bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review The Chronicles of Narnia 1 (2005)

Ditulis oleh Suci Maharani R
The Chronicles of Narnia 1
3.7
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe menjadi film terbesar ketiga yang dirilis tahun 2005. Dibuka dengan penghasilan sebesar $ 107,1 juta dan berhasil membawa pulang piala Academy Awards untuk kategori Best Makeup. Film ini mendapatkan rating 76% dari 217 review dan mendapatkan banyak pujian dari kritikus film.

Berkisah mengenai petualangan empat bersaudara yaitu Peter, Susan, Edmund dan Lucy yang menemukan dunia lain yang disebut Narnia. Dunia yang mereka temukan di balik lemari ini ternyata dipimpin oleh penyihir putih jahat.

Kira-kira apakah Peter, Susan, Edmund dan Lucy bisa melepaskan Narnia dari tangan penyihir putih yang jahat ini? Jangan sampai ketinggalan, kamu bisa menemukan jawabannya di bawah ini.

Sinopsis

Peter, Susan, Edmund dan Lucy dikirim oleh ibunya dari London ke rumah seorang Profesor bernama Digory Kirke. Mereka terpaksa mengungsi karena tempat tinggal mereka menjadi salah satu tempat yang terkena Perang Dunia II. Mereka mengendarai kereta hingga di jemput oleh penjaga rumah dari sang profesor yang tidak ramah pada anak-anak dan sangat ketat.

Suatu hari keempat saudara ini sedang bermain petak umpet bersama, hingga Lucy menemukan sebuah lemari dan berniat untuk bersembunyi di sana. Saat ia masuk kedalam lemari, Lucy justru menemukan dunia lain dan bertemu dengan seseorang di dekat tiang lampu. Mr. Tumnus adalah seorang faun dari Narnia, ia pun mengundang Lucy untuk mengunjungi rumahnya.

Mr. Tumnus menceritakan segalanya mengenai Narnia yang dikutuk mengalami musim dingin selama 100 tahun oleh Penyihir Putih. Tidak tega, Mr. Tumnus menyuruh Lucy kembali ke dunianya dan Lucy langsung menceritakan pengalaman ini pada saudaranya yang lain. Edmun yang pernah ke Narnia pun berbohong karena tidak ingin di anggap berhalusinasi

Saat melarikan diri dari Nyonya Macready, mereka masuk kedalam lemari dan menemukan Narnia. Lucy ingin bertemu dengan Mr. Tumnus, namun rumahnya terlihat sangat berantakan. Hingga mereka bertemu dengan berang-berang yang memberitahu mengenai keadaan Narnia dan Aslan. Edmund menyelinap dan bertemu dengan sang Ratu sendirian, merasa kesal Edmund pun dijadikan tawanan dan dipenjarakan.

Peter, Susan dan Lucy akhirnya bertemu dengan Aslan dalam sebuah kemah dan meminta bantuannya untuk menyelamatkan Edmund. Susan dan Lucy sempat diserang serigala, Beberapa pasukan Aslan mengikutinya dan keesokan harinya Edmund sudah berada di kemah. Penyihir Putih tiba-tiba saja datang ke perkemahan untuk meminta Edmund dihukum, namun Aslan diam-diam membuat kesepakatan lain.

Lucy dan Susan terkejut saat melihat Aslan mengorbankan dirinya menggantikan Edmund, Aslan mati di tangan sang Penyihir Putih. Susan dan Lucy mengirim pesan kematian Aslan, pagi harinya Peter memimpin pasukan Aslan untuk berperang. Saat itulah Aslan tiba-tiba bangkit dan langsung bergegas ke kastil penyihir untuk membawa pasukan lainnya yang dibutuhkan Peter.

Edmund melihat Peter dalam bahaya, ia turun untuk menghancurkan tongkat Penyihir Putih dan terluka parah. Peter hampir mati di tangan Penyihir, saat itulah Aslan dan pasukan lainnya datang dan menghabisi seluruh pasukan musuh. Berkat bantuan ramuan ajaib Lucy, Edmund kembali hidup dan mereka dinobatkan sebagai Raja dan Ratu Narnia.

Lima belas tahun berlalu, ketika keempat anak Pevensie ini dewasa mereka mengejar rusa putih ke dalam hutan. Lucy menemukan tiang lampu yang ia ingat, Lucy menelusuri jalan hingga mereka terjatuh dan keluar dari lemari di hari yang sama. Saat itu mereka bertemu dengan Profesor Kirke yang merasa heran dan meminta mereka menceritakan petualangan mereka.

Adaptasi yang Membuat Semua Orang Bisa Menikmatinya

The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe adalah film yang ramah untuk anak-anak. Tidak ada adegan yang tidak pantas dilihat anak-anak dan romance dalam film ini lebih pada kasih sayang antar saudara. Di sisilain, film ini bisa membuat orang dewasa ikut bermimpi dan masuk ke Narnia. Karena efek visualnya dibuat dengan sangat baik dan terlihat sangat canggih.

Film ini bisa membuat orang dewasa bernostalgia dengan berbagai cerita kanak-kanan mereka. Sebut saja Mr. Tumnus yang seorang faun atau lebih simpelnya manusia setengah hewan dalam mitologi Yunani. Belum lagi hewan-hewan seperti berang-berang, banteng, burung elang yang bisa berbicara. Hal ini tentu menjadi salah satu daya tarik dan sesuatu yang disukai oleh anak-anak. 

Sutradara Andrew Adamson yang bekerjasama dengan penulis dan editor, berhasil menggambarkan Narnia dengan sangat sempurna. Pengambilan gambar dan editingnya sangat baik, terlihat sangat elegan dan mewah. Mereka bisa menggambarkan kengerian dalam balutan salju putih, dimana umumnya penyihir putih dan salju di ibaratkan dengan hal baik.

Tilda Swinton yang memerankan Penyihir Putih, ia berhasil membawa kesan warna putih yang elegan dan tenang namun dengan sisi menakutkan. Tilda menunjukkan bahwa warna putih bisa terlihat menenangkan di luar, tapi di dalamnya ada kejahatan tersembunyi. Mungkin ini gambaran dari “serigala berbulu domba”?

Karakter yang tidak kalah membuat saya tertarik adalah Aslan, si singa yang membawa kedamaian. Tapi tidak dipungkiri bahwa film ini berhasil membuat Aslan sang Singa menjadi karakter paling menarik dari yang lainnya. Uniknya saya merasa jatuh cinta dengan suara Aslan dan merasa sering mendengar suara ini. Ternyata pengisi suara Aslan yang terdengar manly milik aktor ternama dunia William John Neeson.

Karakter Penyihir Putih yang Kurang Dieksplor tapi Efek Visualnya Sangat Baik

Sejujurnya saya akan mengatakan bahwa The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe adalah film yang bagus. Jika saya menjadi penonton dan membeli tiket bioskop untuk film ini, saya akan keluar bioskop dengan rasa puas. Saya bisa katakan bahwa film ini digarap dengan sangat serius dan digadang-gadang sebagai film dengan anggaran besar di Hollywood setelah The Lord of The Rings.  

Saya mengakui bagaimana efek-efek yang ada di film ini sangatlah canggih dan mumpuni untuk film di tahun 2005. Saya pikir tidak ada satupun orang yang akan menampik bahwa efek visual dalam film ini terlihat sangat mulus dan elegan. Pengambilan gambarnya juga sangat baik, film ini seakan membius penonton dan mengatakan “Selamat datang di Narnia”.

Hanya saja kekurangan yang saya rasakan adalah framing mengenai Penyihir Putih yang agak kurang jelas. Meski diketahui sebagai ratu Narnia yang ditakuti, kita tidak mendapatkan alasan kenapa ia bisa di takuti. Saya sebenarnya sangat berharap bisa mengetahui kenapa Penyihir Putih bisa menjadi antagonis dalam film ini.

Karena agak sedikit rancu, ketika kita tidak tahu orang yang pembawaanya elegan ini bisa menjadi tokoh antagonis. Untungnya Tilda Swinton bisa membuat kita percaya bahwa ia adalah penyihir jahat dalam penampilan bak Ratu yang baik hati. Dikutip dari Wikipedia, sang penyihir bisa menjadi jahat karena efek samping dari apel keabadian yang ia makan.

Apel ini menumbuhkan kejahatan dalam hati sang penyihir dan membuatnya menderita dengan salah satu efeknya kulit penyihir menjadi putih. Jika saja hal ini ditampilkan sedikit saja, mungkin menjadi point plus dan membuat orang makin merasakan keganasan Penyihir Putih. untungnya Tilda Swinton berhasil membawa kengerian dengan caranya sendiri pada penonton dibalik gambaran ratu es.

Film Terlaris dari Seluruh Franchise-nya

Film The Chronicles Of Narnia ini memang terdiri dalam series, sama seperti film Harry Potter atau trilogi The Lord of The Rings. Sebenarnya The Chronicles of Narnia ini memiliki empat series untuk filmnya, tapi baru tiga yang sudah di rilis. The Chronicles of Narnia: The Lion, The Witch and The Wardrobe rilis di tahun 2005.

The Chronicles of Narnia: Prince Caspian tahun 2008 dan The Chronicles of Narnia: The Voyage of the Dawn Treader tahun 2010. Ketiga film ini diproduksi oleh Walt Disney Studio dan Motion Picture, namun ketiganya memukul setiap peluncuran berbeda-beda. Pasalnya dari ketiga film dalam series ini, The Chronicles of Narnia: The Lion, The Witch and The Wardrobe menjadi film tersukses.

Film ini berhasil meraup $ 745.013.115, yang menjadikannya sebagai film ke-55 dengan penghasilan kotor tertinggi sepanjang masa. Film ini juga menjadi film Disney ke 5 dengan pembukaan terbesar tahun 2005 dengan pendapatan $ 107,1 juta. Dengan data penghasilan ini, The Chronicles of Narnia: The Lion, The Witch and The Wardrobe unggul dari dua film lainnya.

Salah satu faktor yang membuat film ini disukai adalah karena efek visual dan musiknya yang sangat baik. Skor musik Harry Gregson-Williams berhasil menghipnotis orang-orang yang menonton film ini. Tidak ada plot hole yang membuat penonton merasa kejanggalan dalam film ini. Sayangnya film keempat dari series ini tidak jadi dibuat.

Di Balik Pembuatan Buku The Chronicles of Narnia 1

The Chronicles of Narnia: The Lion, The Witch and The Wardrobe ini memang diangkat dari novel fantasi karya C.S. Lewis. Buku yang dirilis pada tahun 1950 ini awalnya diberi nama The Chronicle of Narnia, namun di jilid keduanya berubah menjadi The Lion, The Witch and The Wardrobe. Buku ini menjadi buku yang paling banyak di simpan di berbagai perpustakaan di Inggris kala itu.

C.S Lewis sebenarnya sudah memiliki ide mengenai buku ini sejak usianya 16 tahun, ia membayangkan dirinya adalah seorang faun. Berjalan dibawah hujan salju dengan memakai payungnya ia berjalan sambil membawa parsel di tangannya. Hal ini terus ada dalam dirinya hingga ia berusia 40 tahunan dan mulai menulis tentang cerita ini.

Kisahnya juga diambil dari kejadian nyata yang dialami oleh lewis pada tahun 1939 dalam kasus pemboman di London. Saat itu tiga gadis bernama Margaret, mary dan Katherine dievakuasi dan dikirim untuk tinggal bersama Lewis di pedesaan. Begitu Pula dengan karakter Lucy yang ternyata ia adaptasi dari putri baptisnya yang bernama Lucy Barfield.

Kehadiran Aslan dalam buku ini juga ternyata bukanlah hal yang sudah ia rencanakan sebelumnya. Suatu malam ia bermimpi mengenai singa dan mulai menuangkannya ke dalam cerita Narnia ini. Aslan sendiri adalah sebutan untuk singa dalam bahasa Turki, kebetulan yang aneh. Lewis memulai pembuatan buku ini tahun 1939 dan baru selesai di tahun 1949, satu tahun kemudian diterbitkan.

Meski begitu buku pertama dari cerita ini pernah Lewis hancurkan, karena teman-temannya memberikan reaksi yang buruk akan buku itu.

Bagi saya The Chronicles of Narnia: The Lion, The Witch and The Wardrobe adalah film santai yang bisa disaksikan oleh keluarga muda. Dengan menonton film ini, kita bisa mendekatkan diri dengan anak-anak saat weekend.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram