showpoiler-logo

Sinopsis & Review Mumun, Teror Pocong Mumun Kembali Lagi

Ditulis oleh Suci Maharani R
Mumun
2.1
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Bagi kamu yang lahir di tahun 90-an, pasti masa kecilnya pernah dihantui dengan sosok Pocong Mumun. Berkat kesuksesan sinetron Jadi Pocong (2002), sosok hantu satu ini memang sangat legend.

Ingin membagikan experience Pocong Mumun pada generasi muda. Rizal Mantovani dan Dee Production akan membawa kisah Pocong Mumun ini ke layar lebar. 

Tentu saja hal ini langsung disambut antusias oleh banyak orang. Bernostalgia dengan sosok hantu paling menakutkan di tahun 2000-an, jadi nilai jual untuk Mumun (2022).

Dibintangi oleh Acha Septriasa dan Dimas Aditya, film ini juga akan dibintangi oleh H. Mandra dan Eddies Adelia atau mumun versi sinetron. Apalagi pasca trailer pertama Mumun (2022) ditayangkan, banyak penonton yang penasaran. 

Kira-kira bisakah Rizal Mantovani membawa Pocong Mumun jadi mimpi buruk untuk anak-anak zaman sekarang? Bagi yang sudah penasaran dengan Mumun (2022), kamu bisa membaca sinopsis dan ulasan singkat filmnya di Showpoiler. 

Baca juga: 10 Film Terbaik Rizal Mantovani, Sutradara Serba Bisa

Sinopsis

Sinopsis

Mumun dan Mimin (Acha Septriasa) adalah dua anak kembar yang memiliki kepribadian yang sangat berseberangan. HIdup di Jakarta, Mimin memang sudah terbiasa dengan pergaulan anak kota dan gaya busananya juga yang sangat kekinian.

Sementara Mumun, gadis ini justru hidup sederhana bersama dengan kedua orang tuanya di kampung. Mumun yang ramah dan baik hati, memang dikenal sebagai kembang desa yang banyak dikagumi oleh para pria.

Sudah banyak orang yang mencoba mendekati gadis ini, bahkan Babe (Atet Zakaria) sudah tiga kali menolak lamaran yang datang untuk Mumun. Babe tahu, bahwa putri kesayangannya ini hanya mencintai Juned (Dimas Aditya) seorang dan tidak ada yang lain.

Bagi Babe dan Enyak (Oce Permatasari), selama putri mereka bahagia, maka mereka akan mengikutinya saja. Apalagi Juned juga sosok pria yang bertanggung jawab, sabar, baik hati dan sangat taat dengan agama.

Sementara Mimin, diketahui sebagai anak paling sukses karena bisa membawa Babe dan Enyak naik haji hingga bolak balik umroh. 

Singkat cerita, Babe mengadakan syukuran besar-besaran pasca ia kembali umroh. Malam itu Mumun terlihat sangat gelisah saat melihat layar ponselnya.

Bagaimana tidak, Mumun kaget ketika mendapatkan pesan whatsapp yang menagih hutang sebesar 50 juta. Mumun bingung, ia tidak pernah mengambil pinjaman kemanapun tapi kenapa ada tagihan yang besar ditujukan padanya. 

Ternyata pinjaman ini dilakukan oleh saudara kembarnya Mimin. Ia menggunakan identitas Mumun untuk melakukan pinjol dengan bunga yang sangat besar.

Mumun meminta agar Mimin segera membayar pinjaman ini, karena nominalnya terus saja bertambah. Tapi Mimin malah menyalahkan kedua orang tuanya yang memakai uang pinjol tersebut dan menyuruh Mumun untuk tenang. 

Lewat beberapa hari, hutang mereka sudah mencapai 70 juta. Mumun bingung dan merasa was-was, hingga ia meminta bantuan Juned untuk meminjamkan uang tabungan pernikahan mereka.

Malam itu, Mumun berniat akan pulang kerumah setelah mengerjakan sesuatu di luar. Dalam perjalanan, Mumun dihadang oleh tiga orang debt collector yang menagih hutang Mimin. 

Mumun yang ketakutan ditolong oleh seorang pria bernama Jefri (Volland Hummongio). Ternyata, Jefri adalah bos dari para rentenir tersebut dan meminta maaf karena sudah membuat Mumun ketakutan.

Jefri menawarkan untuk mengantarkan Mumun pulang ke rumah. Tapi hal inilah yang mengantarkan Mumun pada ajalnya.

Jefri yang sudah jatuh cinta pada Mumun sejak lama, berusaha keras untuk memiliki gadis ini dengan berbagai cara. Bahkan Jefri sampai bolak balik meminta jimat pada Bang Husein (H. Mandra) si penggali dan penjaga kuburan.

Malam itu Jefri berniat untuk memperkosa Mumun, namun gadis ini melawan hingga ia  tewas mengenaskan tertabrak truk. Meninggalnya Mumun membuat seluruh keluarga terpukul, apalagi mereka hanya tahu gadis itu adalah korban dari tabrak lari.

Di malam setelah menguburkan Mumun, Bang Husein tiba-tiba saja merasakan berbagai hal ganjil hingga didatangi oleh Pocong Mumun. Setelah mengingat segalanya, Bang Husein menyadari bahwa ia lupa untuk melepaskan tali pocong Mumun. 

Teror Pocong Mumun tidak hanya mendatangi Bang Husain, ia juga mendatangi Babe dan kembarannya Mimin. Awalnya Juned tidak percaya dengan berita ini, hingga ia melihat sendiri Pocong Mumun sedang berusaha untuk membunuh Jefri.

Mimin dan Juned paham, kenapa Pocong Mumun bisa sampai menghantui Bang Husain atau keluarganya. Mungkin karena dia ingin tali pocongnya dilepaskan sesegera mungkin.

Tapi ada apa dengan Jefri? Mereka bingung kenapa Jefri juga ikut dihantui oleh Pocong Mumun. Tak hanya itu, diam-diam Mimin juga menyimpan sebuah rahasia besar yang tidak mau ia sampaikan pada orang tuanya.  

Horor-Komedi yang Terasa Sangat Nanggung

Horor-Komedi yang Terasa Sangat Nanggung

Di tengah-tengah gempuran film horor di tahun 2022, Mumun (2022) hadir dengan menyajikan kisah hantu legendaris Indonesia.

Sosok Pocong Mumun memang sangat menarik perhatian, karena menyuguhkan nostalgia dengan sosok hantu populer tahun 2000-an. Mengusung genre horor-komedi, tentu saya memiliki ekspektasi untuk film garapan Rizal Mantovani ini.

Adegan pembukanya memang sangat enjoyable. karakter Mimin dan Mumun tersaji dengan sangat baik. Bahkan aski komedinya juga dapet banget, ketika empat kawana debt collector muncul.

Volland Hummongio, Beddu, Ence Bagus dan Fajar Nugraha berhasil mengocok perut. Sayangnya, efektivitas dari komedi ini tidak bertahan lama. Bagi saya, komedi yang mereka sampaikan terasa kurang natural.

Padahal, setiap karakter sudah memiliki ciri khas masing-masing. Tapi semakin lama, penulis skenario tidak bisa memanfaatkan banyolan modern yang “receh” dengan maksima.

Sementara untuk sisi horornya, sebenarnya kalau dari kualitas memang kalah jauh dari Kuntilanak 3 (2022) yang juga digarap oleh Rizal Mantovani. 

Acha Septriasa yang didandani sebagai pocong Mumun, justru tidak terlihat menakutkan sama sekali. Bagi saya horor dan komedi dalam film ini sangat tanggung.

Komedi dan sense horornya semakin lama semakin melempem. Apalagi dari alurnya, tidak ada hal baru atau plot twist yang bikin penonton penasaran dengan ending-nya. 

Nostalgia yang Lumayan Enjoyable

Nostalgia yang Lumayan Enjoyable

Nostalgia, menjadi experience yang diberikan saat menonton film Mumun (2022). Memang harus diakui, menonton film ini, benar-benar membawa ke masa lalu.

Kisah Mumun dan Mimin yang disajikan dalam film ini memang masih memiliki gaya sinetron atau FTV. Alur cerita yang diberikan sangat simpel dan mudah untuk dipahami oleh para penonton. 

Saya sendiri tidak menemukan adanya plot twist atau cerita yang sengaja dikembangkan agar lebih menjual. Satu-satunya yang membuat ceritanya berbeda, hanya unsur modernisasinya saja.

Banyak kata-kata gaul dan beberapa karakter juga dibuat sangat kekinian. Tapi nilai-nilai keluarga dan persaudaraannya memang cukup menyentuh. 

Tapi jika berbicara soal produksi, tentu saja Mumun (2022) jauh lebih megah dan enjoyable dari pada sinetron. Berbagai efek visualnya cukup menjanjikan dan terasa nyata.

Perpindahan scene, blocking kamera hingga gaya aktingnya pemerannya juga simpel banget. Memang film ini cukup menghibur, sayang saja tidak ada hal yang spesial atau kejutan yang diberikan.

Padahal saya berharap premis ceritanya bisa sedikit diubah, sehingga bisa membuat penonton lebih deg-degan. Tak hanya itu, saya berharap sinematografinya juga lebih diperhatikan.

Pasalnya, kalau dibandingkan dengan Kuntilanak 3 (2022), film ini tetap kalah jauh. Kesederhanaan ini, memang bikin bernostalgia tapi bikin filmnya kurang memorable.

Terlalu Mengandalkan Jumpscare

Terlalu Mengandalkan Jumpscare

Memang harus diakui, sebuah film horor tidak akan lengkap tanpa hadirnya berbagai jumpscare. Hal ini akan membuat para penonton masuk dalam kengerian yang ditampilkan dalam layar.

Tapi, jika terlalu banyak jumpscare yang ditampilkan juga bukanlah hal baik. Hal inilah yang terjadi pada Mumun (2022) yang memberikan banyak sekali jumpscare pada para penontonnya.

Saya sendiri kaget dengan jumpscare pertamanya. Tapi bukan kaget melihat sosok hantunya, melainkan kaget dengan efek suaranya.

Untuk beberapa kali, jumpscare yang diberikan oleh film ini berhasil membuat penonton kaget. Tapi lama kelamaan, jumpscare dengan kesan dan transisi kamera yang sama terus saja ditampilkan. Hal ini malah membuat penonton terbiasa.  

Justru saya berharap sisi gore yang akan lebih ditonjolkan dalam film ini. Pasalnya hal ini menjadi pembeda dari Pocong Mumun versi sinetron dan film.

Tapi adegan gore ini malah berakhir jadi tempelan saja, sehingga potensi meningkatkan ketegangan juga terbuang sia-sia. Alangkah baiknya jika Mumun (2022) diberikan rating untuk 17+, agar sisi gore bisa lebih dikembangkan lagi. 

Inilah sinopsis dan ulasan singkat setelah saya menonton film Mumun (2022). Sangat disayangkan film yang berpotensi seperti ini malah digarap setengah hati.

Ada banyak hal yang bisa membuat film ini jadi franchise seri pocong Indonesia yang seru banget. Tapi dari segala aspek, film ini bisa dikatakan sebagai film yang pas-pasan dan hanya mendompleng popularitas Pocong Mumun saja.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram