showpoiler-logo

Sinopsis & Review Midnight Cowboy, Mimpi Naif Seorang Koboi

Ditulis oleh Aditya Putra
Midnight Cowboy
4.5
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Mimpi dapat diartikan sebagai sesuatu yang ingin diraih dalam hidup. Selama manusia hidup, maka akan selalu ada keinginan atau hal yang ingin diraih. Sebagian masih mempunyai mimpi besar tapi sebagian orang lagi memilih untuk memiliki mimpi-mimpi yang sederhana. Yang membedakan keduanya adalah seberapa tingginya ambisi seorang manusia.

Bukan hal yang aneh lagi kalau seseorang pergi merantau demi mewujudkan mimpinya. Kota baru itu dianggap punya peluang lebih besar untuk meraih mimpi. Hal itulah yang dilakukan oleh Joe yang pindah ke New York untuk menjadi pekerja seks komersial. Tapi mimpinya itu ternyata membawanya menemukan arti hidup yang baru. Kalau ingin tahu lebih jauh, mari simak review dan sinopsis film Midnight Cowboy berikut.

Sinopsis

  • Tahun Rilis: 1969
  • Genre: Drama
  • Produksi: Jerome Hellman Productions, Mist Entertainment
  • Sutradara: John Schlesinger
  • Pemain: Dustin Hoffman, Jon Voight, Sylvia Miles, John McGiver

Joe Buck adalah seorang pemuda yang memutuskan berhenti bekerja sebagai pencuci piring di Texas. Dengan uang seadanya, dia pergi ke New York untuk menjadi pekerja seks komersial. Sesampainya di New York, dia \ langsung mendapat pelanggan pertamanya, seorang wanita paruh baya bernama Cass. Setelah menghabiskan waktu berdua, Joe meminta bayaran tapi Cass tersinggung. Enggan membuat masalah membesar, Joe pun memberikan sejumlah uang miliknya.

Joe bertemu dengan Enrico Salvatore “Ratso” Rizzo, seorang penipu yang jalannya pincang. Ratso meminta bayaran sebesar 20 USD untuk mengenalkan Joe pada seorang mucikari. Joe memberikan uangnya tapi Ratso melarikan diri. Nggak juga menemukan Ratso, Joe tinggal di kamar hotel yang disewanya. Uang Joe menipis dan dia diusir dari hotel lengkap dengan barang bawaannya.

Joe mencoba cara lain untuk mendapatkan uang. Dia pergi dan nongkrong di depan bioskop. Di sana dia menerima tawaran untuk melakukan oral seks pada seorang pria. Pria itu ternyata nggak punya uang sama sekali. Joe mengancam akan memukulinya kalau pria itu nggak memberikan jam tangannya. Merasa kasihan, Joe melepaskan pria tersebut.

Keesokan harinya ketika berkeliling di New York, Joe menemukan Ratso di sebuah kedai. Dia langsung menghampiri Ratso dan berniat memberinya pelajaran. Ratso mencoba menebus kesalahannya dengan memberi Joe tempat tinggal di apartemennya. Karena nggak punya tempat untuk tidur, Joe pun akhirnya setuju.

Ratso mulai membicarakan rencana bisnisnya untuk Joe. Ratso yang kondisi kesehatannya makin memburuk, akan mencarikan wanita untuk menjadi pelanggan Joe. Di masa lalu, Joe ternyata pernah mengalami kejadian pahit. Dia dibesarkan neneknya setelah ibunya pergi menghilang. Dia juga pernah punya hubungan dengan perempuan yang punya masalah kejiwaan bernama Annie.

Ketika berduaan dengan Annie, dia disergap sekelompok orang yang kemudian memerkosa Annie. Ratso menceritakan hidupnya pada Joe. Dia mengatakan bahwa ayahnya dulu adalah tukang semir sepatu. Pekerjaan itu membuat sang ayah mengalami cedera punggung dan paru-parunya rusak karena terlalu sering mencium semir sepatu.

Dia pernah belajar cara menyemir tapi enggan meneruskan pekerjaan sang ayah. Menurutnya pekerjaan itu merendahkan martabat. Ratso punya mimpi bahwa suatu saat dia akan pindah ke Miami dan hidup kaya raya. Dia membayangkan dirinya dan Joe dikelilingi oleh wanita di pantai yang indah. Oleh karena itu, dia mendukung Joe untuk bekerja dan mendapat uang sebanyak-banyaknya agar mereka bisa segera tinggal di Miami.

Ketika sedang makan di kedai, Joe dihampiri oleh dua orang. Mereka menawari Joe untuk datang ke sebuah pesta yang dihadiri oleh seniman. Joe dan Ratso menghadiri pesta itu. Kondisi Ratso yang nggak sehat membuatnya jadi pusat perhatian dan bulan-bulanan. Joe berpesta dan menggunakan narkoba. Seorang sosialita bernama Shirley meminta Joe menemaninya malam itu untuk bayaran sebesar 20 USD.

Joe gagal ereksi ketika bersama dengan Shirley. Walau begitu, keduanya menghabiskan malam bersama dan Joe tetap dibayar. Pada pagi harinya, Shirley mencarikan tamu baru untuk Joe. Joe merasa karirnya semakin meningkat. Di sisi lain, kondisi kesehatan Ratso semakin memburuk dan dia meminta Joe untuk mengantarnya ke Miami. Manakah yang akan dipilih Joe? Pekerjaan atau mewujudkan keinginan sahabat barunya?

Sisi Lain dari American Dream

American Dream merupakan gagasan yang bilang bahwa semua orang diberi kebebasan untuk mendapatkan kesempatan meraih sukses dengan cara bekerja keras menaikan strata hidupnya. Ide itu masih berlaku dan dipercaya oleh banyak orang. Film Midnight Cowboy pun nggak luput mengangkat cerita dari ide tersebut lewat karakter Joe dan Ratso.

Ratso tinggal di New York dengan bekerja sebagai penipu. Dia tinggal di apartemen yang sudah nggak lagi dipakai, kamarnya kotor dengan ranjang dan dapur seadanya. Mimpinya adalah mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk digunakannya tinggal di Miami yang dikenal dengan pantai dan suasana yang riang.

Joe pindah ke New York tanpa punya keahlian. Satu-satunya yang dia punya hanyalah semangat untuk kerja keras. Baginya, yang dia miliki hanyalah tubuhnya. Jalan menjadi pekerja seks komersil pun dia pilih karena menurutnya hanya itulah yang bisa dia lakukan untuk mendapatkan uang. Tapi ternyata, kenaifannya malah membuat dia kehabisan uang.

Secara sinematografi, film ini menggunakan over-the-shoulder shot karena kental dengan nuansa drama. Banyaknya adegan dewasa bukan tanpa alasan, melainkan sebuah cara untuk mengungkap sisi lain American Dream. Film ini seperti menunjukan bahwa American Dream bukan hanya dicapai oleh orang-orang pekerja kantoran melainkan orang-orang yang berjuang mendapat uang dari hari ke hari.

Baca juga: 10 Film Bertemakan Cowboy Terbaik yang Mesti Ditonton

Chemistry Dustin Hoffman dan Jon Voight

Secara pendalaman karakter Midnight Cowboy melakukan tugasnya dengan baik. Masa lalu Joe dan Ratso diungkap sebagai penggerak cerita mengapa mereka berada di New York. Alur cerita tentang perjuangan mereka pun terasa punya landasan yang kuat. Kesamaan nasib pahit di masa lalulah yang membuat keduanya merasa punya kesamaan visi dan akhirnya bersahabat.

Dustin Hoffman tampil memukau sebagai Ratso. Aksen Itali-Amerika-nya, cara jalannya yang dibuat pincang serta nada bicaranya yang seakan gugup benar-benar meyakinkan. Begitu juga dengan Jon Voight yang bisa berlagak seperti pemuda Texas yang begitu bangga akan tanah kelahirannya. Menggunakan topi koboi ke mana pun dia pergi dan bertindak seperti cassanova.

Di sepertiga akhir film, kita akan diberi sajian betapa Hoffman dan Voight begitu piawai menunjukan chemistry mereka. Persahabatan yang awalnya dibangun oleh rasa benci berubah menjadi rasa sayang bagi satu sama lain. Cara mereka bertatapan, berbicara dan melakukan kontak fisik benar-benar nyaris sempurna.

Cerita Vulgar tapi Menyentuh

Sekilas, Midnight Cowboy seperti film yang begitu saja mengumbar adegan-adegan dewasa. Nama sang sutradara, John Schlesinger merupakan alasannya. Schlesinger kerap mendobrak batasan dengan keberaniannya menampilkan adegan vulgar dalam filmnya. Untungnya, Midnight Cowboy lebih dari sekedar film dengan adegan-adegan vulgar karena memuat cerita yang dalam.

Sepertiga akhir film, kita akan disajikan bagaimana Joe sudah menganggap Ratso sebagai sahabatnya. Dia kerap menanyakan kondisi kesehatan Ratso. Bahkan dia rela berusaha mendapatkan uang demi bisa mewujudkan mimpi sang sahabat walau di awal, cara Ratso bersikap seolah-olah dia ingin memanfaatkan Joe.

Puncak konflik film ini pun berhasil menyentuh secara emosional tentang persahabatan mereka berdua. Durasi 113 menit pun nggak terasa lama karena kita dibuat penasaran akan akhir cerita Joe dan Ratso. Keduanya sama-sama menarik, hal itu yang membuat penonton betah sampai akhir. Mereka ingin melihat bagaimana hubungan Pita sama suaminya?

Midnight Cowboy merupakan film yang unik. Dengan banyak menampilkan adegan vulgar dan sisi lain dari American Dream, film ini ternyata bisa menyentuh secara emosional. Sang sutradara, Schlesinger dianugerahi Best Director di Academy Award atas kinerjanya di film ini. Sudah siap nonton? Jangan sungkan untuk membagikan ulasan di kolom komentar ya, teman-teman.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram