bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Mosul, Aksi Tim SWAT Irak dalam Memburu ISIS

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Mosul
3.7
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Kota Mosul jatuh ke tangan militan ISIS. Sekelompok tim SWAT yang keluar dari komandonya, berusaha menumpas setiap militan ISIS yang mereka temui dalam perjalanan.

Mereka juga menyelamatkan beberapa warga untuk dibawa ke kamp pengungsian. Berkali-kali berada dalam situasi genting dan anggota yang tewas, tim ini harus menuntaskan misi awal mereka.

Mosul adalah film action dengan latar pertempuran di Mosul pada tahun 2016. Film produksi Amerika Serikat ini disutradarai oleh Matthew Michael Carnahan berdasarkan artikel The New Yorker berjudul “The Desperate Battle to Destroy ISIS”.

Apakah film yang tayang perdana di Venice Film Festival ini akan tampil menegangkan? Simak review berikut yang akan mengulas tuntas film yang melangsungkan syuting di Maroko ini.

Sinopsis

mosul-1_Sumber: IMDB

Pada saat Pertempuran Mosul, tiga polisi menangkap dua penyelundup narkoba. Ketika hendak keluar, mereka terjebak dalam serangan militan ISIS hingga kehabisan amunisi. Beruntung tim SWAT Nineveh lewat dan menghabisi para militan tersebut. Mereka juga mengeksekusi mati dua penyelundup narkoba itu.

Kawa, polisi muda suku Kurid yang baru bertugas, diminta kesediaannya oleh Mayor Jasem untuk bergabung bersama mereka. Alasannya adalah karena dia memiliki musuh yang sama, yaitu ISIS, yang sudah membunuh pamannya. Dan rekannya, Jameel, lalu membawa dan mengurus jenazah paman Kawa dari tempat itu.

Tim SWAT bergerak lagi menuntaskan misi mereka. Masuk ke sebuah bekas hotel, mereka beristirahat sejenak. Kawa dan Mayor Jasem melihat Jameel memberi tanda kepada ISIS yang kemudian mendatangkan sebuah mobil penuh bom ke titik tersebut.

Ledakan bom itu menewaskan salah satu anggota SWAT. Mayor Jasem memberikan kapak anggota yang tewas kepada Kawa.

Dalam perjalanan ini, tidak ada satupun anggota SWAT yang menjawab pertanyaannya tentang misi yang mereka jalani. Karena banyak bertanya dan pengkhianatan Jameel, salah satu anggota SWAT menuduh Kawa juga adalah pengkhianat. Tapi semua ditepis oleh Mayor Jasem yang memastikan bahwa Kawa bukanlah polisi seperti rekannya.

Mereka mulai memasuki wilayah kota yang dikuasai oleh ISIS. Mereka mendadak diserang oleh penembak jitu dari atap yang menewaskan lagi beberapa anggota mereka.

Mayor Jasem dan beberapa anggota lain menyelinap ke bangunan dimana sniper itu berada dan menghentikan aksinya. Saat serangan drone datang dan meledakkan satu Humvee, mereka terbantu dengan aksi seorang kolonel PMF dari Iran.

Kolonel Isfahani pimpinan Popular Mobilization Forces (PMF) dari Iran ini menerima barter amunisi dengan beberapa karton rokok. Namun sempat terjadi ketegangan ketika Mayor Jasem memeriksa para tawanan dan menemukan Jameel diantaranya.

Mayor Jasem dan Kolonel Isfahani beradu argumen dan baru berhenti ketika Kawa membunuh Jameel dengan kapaknya.

Mereka bergerak lagi memasuki wilayah ISIS. Salah satu anggota mereka tewas tertembak rekan sendiri dalam sebuah baku tembak dan Kawa terluka karena lemparan granat Waleed yang tidak tepat sasaran. Mereka terus bergerak dan berhasil masuk ke markas ISIS. Setelah membunuh semua militan, mereka beristirahat sejenak.

Mayor Jasem yang terbiasa membersihkan sampah terkena ledakan bom jebakan di balik keranjang. Dia tewas seketika. Seluruh anggota SWAT berduka.

Apa yang akan mereka lakukan selanjutnya? Apakah mereka tetap menyelesaikan misi yang sudah dimulai, atau mundur karena tidak memiliki pemimpin lagi? Jawabannya akan kalian temukan dengan menonton film ini hingga usai.

Film Perang dari Perspektif Lokal

mosul-2_Sumber: IMDB

Mungkin banyak yang mengira bahwa film Mosul adalah produksi Irak atau negara Arab lainnya. Pada faktanya, film ini adalah produksi Hollywood yang diproduseri oleh Russo bersaudara.

Film ini juga merupakan debut penyutradaraan Matthew Michael Carnahan yang pernah menulis naskah film tentang perang di Arab lewat The Kingdom (2007) dan Lion for Lambs (2007).

Atas alasan keautentikan cerita, seluruh pemeran dimainkan oleh aktor dari Irak dan menggunakan bahasa mereka.

Konsep ini pernah dipakai oleh Clint Eastwood dalam membesut film Letters from Iwo Jima (2006) dimana bahasa Jepang digunakan pada keseluruhan film. Dengan begitu, ceritanya akan terkesan intim dan tidak ada pemaksaan westernisasi dalam filmnya.

Jika biasanya kita menyaksikan film perang tentang invasi Arab dilihat dari perspektif militer Amerika, maka kini dari perspektif militer lokal akan membawa kita terasa dekat dengan ceritanya. Selain itu, tidak ada campur tangan militer Amerika di film ini, jika kalian bosan dengan semangat patriotisme negara adidaya tersebut.

Diceritakan bahwa tim SWAT ini terdiri dari polisi yang lahir dan besar di kota Mosul. Kota yang dahulu indah sebelum adanya invasi Amerika dan kehadiran ISIS ini diperlihatkan sudah hancur lebur karena perang.

Tim produksi berhasil menampilkan latar lokasi kota Mosul yang penuh dengan puing bangunan dan mobil terbakar di sisi jalan dalam kadar yang detail.

Cerita film berdurasi 1 jam 41 menit ini berdasarkan kisah nyata tim SWAT Nineveh yang tetap bergerilya di dalam kota pada saat Pertempuran Mosul demi menumpas militan ISIS secara mandiri.

Mereka tidak berafiliasi dengan pihak manapun karena sudah dianggap mati oleh militer Irak. Mereka tidak mengikuti perintah komandan barunya yang meminta mereka untuk mundur dan membatalkan misi.

Latar kejadian di film ini berada di penghujung pertempuran yang berlangsung selama setahun tersebut, tepatnya pada saat ISIS hendak angkat kaki dari Mosul. Misi tim SWAT ini bukanlah hendak menumpas semua sisa ISIS di markas besarnya, melainkan hanya ingin menyelamatkan anggota keluarga mereka saja.

Kekejaman ISIS tidak diperlihatkan secara nyata di film ini, hanya terdengar dari radio dan berita di TV yang juga tidak ditampilkan secara vulgar.

Kita hanya ditunjukkan efek kekejian mereka, seperti dua anak kecil yang membawa jenazah ibunya dan istri Waleed yang hamil karena diperkosa oleh militan ISIS. Selebihnya, gambaran kota yang hancur mirip dengan konsep yang ada di film Full Metal Jacket (1987).

Karakter Menarik yang Digali Cukup Dalam

mosul-3_Sumber: IMDB

Dalam film perang dengan konsep cerita yang terjadi dalam satu hari saja, seperti film Mosul ini, latar belakang karakter tidak langsung dipaparkan secara lugas.

Kita akan dituntut untuk bersabar saat satu persatu tentara ini mulai bercerita tentang diri masing-masing di sela-sela pertempuran. Konsep karakterisasi film ini hampir serupa dengan yang ditampilkan di film Black Hawk Down (2001).

Untuk itu, dibutuhkan para pemeran yang bisa membawakan karakter masing-masing secara konstan dan lebih menonjolkan ekspresi serta gerak tubuh dibandingkan dialog. Dan film dengan sinematografi yang lumayan apik ini memilikinya pada diri Suhail Dabbach sebagai Mayor Jasem dan Adam Bessa sebagai Kawa.

Mayor Jasem digambarkan sebagai seorang pimpinan yang sangat dihormati oleh anggota pasukannya, bahkan mereka menganggap sang mayor sebagai seorang ayah. Dia tidak gentar dalam bernegosiasi dengan pihak yang belum dikenal dan tegas dalam mengambil keputusan.

Uniknya, dalam setiap kesempatan di lokasi manapun, Mayor Jasem selalu rajin membersihkan sampah-sampah yang berserakan dan membuangnya pada tempatnya. Sejak mereka beristirahat di hotel, di lokasi persembunyian PMF, hingga di markas ISIS yang justru membuatnya tewas dalam ledakan bom di bawah keranjang, dia tetap melakukan aktivitas tersebut.

Secara psikologis, hal kecil yang dilakukan Mayor Jasem ini adalah gambaran dari niatnya untuk membersihkan kota kelahirannya dari hal-hal buruk, termasuk menyapu bersih ISIS. Dan ketika dia tewas, ada keterkejutan dan kesedihan menyelinap seketika di hati kita, karena kita sudah dibuat begitu dekat dengan karakter ini di sepanjang film.

Sedangkan karakter Kawa memperlihatkan perubahan mental yang signifikan, dari polisi rookie hingga menjadi seorang prajurit berjiwa patriot.

Awalnya dia selalu terlihat ragu dan seperti banyak berpikir. Pertempuran demi pertempuran membuat mentalnya semakin kuat, sekaligus memiliki kecenderungan akan lahirnya trauma peperangan dalam dirinya.

Terbesit informasi, bahwa setelah film ini beredar luas secara internasional, beberapa aktor pemeran anggota tim SWAT mendapat berbagai teror dan ancaman pembunuhan dari orang-orang yang mengaku sebagai ISIS di media sosial.

Suguhan Pertempuran yang Realistis

mosul-4_Sumber: IMDB

Diproduksi berdasarkan kisah nyata membuat film ini harus lekat dengan nilai autentik, dan seluruh pihak yang terlibat di dalamnya menjawab dengan baik. Semua yang ditampilkan di layar terlihat realistis, bahkan adegan baku tembak pun dibuat tidak berlebihan.

Penggunaan kamera yang cenderung statis, tidak bergerak dinamis seperti di film Extraction (2020) sebagai contoh, tidak mengurangi keseruannya sama sekali. Justru kedetailan aksi tim SWAT diperlihatkan dengan apik lewat pergerakan dalam formasi dan cara mereka memegang serta menembakkan senjatanya.

Setiap ledakan bom di beberapa adegan juga tidak dibuat spektakuler, sehingga tidak terkesan berlebihan. Meski begitu, kita tetap bisa dibuat hanyut dalam setiap pertempuran yang mereka hadapi dengan ketegangan yang proporsional walau adrenalin kita tidak begitu terpacu tinggi.

Sebagai sebuah film perang, Mosul memang lebih menitikberatkan pada sisi drama daripada kadar aksinya. Adegan pertempurannya dihadirkan secara realistis, sehingga terasa lekat dengan kenyataan. Pengembangan dan pendalaman karakternya dibangun cukup baik, sehingga ketika hadir adegan tragis, kita bisa dibuat terharu dan bersedih.

Dengan perspektif berbeda, Mosul bisa menjadi pilihan utama bagi penikmat film bertema perang. Dan ketika film ini hadir di bioskop atau di platform streaming langganan kalian, maka film ini jangan sampai dilewatkan. Sudah pasti seru dan autentik. Selamat menonton!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram