selayaknya seorang istri pada umumnya, insting Ambar membuatnya peka akan hubungan suami dengan muridnya itu. Ambar tidak tahu apa yang harus dilakukannya karena tidak ingin anak-anak mengetahui kondisi orang tuanya. Apalagi Ambar tahu, putra sulung mereka stres karena pernah melihat mereka bertengkar.

Ambar bertanya kepada penasihat pernikahannya, apa yang membuatnya tahu kapan harus berjuang dan kapan harus berhenti. Apakah karena sekedar tidak merasa bahagia, ia boleh melepaskan pernikahan ini? Pasalnya, Ambar tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia merasa suaminya tidak pernah mau membiarkannya masuk dalam hidupnya.

Selama 10 tahun pernikahan, Ambar merasa dirinya tidak pernah menjadi bagian dari hidup sang suami. Puncaknya, malam itu Ambar tidak sengaja memergoki sang suami bersama Yuli bersama di kantor Gilang.

Saat itu juga, Ambar meminta cerai dari Gilang. Suasana semakin memanas ketika Yuli mengakui perasaannya di hadapan Ambar, bahwa ia jatuh cinta kepada Gilang.

Realita Rumah Tangga Banyak Pasangan

review noktah merah perkawinan_Realita Rumah Tangga Banyak Pasangan_

Saya tahu bahwa Noktah Merah Perkawinan diadaptasi dari sinetron populer berjudul sama tahun 90-an. Namun, saya mengagumi kerja sama Titien Wattimena sebagai penulis cerita original dan Sabrina Rochelle Kalangie dalam film ini. Mereka bisa meremajakan berbagai konflik rumah tangga tahun 90-an ke tahun 2022.

Saya yakin ada banyak hal yang diubah, selain itu mereka terlihat sangat detail dan melakukan riset mendalam. Pasalnya, masalah yang ada dalam film ini bukanlah masalah dramatis layaknya sinetron. Justru, film ini hanya memberikan tiga konflik saja.

Pertama soal komunikasi, kepercayaan dan keterbukaan satu sama lain. Faktor eksternal seperti campur tangan orang tua hingga orang ketiga, semua ini tidak akan terjadi jika Ambar dan Gilang memiliki tiga faktor tadi.

Kalau dipikir-pikir, tiga faktor yang saya sebutkan tadi terkadang dianggap remeh oleh banyak pasangan. Seperti yang dikatakan Ambar bahwa pernikahan tidak hanya bermodal cinta saja, tapi harus ada ketersediaan untuk menerima satu sama lain.

Bahkan, kalau kamu mencari tahu lebih dalam lagi soal alasan perceraian di Indonesia, salah satu alasan yang lumrah bukan hanya ekonomi, tapi komunikasi buruk dan tidak adanya kepercayaan.

Saya yakin banyak pasangan yang sadar, sebenarnya konflik dalam Noktah Merah Perkawinan sangat umum. Hal ini dirasakan oleh hampir seluruh rumah tangga, tidak hanya oleh pasangan muda saja.

Tipe Lain dari Pelakor dan Perselingkuhan

review noktah merah perkawinan_Tipe Lain dari Pelakor dan Perselingkuhan_

Ada satu hal yang cukup mengganggu pikiran saya saat menonton Noktah Merah Perkawinan. Saya penasaran, kenapa film ini memilih sudut pandang orang ketiga saat mengisahkan hubungan Ambar dan Gilang?

Hal ini memang sangat unik, hingga akhirnya saya sadar soal pesan yang ingin disampaikan oleh Titien Wattimena dan Sabrina Rochelle Kalangie.

Ternyata, selingkuh itu bukan soal dua orang yang sepakat berhubungan di belakang pasangan masing-masing. Ada juga perselingkuhan yang tidak disengaja, contohnya seperti hubungan Yuli dan Gilang.

Bisa dikatakan mereka “hanya menikmati waktu bersama”, tapi apakah hal ini sebuah perselingkuhan? Saya pribadi merasa bahwa hal ini hanyalah bentuk atau tipe lain dari perselingkuhan. Gilang menemukan kebahagiaan dari wanita lain, ketika istrinya berusaha untuk mempertahankan rumah tangganya.

Saya pikir ini bukan sekedar selingan, karena jika dibiarkan mungkin keduanya bisa benar-benar berselingkuh. Apalagi kenyataannya, Yuli benar-benar jatuh cinta kepada Gilang. Gadis ini juga sadar, mereka tidak memiliki masa depan dan hal ini membuatnya sangat tidak nyaman.

Tapi saya salut dengan keberanian Yuli dan cara Noktah Merah Perkawinan menggambarkan sosok pelakor. Meski development karakternya masih kurang kuat, tapi Yuli merefleksikan bahwa cinta memang datang tiba-tiba dan pada siapa saja.

Meski begitu, manusia bisa mengendalikan cinta tersebut jika mereka menginginkannya dan berusaha untuk menahan diri.

Bagas, Si Sulung yang Penuh Simpati

review noktah merah perkawinan_Bagas, Si Sulung yang Penuh Simpati_

Noktah Merah Perkawinan memang berhasil mengaduk emosi para penontonnya karena luar biasa dari Marsha Timothy, Oka Antara dan Sheila Dara Aisha. Kualitas akting ketiganya sangat natural dan penuh penjiwaan. Tapi, ada satu karakter lain yang diam-diam mencuri perhatian dari tiga orang yang berkonflik ini.

Jujur, saya merasa simpati dan terharu dengan karakter Bagas atau anak sulung Ambar dan Gilang. Cara Bagas memperlakukan ibunya, benar-benar bikin hati penonton tersentuh.

Anak ini tidak banyak bicara, tapi sikapnya menunjukkan bawa ia dididik dengan baik oleh Ambar. Hal ini juga membuktikan bahwa omongan neneknya soal gaya parenting Ambar yang buruk, tidak benar sama sekali.  

Bahkan, adegan ketika Bagas mengembalikan sate yang dibawa neneknya dari piring Ambar ke piring asalnya menunjukkan bahwa anak-anak memiliki kepekaan terhadap perasaan kedua orang tuanya.

Dibanding masalah Gilang dan Ambar, saya lebih kasihan dengan Bagas yang menyimpan semua pemikirannya sendiri soal kondisi keluarganya yang tidak sehat. Dan karakter Bagas ini diperankan dengan sangat cemerlang oleh aktor cilik bernama Jaden Ocean.

Dari sisi akting, Jaden Ocean terlihat sangat natural dan begitu menjiwai perannya. Di sisi lain, saya senang bahwa karakter Bagas tidak diperlihatkan sebagai sosok anak dewasa dari dialog. Kedewasaan seseorang tidak dilihat dari apa yang dibicarakannya, tapi dari apa yang diperbuatnya.

Detail dan Dipenuhi Dialog Sentimental

review noktah merah perkawinan_Detail dan Dipenuhi Dialog Sentimental_

Jika berbicara soal kualitas, tentu saja Noktah Merah Perkawinan jauh dari ekspektasi saya. Saya bisa melihat bahwa film ini benar-benar digarap dengan hati-hati. Dari sinematografi dan skoring, saya pikir film ini jauh lebih unggul dari Mumun yang ceritanya juga diadaptasi dari sinetron.

Ada banyak gambar-gambar menarik dan background music yang bikin penonton fokus dengan emosinya. Tapi, yang bikin saya sulit move on dari film ini adalah dialognya yang indah dan penuh makna.

Dialognya simpel dan on point, tidak terasa dilebih-lebihkan atau sok aesthetic. Namun, ada satu dialog dari Ayu Azhari yang sangat menempel di kepala saya. “Mempertahankan pernikahan itu terjadi seumur hidup. Bahkan meski berpisah pun, masih ada hal lain yang harus diperjuangkan bersama”. 

Dialog ini stuck di kepala dan membuka pikiran saya bahwa pasangan yang berusaha bertahan di tengah badai itu bukannya bucin atau bodoh. Tapi, mereka hanya memperjuangkan janji pernikahan dan anak yang memang pantas untuk dipertahankan.

Dialog lainnya yang cukup menampar lainnya adalah yang mebahas tentang diam itu bukan emas dalam pernikahan, tapi sama saja seperti saling memakian yang memperkeruh suasana. 

Beralih ke yang lainnya. saya juga ingin mengomentari betapa detailnya Sabrina Rochelle Kalangie dalam memilih set. Rumah yang ditinggali oleh Gilang dan Ambar terlihat sangat minimalis tapi artistik.

Kegemaran Gilang dengan tanaman juga diperlihatkan dari rumah dan kantornya yang asri. Lalu sense artistik Ambar diperlihatkan dari pajagan dan tembikar-tembikar buatannya.

Dramatis di Waktu yang Tepat

review noktah merah perkawinan_Dramatis di Waktu yang Tepat_

Rasanya tidak lengkap jika membahas Noktah Merah Perkawinan tanpa menyinggung soal alurnya. Pada awalnya, saya sedikit terganggu dengan alur maju-mundur ketika Yuli mengisahkan soal Ambar dan Gilang. Meski scene ini hanya muncul dua kali, adegan yang seharusnya dramatis malah terasa agak canggung.

Namun, adegan dramatis sesungguhnya ternyata muncul di bagian penutup film. Saya sangat terkesan dengan kecerdasan sutradara Sabrina Rochelle Kalangie untuk memberikan penutup yang memorable.

Adegannya sangat simpel, yaitu membandingkan pertemuan Gilang dan Ambar saat mereka menikah dengan pertemuan keduanya di pengadilan. 

Langkah perlangkah, hingga perputaran kamera yang memperlihatkan Gilang dan Ambar dalam balutan pakaian pernikahan mereka. Hal ini menjadi adegan paling dramatis sekaligus paling menyayat hati para penonton.

Perbandingan dari pertemuan yang membawa kebahagiaan dan kesedihan, berhasil membuat penonton semakin emosional dan tidak bisa menahan tangis mereka. Karena itulah, film ini layak untuk mendapat atensi masyarakat Indonesia secara luas.

Inilah sinopsis dan ulasan saya mengenai Noktah Merah Perkawinan. Film satu ini mungkin bisa menjadi gambaran yang tepat, bahwa rumah tangga itu bukan hal yang mudah.

Pasalnya, konflik-konflik yang dihadirkan dalam film ini sangat relate dan lumrah. Pernikahan juga bukan soal cinta atau bahagia saja, tapi bisakah kamu membiarkan orang lain untuk masuk dalam hidupmu?

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram