bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Motherless Brooklyn, Pembunuhan dan Korupsi

Ditulis oleh Yanyan Andryan
Motherless Brooklyn
3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Motherless Brooklyn merupakan sebuah film yang disutradarai sekaligus ditulis dan diproduseri oleh aktor Edward Norton. Ia juga turut membintangi film ini dengan berperan sebagai Lionel Essrog, seorang detektif swasta yang mempunyai sindrom gangguan perkembangan saraf (Tourette).

Selain dirinya, film ini pun turut menghadirkan beberapa aktor papan atas Hollywood mulai dari Willem Dafoe sebagai Paul Randolph, Bruce Willis sebagai Frank Minna, Gugu Mbatha-Raw sebagai Laura Rose, dan ada juga Alec Baldwin sebagai Moses Randolph.

Motherless Brooklyn melakukan pemutaran perdananya pada Telluride Film Festival 2019 dan dirilis secara global oleh Warner Bros. Pictures. Film ini sendiri diadaptasi dari sebuah novel tahun 1999 dengan judul yang sama karya Jonathan Lethem. Yuk, simak sinopis dan review-nya yang berhasil Bacaterus rangkum!

Sinopsis

Motherless Brooklyn__

Pada tahun 1950an, Lionel Essrog bersama Tony Vermonte, Danny Fantl, dan Gilbert Coney bekerja di sebuah agen detektif swasta di Kota New York. Agen tersebut dimiliki oleh Frank Minna yang menyebut mereka sebagai “Motherless Brooklyn”, karena merupakan anak-anak yang berasal dari panti asuhan.

Jika dibandingkan dengan yang lainnya, Lionel terlihat lebih berbeda karena ia mengidap gangguan mental OCD dan mempunyai sindrom Tourette. Dengan gangguan yang ia alami tersebut, Lionel kerap mengasingkan diri dari mereka. Namun, ia tetap memiliki kelebihan berupa ingatannya yang sangat kuat, dan hal itu membantunya sebagai seorang detektif.

Saat menyelidiki kasus rahasia, Frank meminta Lionel dan Gilbert untuk membuntutinya ke sebuah pertemuan penting. Di tempat pertemuan, Frank bertemu dengan seorang pria bernama William Lieberman bersama dengan tangan kanannya, Lou, serta beberapa anak buahnya. Frank kemudian menyodorkan suatu dokumen yang berisi ancaman terhadap bisnisnya.

Mereka kemudian membawa Frank ke sebuah tempat. Lionel, dan Gilbert pun mengikuti mereka dengan mobil. Namun, nasib sial menghampiri keduanya. Frank tertembak dan ketika dibawa ke rumah sakit, ia ternyata sudah tewas.

Istri dari Frank, Julia Minna, lalu meminta Tonny untuk menjadi penanggung jawab sekaligus mengurusi agen detektif milik suaminya tersebut. Selepas kepergiannya, Lionel mulai mengenakan mantel serta topi milik Frank. Ia pun tak sengaja menemukan sebuah korek api di dalam mantelnya dan mencoba mencari tahu alasan pembunuhan yang menewaskan bosnya.

Berbekal petunjuk dari korek api tersebut, Lionel pergi ke sebuah bar milik seorang warga Amerika berkulit hitam di wilayah Harlem. Di sana, ia menemukan data bahwa Frank tengah menyelidiki Laura Rose, aktivis perempuan yang bekerja untuk Gabby Horowitz yang selalu menentang rencana peremajaan kota karena warga minoritas kerap menjadi korban penggusuran.

Lionel kemudian menuju ke pertemuan publik untuk melihat Moses Randolph, seorang komisaris yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kota. Rencana yang dikemukakan oleh Moses ditentang keras oleh para masyarakat, termasuk Gabby yang hadir di sana.

Lionel lalu berpura-pura menjadi reporter dan mewawancarai seorang pria bernama Paul yang paling menentang keras rencana Moses. Paul mengungkapkan bahwa Moses mempunyai pengaruh penting, dan juga kekuatan sehingga mampu mengontrol pemerintah kota serta wali kotanya.

Lewat isu peremajaan kota yang tidak adil kepada warga minoritas, Lionel semakin dekat dengan Laura. Ia mengajak Laura ke sebuah klub untuk menyelidiki isu itu sembari berharap mendapat titik terang atas pembunuhan yang menewaskan Frank.

Di klub, Lionel bertemu ayah Laura yang bernama Billy. Ia lalu memukul Lionel hingga pingsan karena menyangka jika orang tersebut adalah salah satu anak buahnya Moses. Selepas diselamatkan dari kejadian itu, Lionel akhirnya mengetahui jika sebenarnya Paul adalah seorang insinyur sekaligus saudara dari Moses.

Ia juga mendapatkan fakta baru jika William telah menerima suap dalam rencana peremajaan kota, dan program tersebut ternyata adalah penipuan. Billy lalu menelpon Lionel untuk meminta maaf dan mengajaknya bertemu karena ia ingin memberikan sebuah informasi. Akan tetapi, sebelum mereka bertemu, Billy telah terbunuh. Lionel serta laura pun kini berada dalam bahaya.

Terjerat Konflik Sipil yang Berbahaya

Motherless Brooklyn_Terjerat Konflik Sipil yang Berbahaya_

Motherless Brooklyn menggambarkan Kota New York yang tengah berkembang, di mana beberapa orang yang berkepentingan, termasuk pemerintah kota mengizinkan praktik licik untuk membuat kota ini tumbuh modern dengan segala cara.

Konsekuensi dari itu adalah warga minoritas, khususnya warga Afrika-Amerika harus tersingkirkan untuk rencana proyek peremajaan kota yang korup.

Film ini dimulai dengan beberapa bentuk kriminal kecil yang kemudian berkembang menjadi kejahatan sipil yang jauh lebih besar, berbahaya, juga bersifat politis. Di tengah-tengah situasi itu, agen detektif swasta Frank Minna (Bruce Willis) menjadi korban dengan dibunuh karena alasan yang tidak jelas.

Jalan cerita selanjutnya menyoroti Lionel (Edward Norton), Tony Vermonte (Bobby Cannavale), Danny Fantl (Dallas Roberts), dan Gilbert Coney (Ethan Suplee) untuk memecahkan misteri kematian mentor mereka.

Akan tetapi, Lionel jauh lebih konsisten dibandingkan dengan yang lainnya, dan memiliki dedikasi tinggi serta disiplin yang teguh untuk mengungkap pembunuhan tersebut.

Misteri kematian Frank membawa Lionel untuk ikut campur dalam bentrokan sipil antara warga kulit hitam dan isu peremajaan kota yang terkesan diskriminatif. Lionel kemudian bertemu dengan Laura Rose (Gugu Mbatha-Raw), seorang aktivis lingkungan sekaligus juga pengacara.

Keduanya lalu menjadi partner dan terjun langsung menghadapi bentrokan dengan seorang pengembang licik, Moses Randolph (Alec Baldwin).

Visual dan Karakter Terasa Mengagumkan

Motherless Brooklyn_Visual dan Karakter Terasa Mengagumkan_

Motherless Brooklyn dibuat dengan penuh gaya, politis, hingga dibintangi oleh beberapa aktor senior yang cemerlang seperti Bruce Willis (Frank Minna), Alec Baldwin (Moses Randolph), dan juga Willem Dafoe (Paul Randolph). Secara konsep cerita, film ini cukup menarik dengan menawarkan unsur kapitalis, korupsi, rasial, pemerasan, hingga pembunuhan.

Dari segi sinematografinya, film ini menyuguhkan visual klasik Kota New York tahun 1950an dengan cukup mewah. Banyak mobil bergaya vintage dan pakaian yang selalu dikenakan oleh para pemerannya terlihat elegan sepanjang film. Akan tetapi, Motherless Brooklyn berjalan sangat panjang hampir dua setengah jam dan terasa minim dalam momen-momen aksi yang menegangkan. 

Sementara itu, tokoh utama penjahat dalam film ini adalah Moses Randolph, seorang pengusaha dan pengembang peremajaan Kota New York yang sangat angkuh. Karakter arogan ini dimainkan begitu baik dan meyakinkan oleh Baldwin. Ia licik, korup, tidak adil, dan mempunyai pengaruh yang besar serta kekuasaan yang tak tergoyahkan untuk mengontrol New York.

Adapun Norton sebagai Lionel adalah sebuah karakter kompleks karena mengidap sindrom Tourette dan gangguan mental OCD. Karakter ini cukup mengagumkan dan pekerjaan detektifnya berjalan lebih efektif ketika ia melakukannya seorang diri. 

Di lain sisi, para pemeran lainnya memang tidak terlihat menonjol, bahkan Bruce Willis pun tidak bisa memberikan hal yang spesial karena karakter Frank Minna telah tewas di menit-menit awal.

Baca juga: Para Movie Freak Wajib Nonton 10 Film Bruce Willis Ini

Lalu, Gugu Mbatha-Raw sebagai Laura Rose adalah seorang aktivis yang berani dan teguh. Sedangkan Willem Dafoe memerankan Paul Randolph, seorang insinyur dengan moral yang bertentangan dengan saudaranya yang arogan, Moses Randolph.

Film Noir yang Cukup Menjanjikan

Motherless Brooklyn_Film Noir yang Cukup Menjanjikan_

Sebagai seorang aktor, mungkin sebagian dari kita sudah tidak meragukan lagi kualitas akting dari Edward Norton. Tetapi untuk bertindak sebagai sutradara, namanya mungkin masih terdengar asing dan dirinya sepertinya tidak cukup produktif untuk membuat film layar lebar.

Motherless Brooklyn adalah film garapannya yang harus dibilang berjalan cukup baik. Tetapi, film ini mempunyai alur cerita dengan sedikit subplot yang sebenarnya tidak terlalu penting, khususnya untuk latar belakang Laura Rose yang ternyata adalah “anak haram” dari Moses Randolph.

Alih-alih mencoba untuk memberikan plot twist dan kejutan terhadap karakter Laura, film ini seolah terlalu dramatis dan kehilangan tajinya karena menyoroti hal tersebut.

Padahal, Motherless Brooklyn sudah sangat menarik karena mengangkat tema korupsi, pemerasan, rasial, juga beberapa kebijakan peremajaan kota yang politis dan diskriminatif terhadap warga kulit hitam di Amerika periode 1950an.

Walaupun begitu, Motherless Brooklyn tidaklah terlalu buruk dan tampaknya karya dari Norton ini menjadi film bergaya noir yang cukup “underrated.” Film ini mungkin tidak terlalu menyajikan kisah detektif yang sangat menantang, namun tidak ada salahnya untuk mencoba menonton filmnya selama 114 menit. Selamat menyaksikan!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram